Hasil pengukuran masih di bawah NBD yang diizinkan. Artinya, kontaminasi sesium di tubuh dua warga ini bisa dikatakan tidak ada dampak kesehatan atau radioloigi di tubuh mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Dua dari sembilan warga Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (21/2/2020), dinyatakan terkontaminasi zat radioaktif sesium-137. Namun, nilai kontaminasi keduanya masih di bawah nilai batas dosis atau NBD sebesar 1 milisievert (mSv) per tahun.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sebelumnya melakukan penghitungan seluruh badan (whole-body counting/WBC) terhadap sembilan warga Perumahan Batan Indah. Pemeriksaan itu dilakukan untuk melihat apakah ada warga terkontaminasi sesium-137 yang ditemukan di sebuah area tanah kosong dekat rumah mereka.
Sekretaris Utama Bapeten Hendriyanto Hadi Tjahyono menyampaikan, dari hasil WBC diketahui ada dua warga yang di dalam tubuhnya terdapat zat radioaktif sesium-137. Nilai pengukuran mereka masing-masing yaitu 0,05 mSv per tahun dan 0,12 mSv per tahun.
”Hasil pengukuran itu masih di bawah NBD yang diizinkan. Artinya, kontaminasi sesium di tubuh dua orang itu bisa dikatakan tidak ada dampak kesehatan atau radioloigi di tubuhnya,” kata Hadi di Kantor Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Hadi belum bisa memastikan penyebab dua warga tersebut bisa terkontaminasi sesium-137. Hanya saja, ia menduga kontaminasi bisa disebabkan karena mereka mengonsumsi buah-buahan yang tumbuh di atas tanah tempat serpihan sesium-137 ditemukan. Area tanah kosong di Perumahan Batan Indah itu memang ditanami beberapa pohon yang berbuah, seperti mangga dan jeruk.
Monitor perkembangan
Kendati tidak ada dampak kesehatan, Bapeten tetap akan memonitor perkembangan kedua orang tersebut. Menurut rencana, Bapeten akan kembali melakukan WBC dua atau tiga bulan lagi terhadap mereka.
Selain sesium-137, dalam tubuh mereka juga ditemukan zat radioaktif lainnya, yaitu K-40 atau kalium. Namun, kata Hadi, K-40 tidak berbahaya dan ada di setiap tubuh manusia.
Sebagai pembanding, Hadi menjelaskan nilai aktivitas K-40 di tubuh sembilan warga tersebut masih lima kali lipat lebih tinggi daripada nilai aktivitas sesium-137.
Di sisi lain, Bapeten belum berencana memberikan terapi khusus karena tidak ada dampak kesehatan dari nilai aktivitas sesium-137 yang di bawah NBD. Sejauh ini Bapeten dan Batan juga tidak akan menambah jumlah warga yang diperiksa. Sembilan orang itu dinilai sudah cukup mewakili.
Ditemui secara terpisah, Kusno (64), warga Perumahan Batan Indah yang turut menjalani WBC, mengaku tidak ada keluhan kesehatan apa pun setelah penemuan sesium-137 di area tanah kosong yang berjarak 40 meter dari rumahnya. Padahal, Kusno kerap bermain voli di lapangan yang bersebelahan dengan area tanah kosong itu.
”Saya tetap menjalani aktivitas seperti biasa. Tidak ada kekhawatiran terhadap dampak kesehatan karena sudah dijamin,” ujarnya.
Perkuat pengawasan
Disinggung mengenai adanya kemungkinan lokasi lain selain Perumahan Batan Indah, Hadi tidak ingin berspekulasi. Ia mengatakan, Bapeten akan memperkuat pola monitoring lingkungan. Namun, semua itu menemui kendala, yaitu keterbatasan sumber daya.
”Tapi, kami ingin memperbanyak alat-alat monitoring sehingga pemetaan yang kami lakukan lebih menyeluruh,” ujarnya.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Bapeten Abdul Qohhar mengatakan, secara umum laju paparan radiasi di Perumahan Batan Indah telah menurun, kecuali di tanah kosong yang tercemar. Untuk itu, Bapeten terus akan membersihkan area tersebut.
Adapun Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Batan, Suryantoro, mengatakan, tim kini tengah mengevaluasi hasil pekerjaan pembersihan yang telah berlangsung selama delapan hari di Perumahan Batan Indah. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perkembangan sekaligus menentukan strategi pembersihan berikutnya.
Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Batan Heru Umbara mengatakan, hingga pembersihan hari kedelapan, tanah yang diserahkan ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) telah mencapai 377 drum. Semua tanah dan vegetasi yang dikumpulkan kemudian akan diolah di PTLR yang selanjutnya disimpan di tempat penyimpanan limbah radioaktif sementara.