Saat ini, penghalauan dan penggiringan gajah liar dinilai masih menjadi solusi jangka pendek yang paling efektif meskipun cara itu juga bisa membahayakan nyawa warga.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Saridi (43), warga Pekon (Desa) Sukajaya, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung, yang menjadi korban serangan gajah liar saat ditemui di rumahnya, Kamis (13/2/2020).
Nyeri akibat dikoyak caling gajah liar masih dirasakan Saridi (43), Kamis (13/2/2020). Sesekali, ayah dua anak itu memijat-mijat paha kanannya yang masih diperban pascaoperasi. Luka itu menjadi jejak perebutan ruang hidup antara manusia dan gajah.
Di rumah berdinding papan dengan lantai tanah di Desa Sukajaya, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, beberapa tetangga berdatangan menengok Saridi. Mereka membawa bantuan kebutuhan pokok, seperti beras, gula, kopi, teh, dan kue. Ada juga yang memberikan santunan uang.
Untuk beberapa bulan ke depan, Saridi tentu tak bisa bekerja. Selain bantuan, beruntung dia masih punya delapan karung biji kopi. Sisa panen tahun lalu itu bisa dijual agar dapur keluarganya tetap mengebul.
Sejak berkebun kopi di hutan pada 2004, dia beberapa kali bertemu kawanan gajah liar. Namun, baru kali ini Saridi merasa begitu dekat dengan maut.
Pada Jumat (7/2/2020), Saridi bersama empat orang lain berupaya menggiring 12 gajah liar yang hampir memasuki perkampungan warga di Pekon (Desa) Tulung Asahan, Kecamatan Semaka, Tanggamus. Desa itu berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Register 39, KPH Kota Agung Utara, Kabupaten Tanggamus.
Penggiringan gajah liar oleh satgas yang terdiri dari warga dan lembaga pemerihati satwa sebenarnya sudah berlangsung sejak dua hari sebelumnya. Awalnya, tim satgas itu hanya memantau pergerakan gajah liar.
Namun, kawanan gajah justru semakin mendekat ke kebun dan perkampungan warga. Mereka pun berupaya menggiring gajah masuk ke dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Saat itu, Saridi berdiri paling depan untuk menahan pergerakan gajah. Ketika itulah, salah satu gajah liar tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kaki kanannya sempat dililit belalai gajah sebelum pahanya dirobek dengan caling.
Dia sempat memukul wajah satwa raksasa itu dengan tangan kosong sebelum gajah liar itu pergi. Seingatnya, ”perkelahian” dengan gajah itu berlangsung sangat cepat, hanya sekitar 10 detik.
”Yang terpikirkan saat itu bagaimana menyelamatkan diri, tapi tidak melukai gajah karena satwa itu dilindungi negara,” ujar Saridi.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Saridi (43), warga Pekon (Desa) Sukajaya, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung yang menjadi korban serangan gajah liar saat ditemui di rumahnya, Kamis (13/2/2020).
Baginya, bisa selamat dari injakan gajah merupakan kuasa Tuhan. Saat itu bisa saja gajah menginjak tubuhnya yang sudah tergeletak di tanah. Namun, Tuhan tetap memberinya kesempatan hidup. ”Niat kami hanya ingin menggiring gajah ke dalam hutan, tidak untuk melukainya,” ucap Saridi.
Saridi hanyalah potret dari ratusan petani hutan yang menggantungkan hidup pada hutan negara. Pilihan untuk mencari nafkah di hutan bukan tanpa risiko. Selain hidup berjauhan dari keluarga, mereka juga harus siap berhadapan dengan satwa liar.
Saat ini, petani yang berkebun di Hutan Lindung Kota Agung Utara berkonflik dengan kawanan gajah liar. Sebanyak 12 gajah kerap merusak tanaman pisang, pepaya, dan padi warga. Konflik ini sudah berlangsung tiga tahun dan menewaskan dua warga.
Menurut Ketua Satgas Penggiringan Gajah di Pekon Tulung Asahan M Yasin Irma, warga saling membantu jika ada kelompok gajah liar. Saat ini sudah terbentuk sembilan satgas dari sembilan desa di Kecamatan Semaka. Penggiringan dilakukan dengan menggunakan mercon.
Penggiringan gajah liar bisa bisa berlangsung berhari-hari. Sungguh melelahkan. Namun, mereka menyadari konsekuensi itu, apalagi hutan lindung yang mereka kelola merupakan ruang hidup dan jelajah gajah liar.
Dari hasil observasi tim WWF-Indonesia (yang pernah mendampingi warga), ruang jelajah 12 gajah liar itu mencapai 14.000 hektar. Sebagian besar ruang jelajah itu berada di kawasan Hutan Lindung Kota Agung Utara.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Wiyogo Supriyanto mengatakan, sebagian warga yang mengelola kawasan Register 39 telah memiliki izin melalui skema perhutanan sosial. Pengelolaan kawasan hutan ini memiliki konsep masyarakat sejahtera, hutan lestari. Pemerintah ingin hutan lestari dengan banyaknya tanaman kayu yang ditanam warga. Masyarakat sejahtera karena bisa menggarap lahan dengan tenang.
Selama ini, pemerintah telah berupaya membantu warga menangani konflik dengan gajah liar. Salah satunya, membangun lima pos untuk memantau gajah dan memberikan bantuan mercon untuk menghalau gajah. Pemerintah bekerja sama dengan sejumlah lembaga pemerhati satwa juga memberikan pelatihan kepada warga agar mampu menghalau dan menggiring gajah liar dengan aman.
Untuk solusi jangka panjang, pihaknya juga mengusulkan mendirikan Elephant Response Unit (ERU), seperti yang sudah ada di Taman Nasional Way Kambas. Adanya tim khusus untuk menggiring gajah liar diyakini akan dapat mencegah konflik antara gajah dean manusia. Namun, diperlukan dana yang tidak sedikit untuk mewujudkannya.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Sekawanan gajah jinak di dalam kandang di area Conservation Response Unit Trumon, Aceh Selatan, Aceh, Kamis (23/1/2019).
Pelaksana Harian Kepala Balai Besar TNBBS Heru Rudiharto menuturkan, pihaknya berupaya memasang GPS collar untuk memantau pergerakan gajah liar. Lima gajah jinak dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) juga sedang dilatih menjadi gajah patroli untuk menggiring gajah liar ke dalam kawasan TNBBS.
Meski begitu, rencana patroli gajah jinak dan pembentukan tim ERU tampaknya masih harus menempuh waktu panjang. Saat ini, penghalauan dan penggiringan gajah liar dinilai masih menjadi solusi jangka pendek yang paling efektif meskipun cara itu juga bisa membahayakan nyawa warga.
Saridi memang sungguh beruntung bisa selamat dari amukan gajah liar. Namun, tanpa solusi jangka panjang, bisa jadi warga lain atau justru gajah yang menjadi korban berikutnya.