Korona Memantik Kesadaran akan Kesehatan di Angkutan Umum
Pandemi Covid-19 turut memantik munculnya kesadaran akan kesehatan di angkutan massal. Jakarta dan banyak kota besar lain di dunia mengambil sejumlah kebijakan atas angkutan umum demi menekan merebaknya Covid-19.
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·5 menit baca
Hari Senin (23/3/2020), sebagian besar angkutan publik di Jakarta mulai membatasi jam operasional demi mengurangi penyebaran virus korona baru. Bus Transjakarta, KRL commuter line, dan MRT Jakarta yang biasanya beroperasi tak henti hampir 24 jam sehari bakal bergerak 14 jam saja pada pukul 06.00-20.00.
Pembatasan ini merespons kebijakan pemerintah untuk membatasi pergerakan warga sejak merebaknya virus korona baru penyebab Covid-19. Aktivitas warga yang berkurang drastis sejak sekolah diliburkan dan sebagian pekerja bekerja di rumah juga mulai terasa dengan adanya pengurangan jumlah penumpang angkutan umum sekitar 50 persen.
PT KAI Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL commuter line, misalnya, mencatat pada Jumat (20/3/2020) hanya 459.922 penumpang memakai jasa KRL commuter line. Padahal, pada hari-hari normal, rata-rata 950.000 penumpang memakai kereta yang menghubungkan Jakarta dengan Bekasi dan Bogor (Jawa Barat) serta Tangerang, Tangerang Selatan, dan Lebak (Banten).
Adapun PT Transportasi Jakarta selaku operator bus Transjakarta pada Senin (23/3/2020) hanya melayani 45 rute dari sebelummya 248 rute. Bus sementara tidak berhenti di halte sisi kiri. Jarak antarpenumpang di halte dan bus juga diatur. Bus gandeng hanya dibatasi untuk 60 penumpang dan bus tunggal untuk 30 penumpang.
Selain menjaga jarak antarpenumpang, operator Transjakarta ini juga tidak lagi menerima uang tunai untuk isi ulang kartu uang bank. Isi ulang hanya bisa dilakukan dengan debet sesuai bank penerbit kartu.
Adapun penumpang MRT juga dibatasi, yakni 60 orang di satu kereta atau 137 orang di satu rangkaian yang terdiri atas enam kereta.
Ketiga operator juga membersikan kereta atau bus sebelum mulai beroperasi. Pengecekan suhu tubuh penumpang juga dilakukan.
Melawan virus korona baru yang hingga 22 Maret 2020 telah menyebabkan 48 orang meninggal di Indonesia menjadi kepedulian banyak pihak, termasuk pengelola angkutan umum. Sebab, sarana dan prasarana angkutan umum rentan menjadi medium transfer penyakit karena disentuh atau dipegang ratusan bahkan ratusan ribu orang sehari. Sebut saja tali atau besi pegangan di bus; kursi di bus, kereta, halte, atau stasiun; mesin tiket atau loket; serta besi pengaman di sepanjang jembatan penyeberangan menuju halte dan stasiun.
Dalam salah satu artikel di situs www.researchgate.net disebutkan, pegangan besi dan kursi di sejumlah terminal bus di Jakarta menjadi tempat terbanyak berkumpulnya bakteri. Terminal yang diteliti adalah Terminal Bus Kampung Rambutan, Pinang Ranti, Manggarai, Grogol, Kalideres, dan Tanjung Priok.
Kerentanan itu tentu bertambah setelah virus korona baru ini merebak di Indonesia. Jakarta menjadi salah satu pusat kasus Covid-19 terbanyak. Angkutan umum menjadi tempat potensial penularan virus ini karena ratusan ribu orang memakai moda transportasi massal ini saban hari.
Sarana dan prasarana angkutan umum rentan menjadi medium transfer penyakit karena disentuh atau dipegang ratusan bahkan ratusan ribu orang sehari. Sebut saja tali atau besi pegangan di bus; kursi di bus, kereta, halte, atau stasiun; mesin tiket atau loket; serta besi pengaman di sepanjang jembatan penyeberangan menuju halte dan stasiun.
Siasat negara tetangga
Potensi angkutan umum sebagai medium penyebaran virus korona baru juga disadari banyak negara. Sejumlah operator angkutan umum memangkas perjalanan, melakukan penutupan layanan, dan memberikan beragam panduan bagi penumpangnya.
Operator kereta api Perancis, SNCF, lewat situs resminya menyatakan mengurangi perjalanan sejumlah kereta komuter, antarkota, dan antarnegara. Sejak 17 Maret, Perancis telah melakukan pembatasan pergerakan warga demi mencegah penyebaran virus korona baru.
Mesin tiket dan loket tiket di stasiun ditutup sampai pemberitahuan selanjutnya. Oleh karena itu, penumpang juga diminta tidak ke stasiun untuk membeli tiket, mengubah jadwal tiket, atau melakukan pembatalan tiket. Seluruh proses dilakukan dalam jaringan (daring/online). Penumpang yang membatalkan perjalanan hingga 30 April juga mendapatkan pengembalian uang penuh.
Hingga 20 Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan 12.475 kasus Covid-19 di Perancis dan 450 orang di antaranya meninggal.
Di Bogota, ibu kota Kolombia, bus TransMilenio juga dikurangi waktu operasionalnya. Sejak Sabtu (21/3/2020) hingga Senin (23/3/2020), jadwal bus mengikuti saat libur, yakni pukul 05.00-22.00, atau berkurang satu jam dari waktu operasional normal. Sejumlah halte ditutup karena beberapa alasaan, seperti area di sekitar halte diisolasi, jumlah penumpang merosot, dan ada moda transportasi lain untuk warga sekitar.
Dalam catatan Kompas, warga Bogota selama ini bergantung sepenuhnya pada angkutan umum. Sekitar 85 persen warga dari 7,7 juta penduduk di Bogota berjalan kaki dan memakai sepeda atau bus.
The Bogota Post mengabarkan, Presiden Kolombia Duque telah mengumumkan karantina seluruh Kolombia mulai Selasa (24/3/2020) pukul 23.59 waktu setempat. Karantina terkait upaya mengatasi virus korona baru ini akan berlangsung hingga 13 April.
WHO mengumumkan, pada 20 Maret, sejumlah 145 orang di Kolombia positif Covid-19.
Jumlah perjalanan kereta komuter dan bus di London, ibu kota Inggris, seperti dilaporkan The Guardian, juga dikurangi. Kamis (19/3/2020), sejumlah 40 stasiun ditutup. Di sisi lain, angkutan umum tidak bisa dihentikan begitu saja di kota ini karena tidak semua warga memiliki kendaraan pribadi untuk mobilitas.
Saat situasi pandemi seperti saat ini, mobilitas tetap harus diperhitungkan, terutama untuk pekerja yang tidak bisa bekerja di rumah serta mereka yang harus mencapai rumah sakit untuk berobat atau memberikan pelayanan. Pada Rabu lalu tercatat 953 kasus Covid-19 di London. Imbauan untuk membatasi mobilitas juga digaungkan di kota ini.
Dalam situsnya, operator kereta api terbesar di Jepang, JR East, mengutip imbauan pemerintah setempat untuk mengurangi kepadatan di kereta sebagai upaya menekan laju penularan virus korona baru. Penumpang juga diharapkan menambah aktivitas di rumah demi mengurangi jumlah perjalanan. Selain itu, etika di ruang publik, seperti menutup mulut saat batuk, juga diminta dilakukan oleh penumpang.
Beragam cara dilakukan oleh operator angkutan umum massal demi menekan penyebaran virus korona baru. Kelak setelah pandemi ini berakhir, kebiasaan hidup sehat di mana pun selayaknya terus berlanjut, termasuk kita sebagai pengguna angkutan umum. Begitu pula dengan kebiasaan merawat kebersihan dan higienitas sarana dan prasarana angkutan umum kita.