UI Kerahkan Tenaga Medis Percepat Pengujian Spesimen Covid-19
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia siap menangani pemeriksaan 100 spesimen virus korona jenis baru dalam sehari. Jumlah tersebut masih terhitung sedikit jika melihat jumlah ribuan spesimen per 18 Maret.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengerahkan seluruh sarana dan tenaga medis untuk mempercepat pengujian virus korona baru. Langkah ini dilakukan setelah pemerintah menunjuk UI sebagai tempat pengujian virus penyebab pandemi Covid-19. Targetnya Laboratorum FK UI dapat menangani 100 spesimen Covid-19 dalam sehari.
Sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 182 Tahun 2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Covid-19 terbit, Universitas Indonesia (UI) menyiapkan pemeriksaan spesimen di laboratorium mikrobiologi klinik UI. Sarana ini adalah laboratorium regional untuk pemeriksaan spesimen penyakit serupa influenza (Influenza Like Illness) yang masih satu jejaring dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.
”Lab mikrobiologi klinik kedokteran UI punya standar biological safety level (BSL) tingkat 2 dan 3 yang memang direkomendasikan untuk pemeriksaan virus. Kami ingin pemeriksaan spesimen Covid-19 di Indonesia dapat terdeteksi secara cepat dan akurat. Kami punya satu mesin real timepolymerase chain reaction (PCR) yang sedang bekerja untuk pemeriksaan spesimen. Sementara itu, kami masih menginventarisasi dua mesin PCR lainnya,” ucap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UI Ari Fahrial Syam saat ditemui di FK UI, Salemba, Jakarta, Rabu (18/3/2020).
Dengan sarana yang dimiliki, Ari menyebut laboratorium mikrobiologi dapat memeriksa 50 hingga 100 spesimen dalam sehari. Proses pemeriksaan puluhan spesimen dalam satu mesin PCR memakan waktu enam sampai delapan jam. Secara teknis, total waktu dengan sejumlah persiapan akan menghabiskan waktu sekitar 12 jam. Ia menekankan, proses pemeriksaan akan dilakukan selama 24 jam penuh.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan, FK UI akan memeriksa spesimen dari rujukan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit UI. Untuk pemeriksaan, Ari menuturkan, warga bisa mendatangi kedua rumah sakit tersebut dengan rujukan dari fasilitas layanan kesehatan awal tanpa dipungut biaya.
”Kami mengikuti arahan Menteri Kesehatan. UI bisa membantu pemeriksaan ratusan spesimen dalam sehari, tetapi saya bilang saat ini pemerintah agak terlambat. Kami berupaya memobilisasi sarana dan tenaga medis yang kami punya agar pemeriksaan lebih cepat sehingga pasien positif Covid-19 dan orang-orang yang berkontak dengan pasien dapat segera ditelusuri. Hanya itu yang bisa dilakukan,” tutur Ari.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga 17 Maret 2020, ada lebih dari 2.300 spesimen yang diperiksa terkait Covid-19. Sementara itu, jumlah pasien positif terus bertambah per 18 Maret mencapai 227 kasus. Dari jumlah tersebut, 19 pasien meninggal dan 11 pasien dinyatakan sembuh.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Syahrizal Syarif mengatakan, pasien yang tertular Covid-19 harus segera ditemukan. Untuk mempercepat proses penemuan, pemeriksaan terhadap orang yang berisiko terinfeksi perlu diperluas.
Ketua Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga Prof Maria Lucia Inge Lusida di Surabaya, Sabtu (14/3/2020), menyatakan sependapat dengan perluasan pemeriksaan di laboratorium daerah lain. Ia meyakini hal ini dapat mempercepat proses penanganan spesimen, terutama yang ada di daerah luar Jakarta agar tidak harus dikirim ke Balitbangkes Jakarta.
Tenaga medis
Permasalahan terkait Covid-19 saat ini juga berkaitan dengan minimnya tenaga medis di sejumlah rumah sakit rujukan. Ari mendengar informasi dari kalangan dokter, salah satunya di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, bahwa hampir separuh dari jumlah dokter di sana menjadi orang dalam pantauan (ODP) Covid-19.
Ari menuturkan, tenaga medis di sejumlah rumah sakit terlambat mengantisipasi penularan Covid-19. Ia meminta pemerintah serius menyediakan tenaga medis profesional yang dilengkapi alat pelindung diri (APD). Sebab, berdasarkan informasi yang dihimpun sejumlah kalangan dokter, Ari menyebut sejumlah rumah sakit rujukan hampir kehabisan APD.
Untuk persoalan tenaga medis, UI tengah menghimpun 150 tenaga medis dari kalangan mahasiswa kedokteran tingkat akhir serta mahasiswa yang telah lulus program pendidikan dokter spesialis dan subspesialis. Selain itu, alumnus kedokteran UI akan diperbantukan untuk menangani Covid-19 di sejumlah rumah sakit rujukan.
”Kami sedang menghimpun sumber daya untuk penanganan. Penunjukan tenaga medis menyesuaikan dengan kebutuhan pemerintah saat ini,” katanya. Ari juga mengimbau warga tetap menerapkan pembatasan sosial selama proses pemeriksaan spesimen. Itu, menurut dia, adalah satu-satunya cara agar penularan bisa dicegah.