Waspada Banjir, Kebakaran, dan Gempa, MRT Pastikan Mitigasi Bencana Lebih Detail di Fase 2
Perhitungan mitigasi bencana banjir, kegempaan, dan kebakaran harus makin tinggi untuk pembangunan MRT tahap 1 fase 2. MRT harus makin hati-hati.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
Belajar dari pembangunan fase 1 koridor utara-selatan, untuk pembangunan fase 2 koridor utara-selatan yang segera dimulai pada Maret mendatang, PT Mass Rapid Transit Jakarta memastikan mitigasi bencana akan lebih detail. Utamanya untuk mitigasi banjir, kegempaan, dan kebakaran.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Kamis (27/2/2020), dalam acara forum jurnalis MRT Jakarta, mengatakan, fase 2 yang direncanakan sepanjang 12 kilometer dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Ancol Barat akan terdiri atas sepuluh stasiun. Sembilan stasiun di antaranya akan terletak di bawah tanah.
Untuk Jakarta, kata William, wilayah utara Jakarta memiliki tantangan geografis berupa letak Jakarta yang berada di bawah permukaan air laut. Selain itu, saat ini wilayah utara Jakarta tergolong wilayah yang rawan banjir.
”Ini membuat perhitungan mitigasi bencana harus makin tinggi. MRT harus makin hati-hati,” kata William.
Ini membuat perhitungan mitigasi bencana harus makin tinggi. MRT harus makin hati-hati.
Belajar dari pembangunan fase 1, meski sudah ada dasar kajian banjir periodik, waktu itu yang diberikan panel pelindung banjir hanyalah di dua dari enam stasiun bawah tanah, yaitu di Bundaran Hotel Indonesia dan Dukuh Atas.
Dalam perkembangannya, seperti yang pernah dijelaskan Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim, khususnya saat Jakarta dilanda banjir saat hujan deras, stasiun bawah tanah lainnya juga perlu ditambahi panel pelindung banjir. Panel banjir perlu ditambahkan di empat stasiun bawah tanah lainnya, yaitu di Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora, dan Senayan.
Belajar dari pembangunan fase 1 tersebut, William mengatakan, di sembilan stasiun bawah tanah di fase 2 akan ditambahkan panel banjir tersebut. Di titik masuk (entrance) setiap stasiun disesuaikan dengan kajian hidrologi 200 tahun. Dari kajian itu, titik masuk akan ditinggikan 1,5 meter dan ditambah panel banjir setinggi 70 sentimeter. Selain itu, akan ada empat titik evakuasi di setiap stasiun, yaitu sebagai titik keluar.
Mitigasi bencana lain yang disiapkan adalah proteksi terhadap potensi kebakaran dan gempa bumi. Untuk kebakaran akan disiapkan di antaranya hidran dan sprinkle system.
Lalu untuk perencanaan stasiun MRT Jakarta fase 2 terhadap gempa bumi disesuaikan dengan SNI bangunan dan gempa bumi terbaru. Kriteria jelasnya, struktur MRT Jakarta dapat menahan gempa perkiraan kasar sekitar 8,74 skala Richter dalam radius 171,35 kilometer.
William melanjutkan, untuk fase 2 ini pembangunan akan dibagi dalam dua fase, yaitu 2a dan 2b. Untuk Fase 2a, tanda dimulainya pekerjaan sudah dimulai dengan penandatanganan kontrak antara PT MRT Jakarta dan kontraktor Shimizu-Adhi Karya Joint Venture pada 17 Februari silam.
Fase 2a akan memiliki panjang 5,8 kilometer dari Stasiun Bundaran HI menuju Kota. Total akan ada tujuh stasiun bawah tanah di fase 2a di mana untuk pembangunan konstruksi keseluruhan fase 2a, MRT Jakarta membaginya dalam tiga paket pekerjaan. Lalu ada dua paket lainnya, yaitu paket untuk pengadaan sistem persinyalan kereta dan paket pengadaan kereta.