Rumah Sakit Lapangan Minimalkan Penyebaran Virus Korona Jenis Baru
Rumah sakit lapangan bisa menjadi alternatif penanganan pasien yang terkena virus korona baru. Keberadaan rumah sakit di pusat-pusat keramaian ini sekaligus meminimalkan kontak pasien dengan cakupan yang lebih luas.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Salah satu upaya penanggulangan virus korona baru atau SARS-Cov-2 dengan mendekatkan layanan fasilitas kesehatan kepada masyarakat. Salah satu bentuknya ialah layanan di rumah sakit lapangan untuk pemeriksaan sekaligus penangan awal pasien diduga Covid-19.
Salah satu rumah sakit lapangan ini berada di Lot 7 Sudirman Central Business District, Jakarta. Rumah sakit didirikan oleh Artha Graha Peduli (AGP) untuk upaya penanganan awal dan edukasi korona (corona).
Rumah sakit lapangan ini berfungsi sebagai tenda obsevasi dengan fasilitas antara lain lab mini untuk pengambilan sampel sebelum dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dua ruang isolasi, dan lampu ultraviolet untuk sterilisasi.
AGP menyiapkan total 10 tenda rumah sakit lapangan dengan kapasitas maksimal enam pasien. ”Sepuluh tenda dilengkapi isolation chamber negative pressure. Fasilitas-fasilitas yang ada sudah berstandar internasional,” tutur Koordinator Tim Kesehatan Rumah Sakit Lapangan AGP dr Aulia Wijaya, Minggu (8/3/2020).
Keberadaan rumah sakit lapangan ini menjadi salah satu jawaban kebutuhan dalam observasi pasien diduga coronavirus disease (Covid)-19. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam kunjungannya ke rumah sakit lapangan mengatakan, rumah sakit lapangan ini menjawab kebutuhan lapangan sebagai salah satu tempat observasi sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan.
”Berkaca dari perkembangan penanganan korona di negara lain, seperti Korea Selatan, China, Italia, Iran, dan Jepang. Sebagai referensi untuk antisipasi, Indonesia perlu mempersiapkan diri. Rumah sakit lapangan ini untuk antisipasi,” ucap Moeldoko.
Moeldoko bersama Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono dan Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin didampingi pendiri Artha Graha Peduli, Tomy Winata, dalam kunjungan itu.
Dia meyakini, partisipasi swasta melalui rumah sakit lapangan yang bisa disebar ke tengah masyarakat membantu tenaga kesehatan kesehatan sekaligus warga dalam menghadapi korona.
Heru Budi Hartono menambahkan, rumah sakit lapangan juga bisa menjadi tempat pertama mengantisipasi penyebaran korona. Itu karena di lokasi tersebut pasien diduga Covid-19 ditempatkan untuk meminimalkan kontak dengan cakupan yang lebih luas.
”Contohnya di Jakarta. Ada pasien di Pasar Minggu langsung dibawa ke rumah sakit dan ternyata positif Covid-19. Berapa banyak kontak pasien dengan lingkungan sekitarnya. Kalau dibawa ke rumah sakit lapangan terdekat, itu bisa meminimalkan kontak,” ujar Heru.
Nantinya keberadaan rumah sakit lapangan akan diusulkan kepada Presiden. Lanjut Heru, fasilitas yang ada sudah cukup lengkap, termasuk area isolasi yang dapat langsung dimusnahkan seusai pasien dirujuk ke rumah sakit.
Protokol korona
Pemerintah telah mengeluarkan protokol penanganan Covid-19. Protokol yang diterbikan adalah protokol kesehatan, protokol komunikasi, protokol pengawasan perbatasan, protokol area pendidikan, serta protokol area publik dan transportasi.
Protokol tersebut dilaksanakan di seluruh Indonesia oleh pemerintah dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan. Protokol kesehatan berisi kriteria gejala Covid-19. Jika Anda merasa tidak sehat dengan kriteria demam 38 derajat celsius dan batuk atau pilek, istirahatlah yang cukup di rumah. Apabila keluhan berlanjut, atau disertai kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Saat berobat, gunakan masker. Jika tidak memiliki masker, ikuti etika batuk atau bersin dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau punggung lengan, serta usahakan tidak menggunakan transportasi umum.
Kemudian, tenaga kesehatan akan memeriksa. Apabila memenuhi kriteria Covid-19, akan dirujuk ke salah satu rumah sakit rujukan. Jika tidak memenuhi kriteria, akan rawat inap atau rawat jalan sesuai diagnosis dan keputusan dokter. Dalam proses rujuk, pasien diantar menggunakan ambulans didampingi tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dan dirawat di ruang isolasi. Spesimen dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Hasil pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam setelah spesimen diterima. Jika hasilnya positif, pasien akan dinyatakan kasus Covid-19. Sampel akan diambil setiap hari. Pasien dikeluarkan dari ruang isolasi jika hasil pemeriksaan sampel dua kali berturut-turut negatif. Sementara jika hasilnya negatif, pasien akan dirawat sesuai dengan penyebab penyakit.
Selain itu, warga dengan riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara dengan wabah Covid-19 dan merasa pernah kontak dengan penderita Covid-19 dapat menghubungi Hotline Center Corona untuk mendapat petunjuk lebih lanjut di nomor 119 extension 9.
”Pemerintah mengedepankan kolaborasi dalam penanganan korona agar lebih optimal. Kami menyiapkan protokol yang lebih operasional, layanan panggilan,” kata Moeldoko.