Bekasi-Karawang yang Telak Terpukul Banjir
Banjir bertubi di awal tahun 2020 menjadi peringatan keras bagi Kabupaten Bekasi agar berbenah. Hal serupa juga menimpa Kabupaten Karawang. Penanggulangan komprehensif ditunggu publik.

Setengah abad alih fungsi lahan di Kabupaten Bekasi mulai dirasakan dampaknya oleh pemerintah kabupaten dan warga di daerah itu. Dari sektor pertanian, infrastruktur, industri, hingga pariwisata terpukul dan merugi. Entah berapa banyak rupiah yang dibutuhkan untuk kembali memulihkan kerusakan akibat pembangunan yang mengabaikan mitigasi bencana.
Bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 25 Februari 2020 merendam lebih dari 80 persen wilayah kecamatan di Kabupaten Bekasi. Hingga Senin (2/3/2020), Pemerintah Kabupaten Bekasi masih mendata kerugian yang timbul akibat bencana yang disebut sebagai bencana banjir terbesar di 2020.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, ada 22 kecamatan yang terdampak banjir. Salah satu penyebab banjir dipengaruhi oleh meluapnya sejumlah aliran sungai, seperti Citarum, Cikarang Bekasi Laut, Kali Ciherang, Kali Cilemahabang, Kali Cibeet, hingga Kali Jambe.
Petugas Pusat Data dan Informasi Pusdalops BPBD Kabupaten Bekasi Mega Tardi, saat dihubungi dari Jakarta, Senin (2/3/2020), mengatakan dari 22 kecamatan yang sebelumnya terendam banjir pada 25 Februari, banjir sudah berangsur surut dan hingga Senin, masih tersisa 8 kecamatan yang terendam banjir. Dari delapan kecamatan itu, beberapa diantaranya, antara lain Kecamatan Cibitung, Cikarang Timur, Pebayuran, Setu, Babelan, dan Muara Gembong.

Salah satu titik tanggul jebol akibat luapan Sungai Citarum di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Sampai hari ini, masih ada 2.645 keluarga yang terdampak banjir," katanya.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi Adeng Hudaya, pemerintah daerah Kabupaten Bekasi sedang mendata kerugian yang timbul akibat bencana alam yang melanda Kabupaten Bekasi sejak 25 Februari 2020. Berdasarkan perkiraan, kerugian paling besar berasal dari sektor perikanan dan pertanian.
"Masih didata, mulai dari perikanan dan pertanian. Masih menunggu laporan dari dinas-dinas terkait," kata Adeng.
Baca juga : Kala Citarum Hilir Mengamuk di Kabupaten Bekasi
Jika merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Nomor Tahun 2011-2031, maka lahan persawahan di daerah itu seluas 35.244 hektar. Lahan persawahan itu tersebar di Kecamatan Cabangbungin, Sukawangi, Sukakarya, Sukatani, Cikarang Timur, Karangbahagia, Pebayuran, Kedungwaringin, Setu, Serang Baru, Cibarusah, dan Bojongmangu.

Lahan pertanian yang masih terendam banjir di Desa Sukamaju, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/1/2020). Banjir yang terjadi pada awal tahun ini juga menggenangi hunian di kawasan tersebut selama tiga hari.
Dari catatan Kompas, saat bencana melanda wilayah itu, sebagian besar kecamatan di utara Kabupaten Bekasi terendam banjir. Artinya, ada dua kecamatan daerah persawahan di utara Bekasi, seperti Sukatani dan Serang Baru yang terendam banjir.
Di Bekasi bagian selatan seperti Cikarang Timur, Pebayuran, Kedungwaringin, Sukawangi, hingga Cabangbungin juga terendam banjir. Artinya jika merujuk pada Peraturan Daerah tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi, hampir seluruh kecamatan yang terdapat persawahan terendam banjir.
Kawasan industri terdampak
Adeng menambahkan banjir yang melanda Bekasi pada 25 Februari 2020 juga menggenangi dua area kawasan industri di Kabupaten Bekasi, seperti Jababeka dan MM2100. Namun genangan air di dua kawasan industri tersebut tidak berpengaruh pada aktivitas industri karena kesiapsiagaan tim internal dalam mengantisipasi banjir.
"Cuma genangan saja dan yang tergenang itu di jalan. Mereka juga punya tim khusus, jadi cepat atasi genangan," kata Adeng.

Barang-barang milik salah satu mimimarket di Jalan Kedasih Raya, Cikarang Utara, yang rusak terendam banjir, pada Jumat (28/2/2020).
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bekasi Sutomo, saat dihubungi terpisah, mengatakan banjir besar yang melanda Kabupaten Bekasi tidak berdampak pada aktivitas sembilan kawasan industri di Kabupaten Bekasi. Para pengusaha di kabupaten juga tidak ada yang melaporkan kerugian ke pihak asosiasi.
"Kalau orang per orang, hanya ada satu dua yang terdampak banjir dan karyawan tidak masuk kerja. Tetapi berdampak secara massal dan sampai menyebabkan perusahan merugi itu tidak ada," katanya.
Kerugian paling parah akibat banjir ini lebih banyak dirasakan warga. Di Tambun Selatan, dari total 10 desa, hanya ada satu desa yang tidak terdampak banjir. Banjir yang melanda sembilan desa itu merendam daerah-daerah perumahan yang dibangun pengembang hingga daerah perkampungan.
"Jumlah keluarga yang terimbas bencana ini mencapai sekitar 20.000 keluarga. Tambun Selatan jadi daerah paling parah, karena wilayah kami merupakan salah satu kecamatan yang paling padat penduduknya di Kabupaten Bekasi," kata Junaefi, Camat Tambun Selatan.

Rumah warga rusak diterjang banjir dari luapan Sungai Citarum di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (28/2/2020).
Ketinggian banjir yang melanda kecamatan itu berkisar dari 30 sentimeter sampai 2 meter dan baru surut setelah dua hari. Banjir itu mengakibatkan perabotan rumah tangga hingga kendaraan warga rusak terendam banjir.
Junaefi mengatakan, banjir yang terjadi pada 25 Februari disebabkan oleh luapan Kali Srengseng, Menir, dan Jambe. Banjir itu selain diakibatkan oleh banyaknya sampah yang memenuhi aliran kali, juga dipengaruhi oleh tumbuhnya permukiman liar di sempadan sungai.
"Kali Jambe sekarang menjadi momok bagi masyarakat kami. Tetapi karena kewenangannya di pemerintah pusat, kami berharap Kali Jambe bisa diperlebar. Kiri dan kanan sempadan kali juga kalau bisa dijadikan jalan inspeksi," ujarnya.
Capai Rp 1,5 miliar
Banjir yang melanda Kabupaten Bekasi juga mengakibatkan sejumlah fasilitas publik seperti jalan dan jembatan di Kabupaten Bekasi rusak dan terputus. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bekasi, ada tiga jembatan dan dua titik jalan yang rusak.

Kepala Bidang Pengelolaan Jalan dan Jembatan Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Heru Pranoto.
Kepala Bidang Pengelolaan Jalan dan Jembatan Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Heru Pranoto, pada Jumat (28/2/2020), di Bekasi, mengatakan, jembatan dan jalan yang rusak akibat banjir di 2020 jumlahnya lebih banyak dibandingkan 2019. Di tahun lalu, banjir hanya berdampak pada rusaknya badan jalan penghubung Jembatan Cipamingkis.
"Tiga jembatan yang rusak itu satu di Cibitung, satu di Tambun Selatan, dan satu lagi di Cikarang Selatan. Kalau jalan yang rusak ada di dua titik. Jadi, dari perkiraan kami, anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan sekitar Rp 1,5 miliar," ujarnya.
Dari segi pariwisata, banjir yang berulang terjadi sejak 1 Januari 2020 juga mengakibatkan sektor pariwisata yang dikelola masyarakat merugi hingga Rp 1,5 miliar.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Bekasi, Sarman Faisal mengatakan, sejak banjir melanda daerah itu, 12 Pokdarwis Kabupaten Bekasi sepi pengunjung. Dalam keadaan normal, jumlah wisatawan yang berkunjung ke setiap tempat wisata mencapai 1.000 wisatawan pada akhir pekan.
"Dunia wisata Kabupaten Bekasi sangat terpukul. Setiap akhir pekan, wisatawan yang datang di masing-masing tempat wisata yang dikelola Pokdarwis hanya sekitar 10 sampai 50 orang," katanya.
Sarman menjelaskan, penyebab anjloknya kunjungan wisatawan akibat lambatnya pemerintah mengatasi masalah banjir. Ada sejumlah tempat wisata di Kecamatan Tarumajaya dan Muara Gembong yang masih terendam banjir hingga saat ini.
Baca juga: Peralihan Tata Ruang Jadi Pemicu Banjir di Kota Bekasi
Baca juga: Terdampak Banjir Paling Parah, 10.000 Keluarga di Kabupaten Bekasi Mengungsi

warga duduk di depan rumahnya yang masih terendam banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Senin (2/3/2020). sebelumnya banjir menggenangi desa ini dengan ketinggian berkisar 50-200 senrimeter.
Banjir Karawang
Kabupaten Karawang tetangga Bekasi, nasibya tak jauh beda. Ada tujuh dari 30 kecamatan di Karawang, yang hingga Senin kemarin masih tergenang banjir. Sebagian warga telah kembali ke rumah untuk membersihkan sisa lumpur. Warga diimbau tetap waspada dengan potensi banjir selama musim hujan.
Kepala BPBD Karawang Yasin Nasrudin menyebutkan, tujuh kecamatan itu adalah Telukjambe Barat, Rengasdengklok, Karawang Barat, Cibuaya, Pakisjaya, Batujaya, dan Tirtajaya. Ketinggian air yang berkisar 10-70 sentimeter.
Jumlah ini menurun dibandingkan dengan total terdampak minggu lalu yang mencapai 14 kecamatan. Meski banjir telah surut di beberapa lokasi, Yasin mengimbau agar masyarakat tetap waspada sebab potensi banjir susulan sangat mungkin terjadi.
Emi Sukaesih (31), warga Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, kewalahan membereskan rumahnya yang kebanjiran setinggi 150 cm. Kasur miliknya terendam air meski sudah dipindahkan ke bagian atas dekat atap. Kipas angin dan alat penanak nasi juga tak sempat diselamatkan.
Banjir menerjang rumahnya sejak Senin (24/2) lalu Kemudian, ia mengungsi ke rumah mertua ke Karawang kota bersama suami dan kedua anaknya. Baru pada Sabtu (29/2), ia kembali ke rumahnya karena air mulai surut.
“Kami semprot karbol ke dinding dan lantai yang banyak supaya bau tak sedap hilang,” ucap dia yang seharian belum makan karena tak nafsu dan ‘eneg’ dengan bau rumahnya.

Sejunlah titik masih terendam banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Senin (2/3/2020). sebelumnya banjir menggenangi desa ini dengan ketinggian berkisar 50-200 senrimeter.
Banjir selalu membayangi desa itu setiap musim hujan datang. Hal ini yang membuat sebagian warga enggan untuk bermalam di rumah karena khawatir banjir susulan terjadi. “Menengok rumah sebentar untuk bersih-bersih saja. Kami berjaga kalau hujan deras datang, barang dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” kata Sari (42), warga lainnya.
Pada awal tahun 2020, mereka menyambut tahun baru ditemani banjir. Tak selang lama, banjir datang lagi pertengahan Januari. Menurut mereka banjir kali ini merupakan yang terparah karena terjadi berulang kali dan surutnya lebih lama jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karawang Imat Ruchimat, menuturkan, penyebab banjir di Karawang adalah karena curah hujan yang tinggi dan limpasan dari Sungai Cibeet, Citarum, dan Ciherang, serta tersumbatnya sebagian drainase karena sampah. BPBD Karawang mencatat kerugian akibat banjir mencapai Rp 2,739 miliar untuk sarana pendidikan dan Rp 1,185 miliar untuk kerusakan rumah dan sarana ibadah.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang Acep Jamhuri mengatakan, Karangligar memiliki kontur tanah lebih rendah dibandingkan daerah lain di Karawang. Hal ini yang menyebabkan banjir tahunan selalu menerjang. Penyebab lainnya yaitu limpasan Sungai Cibeet diperparah dengan sampah dan sedimentasi pada salurannya.
Tahun lalu, rencana untuk merelokasi permukiman warga sudah ditawarkan kepada masyarakat terdampak. Namun, warga menolak dan memilih bertahan dengan banjir. Solusi jangka panjang yang disiapkan adalah pembangunan bendung di atas Sungai Cibeet. Proyek ini dalam tahap perencanaan fisik atau detail engineering design (DED) dan ditargetkan rampung akhir 2021.

Pascabanjir warga membersihkan rumah dan menyuci pakaiannya di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, Senin (2/3/2020). sebelumnya banjir menggenangi desa ini dengan ketinggian berkisar 50-200 senrimeter.
Normalisasi sungai bakal dilakukan secara berkala untuk di Sungai Cibeet, Cilamaya, dan Sungai Cikaranggelam. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Karawang telah membersihkan saluran yang tersumbat di Kecamatan Rengasdengklok menggunakan alat berat. Untuk mengurangi ketinggian air banjir, BPBD Karawang memompa air dan dibuang ke Sungai Citarum.
Di lihat dari sungai-sungai yang meluap dan membanjiri Karawang, ada beberapa sungai yang sama yang juga "mengamuk" di Bekasi, seperti Citarum dan Cibeet. Untuk itu, demi antisipasi bencana banjir ke depan, penataan sungai dan kawasan di Karawang maupun di Bekasi didorong dilakukan komprehensif, tidak lagi parsial.
Baca juga : Banjir akibat Luapan Sungai, 14 Kecamatan di Karawang Terdampak