Terdampak Banjir Paling Parah, 10.000 Keluarga di Kabupaten Bekasi Mengungsi
Kabupaten Bekasi paling terdampak akibat banjir dua hari terakhir. Total ada 10.000 keluarga di kawasan ini mengungsi karena rumahnya terendam banjir. Tanggap darurat diberlakukan karena kurang fasilitas dan logistik.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
POLRES METRO BEKASI
Kepala Polres Metro Bekasi Komisaris Besar Hendra Gunawan saat meninjau tanggul jebol di Sungai Citarum, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (26/2/2020).
BEKASI, KOMPAS — Kabupaten Bekasi tercatat sebagai daerah yang paling terdampak saat terjadi banjir di Jabodetabek pada 25 Februari 2020. Warga yang terimbas bencana hidrometerologi di daerah itu tercatat mencapai 10.000 keluarga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi menilai musibah itu merupakan bencana terluas pada tahun 2020.
Dari penelusuran Kompas, Rabu (26/2/2020), banjir masih merendam sebagian perumahan warga di Desa Sukadaya, Kecamatan Sukawangi. Ketinggian air di tempat itu mencapai sekitar 30 sentimeter. Meski banjir belum surut, sebagian warga masih bertahan di rumah masing-masing.
Adam (15), warga Sukadaya, mengatakan, banjir sudah merendam perumahan warga sejak Selasa (25/2/2020) dini hari. ”Di sini sering banjir karena banyak sawah. Kami sudah terbiasa sehingga setiap kali banjir pasti tetap di rumah,” katanya.
Banjir yang masih merendam perumahan warga juga terpantau di kawasan perumahan warga di tepi Kali Serang, Desa Setiajaya, Kecamatan Cabangbungin. Banjir di tempat itu akibat luapan Kali Serang.
POLRES METRO BEKASI KOTA
Tanggul Sungai Citarum di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, jebol pada Rabu (26/2/2020) dini hari.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi Adeng Hudaya mengatakan, banjir yang melanda Kabupaten Bekasi merupakan bencana terbesar selama 2020. Titik banjir tersebar di 20 kecamatan dari total 23 kecamatan di wilayah itu. Warga yang terimbas bencana tercatat mencapai 10.000 keluarga.
”Jumlah desanya di setiap kecamatan bervarisi. Ada yang satu kecamatan itu 80 persen desanya terdampak banjir. Kalau di Bekasi bagian utara, itu hampir semua desa terdampak,” kata Adeng.
Banjir kiriman
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Komisaris Besar Hendra Gunawan mengatakan, banjir yang terjadi di Kabupaten Bekasi dipengaruhi oleh curah hujan dengan intensitas tinggi dan juga karena banjir kiriman. Sebagian besar warga yang terdampak banjir disebabkan oleh luapan Sungai Citarum dan Cikarang Bekasi Laut.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Hunian warga terendam banjir di kawasan Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020) pukul 09.45. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bekasi, hingga Selasa pagi, ada 11 kecamatan terdampak banjir. Ketinggian banjir bervariasi, mulai dari 30 sentimeter hingga 150 sentimeter.
”Baru kali ini luapan Sungai Citarum kena di Kecamatan Kedungwaringin, Cikarang Timur, Muara Gembong dan Cabangbungin. Luapan terjadi karena ada pertemuan Cikarang Bekasi Laut dan Citarum,” katanya.
Menurut Hendra, dampak dari banjir di Kabupaten Bekasi tidak terlalu besar seperti saat bencana di 1 Januari 2020. Sebab, pascabencana di awal tahun, pemerintah daerah telah berupaya mengurangi masalah banjir dengan membenahi tanggul, turap, dan drainase.
”Namun, pemerintah daerah menetapkan tanggap darurat bencana karena keterbatasan fasilitas dan logistik yang dimiliki daerah. Dengan tanggap darurat, pemerintah bisa mengeluarkan (prioritaskan) anggaran,” ujarnya.
Hendra menambahkan, selama masa tanggap darurat bencana yang ditetapkan Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja dari tanggal 25 Februari sampai 2 Maret 2020, pihaknya berupaya memenuhi kebutuhan warga terdampak. Di setiap kecamatan didirikan posko pengungsian dengan sebaran berbeda-beda atau tergantung besarnya dampak banjir.
”Ada yang satu kecamatan itu dua sampai tiga posko. Di setiap posko, setiap kali makan, kami sediakan 1.000 boks nasi,” kata Hendra.
Kompas
Kondisi tanggul Sungai Citarum di Muara gembong, Bekasi, Rabu (26/2/2020).
Tanggul jebol
Belum selesai masalah banjir, warga Muara Gembong kembali dilanda bencana susulan karena jebolnya tanggul penahan Sungai Citarum pada Rabu dini hari. Tanggul yang jebol itu mengakibatkan 150 keluarga mengungsi.
”Tanggul yang jebol berkisar 8-10 meter. Luapan air menggenangi permukiman warga dengan radius sekitar 500 meter sampai 1 kilometer dan kini mulai berangsur surut,” kata Hendra.
Ia menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum untuk memperbaiki tanggul yang jebol. Tanggul itu kini sudah ditahan menggunakan material khusus agar meminimalisasi luapan air.