Pejuang Informasi tentang Korona di Permukiman Warga
Solidaritas warga menguat di tengah pandemi virus korona baru. Mereka secara sukarela menyebarkan informasi tentang virus itu dari rumah ke rumah agar warga tahu apa yang harus dilakukan di tengah ketidakpastian.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·5 menit baca
Kompas/Priyombodo
Spanduk imbauan dari Satuan Polisi Pamong Praja bagi pelajar untuk belajar dan tidak bermain di luar rumah selama masa libur terpampang di balai pertemuan di kawasan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2020).
Berbekal masker, cairan antiseptik pencuci tangan, dan kertas fotokopi, Atrasina Adlina (28) menyambangi rumah-rumah tetangga di Tajur Halang, Kabupaten Bogor, dalam dua hari terakhir. Tujuannya hanya satu, menyebarluaskan informasi tentang pandemi virus korona jenis baru kepada warga.
Semua berawal ketika Pemerintah Kabupaten Bogor mengumunkan adanya tiga pasien positif Covid-19 di Bogor. Dua di antaranya bermukim di Bojonggede, wilayah yang berjarak kurang dari 10 kilometer dari Tajur Halang.
Adlina gelisah lantaran sebagian besar warga di lingkungannya hanya lulusan pendidikan sekolah dasar sehingga tidak paham apa itu virus korona baru. Ketidaktahuan itu membuat warga kurang waspada. Padahal, ancaman virus ini kian nyata.
”Selama ini tidak ada edukasi dan banyak warga belum paham. Mereka sekadar tahu saja virus itu berbahaya, tanpa tahu cara menghadapinya,” ujar Adlina, Jumat (20/3/2020).
Kampung Siaga Covid-19 diinisiasi Sekolah Relawan sebagai solidaritas di tengah pandemi virus korona baru.
Jawaban atas kegelisahan yang semakin memuncak ialah dengan menyambangi tetangga dari rumah ke rumah dan memberikan penjelasan tentang pandemi ini. Akan tetapi, dia sadar, bukan hal yang mudah memberikan pemahaman tentang virus korona baru ini kepada warga dengan tingkat pendidikan yang demikian.
Dia juga tidak punya banyak waktu karena harus mengurus anaknya yang masih bayi. Di sela-sela waktu mengurus bayi itulah, ibu rumah tangga ini mengumpulkan informasi tentang virus korona baru dan menyambangi tetangga yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Dia mengumpulkan informasi tentang virus korona baru dari berbagai sumber resmi dan pemberitaan media arus utama, seperti Kementerian Kesehatan, Kawal Covid-19, dan Mata Garuda, ikatan alumni penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
Informasi itu antara lain apa dan bagaimana penularan virus, kiat-kiat yang harus dilakukan termasuk pembuatan disinfektan dan antiseptik pencuci tangan untuk digunakan secara mandiri di rumah. Bahan-bahan ini dipelajarinya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada warga. Tidak lupa diperbanyak untuk dibagikan seusai kunjungan. Semuanya menggunakan dana pribadi.
Sukarelawan dari Sekolah Relawan mengedukasi warga membuat cairan antiseptik pencuci tangan sebagai bagian dari Kampung Siaga Covid-19.
Adlina menerapkan pembatasan sosial dalam setiap kunjungannya. Saban hari dia hanya menyambangi lima rumah dan berbicara dengan satu penghuni rumah saja karena tahu tidak boleh mengumpulkan orang untuk sosialisasi.
Total sudah 10 rumah yang disambangi. Dalam setiap kunjungan, dia meminimalkan kontak berupa berjabat tangan dan mengobrol di dalam rumah. ”Penghuni rumah bilang, masuk dulu. Saya bilang, lebih baik kita ngobrol sambil kena sinar matahari. Tetapi warga di kampung bersikeras kenapa tidak masuk, kenapa tidak salaman. Susah memang, tetapi harus konsisten,” tuturnya.
Keyakinannya hanya satu, harus semakin banyak edukasi tentang korona karena Indonesia berkejaran dengan waktu menghadapi pandemi yang meluas itu. Akan mengerikan jika tidak ada upaya untuk mengedukasi lingkungan sekitar.
Solidaritas warga tidak saja menebar informasi dari rumah ke rumah. Ada upaya lain dengan mengedukasi warga membentuk Kampung Siaga Covid-19. Pembentukan kampung ini bertujuan untuk mengedukasi warga agar bergerak dan berpartisipasi dalam mengantisipasi meluasnya pandemi Covid-19 di lingkungan tempat tinggalnya. Sasarannya kepada siapa saja, mulai dari tingkat keluarga hingga rukun tetangga atau rukun warga yang warganya ingin terlibat.
Seorang warga menyemprotkan cairan antiseptik ke telapak tangan jemaah Masjid Agung Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (20/3/2020). Hal itu dilakukan untuk meminimalkan risiko penularan SARS-CoV-2.
Kampung siaga
Kampung Siaga Covid-19 digagas oleh salah satu komunitas relawan, yakni Sekolah Relawan. Kegiatan ini berlangsung sejak 17 Maret. Materi edukasi merujuk pada imbauan pemerintah, Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan, dan Organisasi Kesehatan Dunia. Kini sudah terbentuk dua kampung siaga di Beji, Depok, Jawa Barat, dan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adapun delapan kampung lain bersiap untuk diedukasi.
Selain edukasi, Sekolah Relawan membantu terbentuknya satuan tugas Covid-19 tingkat kampung, sistem informasi kesehatan warga melalui grup percakapan Whatsapp, dan lumbung pangan warga dengan gerakan menyumbang satu gelas beras setiap hari.
Kampung siaga juga mendapatkan sterilisasi fasilitas umum dan fasilitas sosial dengan cairan disinfektan. Kegiatan disinfektan berlangsung di Beji dan Jagakarsa pada tempat ibadah, posyandu, balai warga, dan tempat umum lainnya.
”Untuk rumah-rumah kami edukasi cara membuat disinfektan dan cairan antiseptik. Kami harap selanjutnya warga bisa membuatnya sendiri dan diterapkan di rumah masing-masing,” ucap Thea Rahmani (25), sukarelawan dari Sekolah Relawan.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Informasi terkait virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 terpasang di salah satu pintu masuk Mal Ciputra, Jakarta Barat, Jumat (20/3/2020). Penurunan jumlah pengunjung terjadi di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta dampak dari pandemi Covid-19.
Sebanyak 50 sukarelawan terlibat dalam kegiatan ini. Semua dana bersumber dari donatur. Kini Sekolah Relawan tengah mengupayakan sukarelawan di luar Jabodetabek untuk membuat gerakan serupa di 30 jejaring komunitas.
Pandemi serangan virus korona baru memang mencemaskan warga. Meski sebagian warga memilih bekerja dari rumah, sebagian yang lain tidak punya pilihan dengan tetap bekerja di luar rumah. Solidaritas muncul secara spontan, mereka menuai empati dari warga yang bisa bekerja di rumah.
Empati
Dengan perantaraan aplikasi digital, warga membagikan makanan dan bahan kebutuhan kepada warga yang masih bekerja di luar rumah. Sarah Ramadhania (28), karyawan swasta di Jakarta, menyadari isolasi diri di rumah berimbas pada orang-orang kecil, khususnya mereka yang mengandalkan penghasilan harian.
Dia berinisiatif memesan makanan secara acak melalui layanan aplikasi. Makanan yang dipesan tidak gampang basi jika dibungkus untuk waktu lama. Makanan ini diberikannya secara cuma-cuma kepada si penerima pesanan.
”Saya terlibat dalam kegiatan sosial. Biasanya suka ikut belanja di garagesale untuk donasi atau menyumbang di crowdfunding,” ucap Sarah.
Sarah kemudian menggemakan langkah itu melalui Twitter dan Instagram. ”Isolasi diri membuat warung sepi pengunjung dan abang ojol sepi pesanan. Yuk, bantu dengan cara order makanan untuk abangnya! Warungnya laku dan abang ojol dapat makan. Order saja lewat aplikasi, lalu kabari si abang kalau pesanan itu untuk dia. Pesankan makanan yang mudah dimakan on the go atau untuk dimakan nanti. Jangan lupa sebarkan cara ini ya. Together we can!”
Tak dinyana, banyak respons positif dari warganet. Mereka berbondong-bondong melakukan hal serupa, lalu membagikannya ke media sosial. Pesan kebaikan itu terus menyebar dari satu orang ke orang lain. ”Kondisi sekarang tidak mungkin untuk berpartisipasi menyumbang waktu dan tenaga dalam gerakan sosial di lapangan. Jadi, manfaatkan media sosial,” ujar Sarah.
Kemanusiaan akan menemukan jalannya. Seperti halnya solidaritas antarwarga dalam menghadapi pandemi.