Kalau Batuk di Ruang Publik, Jangan Lupa Tutup Mulut
Memakai angkutan umum seperti kereta api masih menjadi pilihan banyak orang di tengah isu merebaknya virus korona. Sebagian pengguna angkutan umum memilih membiasakan membersihkan tangan untuk mencegah tertular penyakit.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpang kereta jarak jauh memilih membiasakan untuk membersihkan tangan demi menghindari penularan virus korona baru. Kebiasaan mencegah penularan penyakit seperti menutup mulut saat batuk di ruang publik diharapkan kian menjadi kebiasaan.
Robert Manulang (23), penumpang kereta dari Grobogan, Jawa Tengah, merasa sudah cukup terlindung dari virus korona dengan menggunakan masker dan membersihkan tangan dengan cairan antiseptik. Menurut dia, kekhawatiran berlebihan justru akan memicu pemikiran tak logis.
”Misalnya, kita jadi cuek sama penumpang lain, menghindar, menyendiri, nah, itu, kan, bisa merusak hubungan sosial dengan penumpang lain. Bisa saja mereka sakit biasa saja, tetapi kita udah curiga duluan,” katanya saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2020).
Perjalanan dari Grobogan menuju Jakarta memakan waktu tujuh jam. Ia hanya menggunakan masker di tempat-tempat yang agak padat. Senin siang itu, ia melepas masker ketika menunggu jemputan.
”Waspada iya, tetapi jangan sampai jadi parno,” lanjutnya.
Ibtisan (27), penumpang kereta tujuan Purwokerto, Jawa Tengah, setiap 30 menit menyemprot tangannya dengan cairan antiseptik. Ia juga mengenakan masker.
”Kekhawatiran pasti ada. Hanya saja, aku merasa lebih aman di stasiun ketimbang di bandara karena riwayat orang yang bepergian dari luar negeri di sini tentu tak sebanyak di bandara,” katanya.
Senin pagi itu, Ibtisan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta selepas dari Vietnam. Dari Bandara Soekarno-Hatta, pria yang bekerja sebagai pedagang daring di Vietnam ini menuju Stasiun Pasar Senen untuk melanjutkan perjalanan ke Purwokerto.
Kendati tidak khawatir berlebihan, Ibtisan menyesalkan masih ada penumpang yang batuk, tetapi tidak menutup mulut. Dia berharap, penumpang lain mematuhi etika batuk agar tak menimbulkan keresahan. ”Saya sebel kalau lihat orang batuk di ruang publik, tapi lupa tutup mulutnya.”
Kendati tidak khawatir berlebihan, Ibtisan menyesalkan masih ada penumpang yang batuk, tetapi tidak menutup mulut.
Lia Purnamasari (20), penumpang tujuan Magetan, Jawa Timur, menekankan kebersihan diri sendiri. Dia merasa pola hidupnya tak banyak yang berubah karena perilaku cuci tangan dan mengenakan masker sudah dilakukannya jauh sebelum isu korona diberitakan. ”Jaga diri saja. Pakai masker dan bawa antiseptik ke mana-mana,” ujar perempuan yang tinggal di Tangerang Selatan ini.
Dia melanjutkan, stasiun sebagai tempat pelintasan orang tetap saja harus diwaspadai. Kendati demikian, selama belum ada larangan dari pemerintah, ia tetap akan menggunakan transportasi umum. ”Antara aman dan tidak aman sih, sebenarnya karena kita tidak tahu juga siapa saja yang datang,” katanya.
Petugas tetap siaga
Tidak hanya penumpang, pekerja stasiun pun turut mewaspadai penularan virus korona. Mia, petugas customer service di Stasiun Pasar Senen, harus menjaga kesehatan diri sendiri, sekaligus memantau keadaan pasien yang datang ke posnya.
”Jika ada yang terlihat lagi pilek dan batuk, saya anjurkan untuk ke posko kesehatan stasiun dulu,” kata perempuan yang melayani sekitar 50 penumpang dalam sehari ini.
Sementara petugas di bidang tiket di Stasiun Pasar Senen, Yolanda, mengaku cukup khawatir ketika pemerintah mengumumkan tambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Terlebih, petugas tiket yang dalam keadaan sehat tidak dibolehkan menggunakan masker untuk menjaga kenyamanan penumpang.
Ditambah lagi, hari ini ia masuk penuh selama 12 jam karena menggantikan karyawan lain yang sakit. Sebagai langkah antisipasi, ia hanya bisa mencuci tangan dengan cairan antiseptik setiap satu jam.
Berdasarkan pantauan, stasiun ini menyediakan cairan antiseptik di beberapa lokasi, antara lain di pintu masuk menuju peron dan pos pemeriksaan tiket. Sejumlah penumpang terlihat mencuci tangan sebelum menuju peron.
Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) I Jakarta, selama periode 1-8 Maret 2020, ada 369.586 penumpang kereta jarak jauh yang naik di stasiun-stasiun wilayah Daop I. Wilayah Daop I terbentang dari Stasiun Merak di Banten hingga Stasiun Cikampek di Jawa Barat. Di Jakarta, penumpang kereta jarak jauh, antara lain, naik di Stasiun Pasar Senen, Gambir, dan Jakarta Kota.
Untuk mengantisipasi virus korona, KAI pun turut menyosialisasikan antisipasi korona kepada penumpang. Di Stasiun Pasar Senen, penumpang diberi selebaran tentang cara mencuci tangan. Beberapa petugas KAI terlihat membagikan masker kepada penumpang. Ada juga petugas yang memeriksa suhu tubuh penumpang.
Deputy Executive Vice President PT KAI Daop I Jakarta Takdir Santoso menjelaskan, ini merupakan sosialisasi lanjutan dari KAI terkait pencegahan korona di wilayah Daop I Jakarta. Sebelumnya, hal serupa dilakukan di Stasiun Depok dan Stasiun Bogor.
Kepala Humas Daop I Jakarta Eva Chairunisa menambahkan, KAI mewajibkan karyawan yang memiliki riwayat bepergian ke luar negeri untuk diperiksa tim medis. Jika hasil medis menunjukkan yang bersangkutan dalam kondisi sakit, mereka diizinkan istirahat selama 14 hari di rumah.
Selain itu, masinis kereta juga melakukan cek kesehatan rutin setiap hari. Sementara pramugara dan pramugari kereta juga diperiksa kesehatannya secara tentatif. ”Kalau mereka mengeluh kurang sehat, nah, itu langsung diperiksa sama tim medis,” lanjutnya.