Ada dugaan pasien laki-laki tersebut kemungkinan besar terpapar saat menghadiri acara dansa di Jakarta, akhir Februari lalu. Pasien laki-laki itu kemudian menginfeksi ibunya, yang meninggal pada Rabu (18/3/2020).
Oleh
Pradipta Pandu Mustika
·4 menit baca
Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bergerak cepat setelah mendapat kabar satu pasien korona yang meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi, Solo, Jawa Tengah, ternyata pernah mengunjungi Bogor pada 25 Februari 2020. Di tengah penelusuran ini, terungkap kembali sejumlah pasien juga pernah menghadiri acara lain di Bogor.
Penelusuran rantai penularan Covid-19 dilakukan Pemerintah Kabupaten Bogor dengan melihat riwayat perjalanan pasien asal Solo yang meninggal pada Rabu (11/3/2020) lalu. Hasil penelusuran mengungkap, pasien mengikuti seminar di salah satu hotel di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, pada 25-28 Februari 2020.
Setelah lokasi seminar diketahui, pemeriksaan kesehatan karyawan hotel dan sejumlah peserta pun dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Hasilnya, 15 karyawan hotel dan beberapa peserta seminar tidak menunjukkan gejala terpapar Covid-19.
Bupati Bogor Ade Yasin lantas meyakini, pasien tersebut tidak terjangkit Covid-19 saat seminar berlangsung. Meski demikian, Pemkab Bogor tidak ingin mengambil kesimpulan dini. Pemeriksaan spesimen tetap dilakukan bagi sejumlah karyawan.
”Karyawan hotel dinyatakan sehat setelah masa inkubasi 14 hari. Tetapi, kami belum yakin dan kami kirim lima sampel spesimen ke Bandung untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ungkap Ade seusai menghadiri penyemprotan disinfektan di SMP Negeri 2 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (19/3/2020).
Kesiapsiagaan Pemkab Bogor untuk tetap menguji spesimen ini punya alasan kuat. Pasalnya, di tengah proses pemantauan, dua warga Jakarta yang berdomisili di Bojonggede, Kabupaten Bogor, dan satu warga Cibinong, Kabupaten Bogor, diketahui positif Covid-19.
Kontak kasus 1
Ade menjelaskan, dua pasien asal Bojonggede, seorang laki-laki (35) dan ibunya (67), sulit terdeteksi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor karena mereka tercatat sebagai warga DKI Jakarta. Pasien laki-laki tersebut memiliki kontak erat dengan kasus 1 asal Depok, Jabar.
Ada dugaan pasien laki-laki tersebut kemungkinan besar terpapar saat menghadiri acara dansa di Jakarta, akhir Februari lalu. Pasien laki-laki itu kemudian menginfeksi ibunya, yang meninggal pada Rabu (18/3/2020).
”Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen paru, diketahui pasien berusia 67 tahun tersebut ada infeksi paru dengan diagnosis pneumomia, kemudian dirujuk ke RSUP Persahabatan tanggal 14 Maret. Tadi malam penderita meninggal dan langsung dikebumikan di Jakarta,” ujar Ade.
Sementara satu pasien positif lainnya warga asli Cibinong diketahui merupakan pramugara berusia 27 tahun dan memiliki riwayat perjalanan ke Singapura. Saat ini, pasien tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong.
Selain tiga orang yang telah dinyatakan positif korona, data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor hingga Kamis (19/3/2020) mencatat, sebanyak 86 warga berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dengan 39 orang di antaranya dinyatakan bebas Covid-19. Adapun total pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 22 orang dengan 17 orang di antaranya selesai diawasi.
Acara keagamaan
Rantai penyebaran Covid-19 kluster Bogor juga diduga terjadi saat acara Persidangan Sinode Tahunan (PST) Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) yang berlangsung di Hotel Aston, Kota Bogor, pada 25-28 Februari 2020. Hal ini terungkap menyusul ada satu pasien perempuan berusia 62 tahun positif terjangkit Covid-19 di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek, Bandar Lampung, yang tercatat pernah menghadiri acara PST GPIB.
Selain itu, tiga pendeta yang turut hadir juga meninggal tak berselang lama setelah acara PST tersebut. Namun, Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan, ketiga pendeta yang meninggal tidak disebabkan oleh infeksi virus korona.
Dari hasil penelusuran, penyebab meninggalnya ketiga pendeta itu adalah demam berdarah dengue (DBD), sakit tua, dan kelelahan saat melakukan pelayanan. Adapun satu pendeta juga tengah dirawat karena riwayat penyakit jantung.
”Seluruh panitia PST yang sempat bersinggungan dengan keempat pendeta tersebut dalam keadaan baik-baik saja. Rentan waktu dari PST sudah tiga minggu, sementara masa inkubasi dua minggu,” ujarnya.
Kasus positif Covid-19 lain di kluster Bogor adalah satu mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tinggal di Sempur. Namun, Bima juga menyatakan bahwa pasien tersebut bukan warga Kota Bogor, melainkan warga Jakarta. Pasien tersebut terpapar Covid-19 dari ayahnya yang tinggal di Jakarta.
Sesuai prosedur pengendalian Covid-19, Dinas Kesehatan Kota Bogor tengah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk menelusuri riwayat aktivitas pasien. Sebab, sebelum muncul genjala Covid-19, pasien juga sempat pulang ke Bogor dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kampusnya.
Data Dinas Kesehatan Kota Bogor menyebutkan, hingga Kamis belum ada satu pun warga Kota Bogor yang positif Covid-19. Namun, tercatat 74 warga, termasuk Wali Kota Bogor, yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri berstatus ODP dan 6 warga berstatus PDP. Sebanyak 21 ODP dinyatakan bebas korona setelah melewati masa inkubasi 14 hari.
Meski sampai saat ini belum ada satu pun warga Kota Bogor yang positif Covid-19, penelusuran riwayat perjalanan dan interaksi pasien tetap perlu dilakukan dengan cepat. Selain memberikan informasi kepada masyarakat dengan jelas, hal ini juga penting untuk mencegah penyebaran lebih luas dan memutus rantai Covid-19.