Angka Kecelakaan Turun Tak Secepat Volume Kendaraan
Lalu lintas yang makin lengang di jalan tol selama masa pembatasan sosial ini membuat para pengemudi bisa melaju lebih kencang. Hal ini menyebabkan risiko kecelakaan tetap signifikan.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Suasana lengang pada jam berangkat kerja di Jalan Tol Dalam Kota dan di arteri Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan, pada hari pertama penghentian sementara kegiatan perkantoran, Senin (23/3/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Volume kendaraan di jalan raya, termasuk di jalan tol, di DKI Jakarta terus menurun sejak kampanye pembatasan fisik digencarkan demi menekan laju infeksi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab coronavirus disease 2019 atau Covid-19. Sayangnya, penurunan jumlah kecelakaan tidak secepat pengurangan volume kendaraan. Kondisi jalan yang lebih lengang diduga memicu pengemudi melaju lebih kencang.
Pada Selasa (31/3/2020) pukul 17.20, kecelakaan lalu lintas melibatkan tiga kendaraan, yaitu Toyota Avanza yang identitas pengemudinya belum diketahui, Mercedes Benz dikemudikan oleh JFA, dan Volkswagen yang dikendarai RAS. Tabrakan ini mengakibatkan satu pengendara Toyota Avanza meninggal, dan mobil tersebut juga terbakar.
”Kecepatan masih dihitung dengan rumus tertentu, tetapi ketiga kendaraan kemarin (Selasa) diperkirakan melaju melebihi batas kecepatan maksimal,” ucap Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Batas kecepatan maksimal di tol dalam kota berkisar 60-80 kilometer per jam.
Sambodo mengatakan, volume kendaraan yang menurun di jalan tol di Jakarta karena kebijakan pembatasan fisik malah membuat pengendara cenderung memacu kendaraannya lebih kencang. Hal ini karena lalu lintas tidak lagi sepadat biasanya.
Berdasarkan pencatatan situasi lalu lintas mingguan, antara data pada 9-15 Maret (sebelum pembatasan fisik) dan pada 16-22 Maret (masa pembatasan fisik), terdapat jumlah kendaraan di setiap Gerbang Utama Tol Dalam Kota dan Tol Prof Sedyatmo turun 15,2 persen-29,4 persen.
Sebagai contoh, di Gerbang Tol Halim, kendaraan yang melintas pada 9-15 Maret berjumlah 432.037 unit, sedangkan pada 16-22 Maret hanya 366.563 unit, atau turun 15,2 persen. Di Gerbang Tol Cengkareng terdapat 463.349 unit kendaraan yang melintas pada 9-15 Maret, kemudian turun 29,4 persen pada kurun 16-22 Maret menjadi 327.419 unit.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Penjual jamu keliling melintasi Jalan Mas Mansyur, sekitar Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (31/3/2020). Kawasan yang biasanya macet tersebut dalam seminggu terakhir sepi terkait penutupan sementara untuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Sementara itu, jumlah kecelakaan lalu lintas pada 15-21 Maret sebanyak 113 kejadian, berkurang hanya 13 kejadian atau 10 persen dibandingkan pada 8-14 Maret yang sebanyak 126 kejadian. Jumlah korban meninggal malah naik 100 persen, dari lima orang menjadi 10 orang. Jumlah korban luka berat juga naik, dari 11 orang menjadi 12 orang (9 persen).
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyebutkan, kecelakaan pada Selasa sore itu terjadi di Jalan Tol Dalam Kota KM 14 Jalur A, out ramp Taman Anggrek, di area Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Kronologinya, ketiga kendaraan melaju di tol ke arah barat, dari arah Slipi ke Grogol. Saat di depan Mal Taman Anggrek, JFA yang mengemudikan Mercy di lajur 1 ingin menyalip Avanza di depannya sehingga mengarahkan mobilnya ke kanan. Namun, rupanya ada VW yang dikemudikan RAN di lajur 2.
Mercy lantas menabrak VW dan menyebabkan VW menubruk pagar pembatas jalan di kanan dan terpelanting hingga 100 meter dengan posisi terakhir di bahu jalan. ”Kendaraan Mercy hilang kendali hingga menabrak juga Avanza yang menyebabkan kendaraan Avanza terbakar dengan korban meninggal dunia satu orang. Belum diketahui identitasnya,” ujar Yusri.
ARSIP KOMPAS
Ilustrasi kecelakaan maut.
Sambodo mengatakan, pihaknya baru melaksanakan olah tempat kejadian perkara pada Rabu pagi siang mengingat peristiwa terjadi menjelang Selasa malam. Penyidikan sudah mengarah pada adanya calon tersangka dari kejadian ini.
Sambodo menuturkan, agar jumlah kecelakaan tidak bertambah lagi, ia berkomitmen tetap menerjunkan anggota bertugas di lapangan sesuai jadwal normal. Setiap hari, ada lebih dari 2.000 personel kepolisian lalu lintas bekerja di seluruh Jakarta.
”Anggota saya tetap masih bertugas seperti biasa. Tidak ada pengurangan jumlah. Di jalan tol, petugas PJR (Patroli Jalan Raya) pun terus berpatroli,” ujar Sambodo.
Perlindungan anggota
Meski demikian, kesehatan petugas tetap menjadi perhatian. Sambodo memerintahkan anggota di lapangan untuk mengurangi penilangan terhadap pelanggar kecuali jika pelanggaran yang terjadi berisiko memicu kecelakaan. Selain itu, Ditlantas Polda Metro Jaya meniadakan razia lalu lintas selama penerapan pembatasan sosial ini. Dengan cara demikian, interaksi antara polisi lalu lintas dan pengendara berkurang dan menekan risiko penularan Covid-19.
Jika terdapat kecelakaan dengan kematian yang mencurigakan atau ada orang yang tergeletak di area jalan raya atau terminal, polisi lalu lintas yang menangani harus mengenakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar kesehatan. Sambodo mengungkapkan, warganet di media sosial sempat mengkritik karena memandang polisi tidak bertenggang rasa terhadap tenaga kesehatan yang kekurangan APD. Namun, ia tidak menghiraukan demi perlindungan anggotanya.
Sambodo juga memerintahkan seluruh anggota yang sedang dalam giliran tugas untuk mengatur lalu lintas pukul 10.00. Tidak ada yang boleh berdiam di dalam pos lalu lintas. Selain untuk mengatur lalu lintas, mereka juga mendapat kesempatan berjemur sehingga meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.