Dugaan tersebut muncul setelah zat radioaktif Caesium 137 dipastikan bukan berasal dari reaktor nuklir yang berada di kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau Bapeten menelusuri dugaan adanya unsur kesengajaan dalam kasus penemuan serpihan radioaktif Caesium 137 di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten. Zat radioaktif itu diduga dibawa seseorang dan bukan diakibatkan kebocoran reaktor nuklir. Sebagai langkah awal menelusuri kebenaran dugaan itu, pimpinan Bapeten telah mendata pengguna Caesium 137 di seluruh Indonesia.
Dugaan tersebut muncul setelah zat radioaktif Caesium 137 dipastikan bukan berasal dari reaktor nuklir yang berada di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten Abdul Qohhar menyebut, Caesium 137 juga bukanlah zat yang bisa ditemui di alam bebas, melainkan ciptaan dari reaktor nuklir. Adapun zat radioaktif yang terdeteksi di tanah kosong dalam Perumahan Batan Indah merupakan entitas tunggal, yaitu Caesium 137 dan tidak tercampur zat radioaktif lainnya.
Hal itu menunjukkan, keberadaan Caesium 137 di Perumahan Batan Indah bukan berasal dari kecelakaan reaktor nuklir. Qohhar menyebut ada sesuatu yang salah dengan ditemukannya Caesium 137 di sana. Situasi itu pun menimbulkan dugaan-dugaan.
”Ada dugaan ke sana (unsur kesengajaan), tetapi ada juga dugaan ini tidak sengaja terjadi. Hal ini kami perlu investigasi lebih lanjut,” ujar Abdul Qohhar, Senin (17/2/2020) di Perumahan Batan Indah.
Penyelidikan atau investigasi akan dimulai setelah proses pembersihan di area terpapar radiasi rampung. Qohhar menyatakan, Bapeten berkomitmen untuk mengusut tuntas dari mana zat radioaktif itu berasal.
Meski demikian, upaya penyelidikan awal telah dilakukan. Qohhar mengatakan, pimpinan Bapeten telah menginstruksikan kepada bagian perizinan untuk mulai mendata pengguna Caesium 137 di seluruh Indonesia. Belum ada informasi terkait kapan pendataan akan selesai.
Qohhar menyebut ada belasan ribu pengguna Caesium 137 di seluruh Indonesia. Mayoritas penggunaannya antara lain untuk pemanfaatan di bidang kesehatan. Selain itu, Caesium 137 biasanya digunakan sebagai alat untuk pengukuran di bidang industri, contohnya untuk mengukur ketebalan kertas.
Dosen Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada, Yudi Utomo Imardjoko, mengatakan, jika tidak disebabkan oleh kebocoran reaktor, bisa dipastikan ada pihak tidak bertanggung jawab yang secara sengaja membuang Caesium 137 di dalam Perumahan Batan Indah. Yudi memperkirakan, besar kemungkinan zat radioaktif itu merupakan barang sisa yang sudah dimanfaatkan sebelumnya dan menjadi limbah.
”Harusnya yang membuang itu bertanggung jawab dengan menyerahkan limbahnya ke Batan,” kata Yudi.
Membandingkan data
Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, Bapeten akan membandingkan dengan data-data di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), antara lain dengan data limbah di Batan, data Caesium 137 yang ada di Batan milik siapa saja, dan tanggal masuknya.
”Akan kami kompilasi juga dengan hasil investigasi kepolisian. Semoga dengan kolaborasi tiga institusi ini kami bisa memperoleh kesimpulan asal sumber Caesium 137,” katanya.
Secara terpisah, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Asep Adi Saputra menyampaikan, kepolisian tidak bisa menduga-duga dari mana Caesium 137 itu berasal. Polri hingga saat ini masih melakukan penyelidikan bersama dengan Batan dan Bapeten.
Adapun pada Senin (17/2) siang, Batan dan Bapeten kembali mengambil tanah dari tempat ditemukannya serpihan Caesium 137. Pengambilan tanah melibatkan 38 petugas. Sebelumnya pada 11 Februari, ada 5 drum tanah yang diangkut oleh Bapeten. Sehari berselang ada 20 drum tanah diangkut. Selanjutnya pada 13 Februari sebanyak 28 drum berisi tanah diangkut Bapeten dan pada 16 Februari sebanyak 34 drum. Total ada 87 drum tanah telah dibawa ke Batan.
Selain itu, sembilan warga Perumahan Batan Indah juga dibawa untuk menjalani pengukuran whole body counting di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Batan di Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
”Untuk hasilnya baru bisa diketahui setelah 2 atau 3 hari kemudian. Kesembilan orang itu dipilih salah satunya karena tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan tanah kosong tempat ditemukannya serpihan Caesium 137,” kata Heru.
Hingga saat ini, Polres Tangerang Selatan juga masih membuka posko kesehatan untuk mendata warga yang memiliki keluhan kesehatan. Dengan demikian, apabila ada warga yang merasakan gejala akibat terpapar radiasi bisa langsung ditangani.