Operasional Angkutan Umum DKI Jakarta Kembali Normal
Pengembalian frekuensi angkutan umum ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan layanan publik terkait transportasi, kesehatan, dan kebutuhan pokok harus dipenuhi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menindaklanjuti penumpukan calon penumpang di halte Transjakarta serta stasiun MRT dan LRT, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembalikan frekuensi dan jam operasional ketiga angkutan umum itu seperti semula. Khusus Transjakarta akan ada penambahan armada di koridor-koridor ramai melalui pengalihan bus dari koridor yang dinilai cukup sepi.
”Jumlah penumpang yang diangkut tetap dibatasi guna menerapkan prinsip jarak sosial. Antrean tentu lebih panjang, tetapi ini semua untuk menurunkan risiko penularan virus korona baru,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (16/3/2020) malam.
Pengembalian frekuensi angkutan umum ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan layanan publik terkait transportasi, kesehatan, dan kebutuhan pokok harus dipenuhi. Anies mengingatkan agar warga jangan meremehkan risiko penularan virus. Per hari Senin, dari 17 kasus positif yang diumumkan, 14 pasien berasal dari Jakarta.
”Antrean akan mengular ke luar halte dan stasiun, tetapi menurut para pakar kesehatan ini lebih baik dibandingkan di ruang tertutup. Harap pastikan ada jarak setidaknya 1 meter,” ucap Anies. Pemprov DKI Jakarta tetap mengajak para pelaku usaha untuk menerapkan bekerja dari rumah sebisa mungkin.
Kebijakan lain yang diumumkan oleh Anies ialah memberi insentif khusus kepada tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang menangani langsung para pasien maupun terduga korona. Insentif untuk setiap orang sebesar Rp 215.000 per hari. Jumlah ini merupakan tarif tertinggi sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78 Tahun 2019 dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2016.
Kuota penumpang
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, jam operasional Transjakarta, MRT, dan LRT kembali dari pukul 05.00 hingga pukul 24.00. Frekuensi setiap unit angkutan 5-10 menit sekali.
Armada malam hari Transjakarta juga kembali diaktifkan. Namun, jumlah penumpang yang diangkut per unit kendaraan masih dibatasi.
MRT yang biasanya berkapasitas 1.200 penumpang di 16 gerbong diturunkan menjadi 600 orang dalam satu kali perjalanan. LRT dari maksimal 270 penumpang menjadi 80 orang. Bus Transjakarta gandeng dari 150 orang menjadi 60 orang dan bus kecil hanya boleh mengangkut 30 orang.
Menurut Syafrin, pihaknya akan menambah jumlah petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta untuk mengatur ketertiban dan jarak antrean. ”Calon penumpang mengantre di luar halte atau stasiun. Hanya jumlah sesuai kuota setiap perjalanan yang diizinkan masuk,” ujarnya.
Secara terpisah, pakar transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, memahami tindakan darurat yang diambil Pemprov DKI Jakarta. Akan tetapi, memangkas operasional angkutan umum selalu memberi hasil kontraproduktif. Pengurangan hendaknya dilakukan bertahap sesuai perkembangan keadaan.
”Kalau unit-unit usaha sudah menjamin karyawannya bekerja dari rumah, baru jumlah angkutan umum bisa dikurangi karena otomatis penggunanya berkurang,” katanya.
Untuk itu, perlu data mengenai jumlah pekerja di Jakarta yang mungkin tetap harus masuk kantor karena suatu alasan, seperti diupah harian atau bekerja di sektor layanan publik.
Keselamatan karyawan
Terkait hal ini, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J Supit mengungkapkan, pihaknya sudah mengimbau para pelaku usaha untuk menomorsatukan keselamatan karyawan. Meskipun begitu, ia mengakui level pekerjaan teknis, seperti petugas pengelola gedung, petugas kebersihan, dan pegawai retail, tetap harus masuk ke tempat kerja.
Hal ini bisa diantisipasi dengan memakai sistem piket. Misalnya, pada hari normal kantor membutuhkan tiga petugas kebersihan, di kondisi sekarang bisa hanya satu orang yang masuk setiap hari bergiliran.
Anton juga meminta pelaku usaha menambah pengamanan bagi pekerjanya yang piket, seperti memberi masker dan fasilitas membersihkan tangan serta segala hal yang meminimalkan risiko penularan.
Sementara itu, sosiolog perkotaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Henny Warsilah, mengatakan, sosialisasi mengenai bahaya penularan korona secara umum masih di permukaan. Indonesia memiliki budaya narasi dan dongeng tinggi yang memungkinkan pendidikan kesadaran jarak sosial maupun isolasi mandiri bisa sampai ke akar rumput.