Dugaan Upaya Penculikan di Grabcar Hanya Kesalahpahaman
Meski mengalami masalah, MIS berniat kembali ke kantor Grab Indonesia dan meminta akunnya dipulihkan. Ia ingin bekerja sebagai mitra Grab kembali.
Oleh
J GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelapor dan terlapor dalam perkara dugaan upaya penculikan di taksi daring Grabcar yang viral di media sosial sepakat berdamai di markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Selasa (11/2/2020) sore. Mereka sadar bahwa itu kesalahpahaman semata. Pelapor pun mencabut laporan kepolisiannya.
Pelapor adalah penumpang Grabcar berinisial T (26), sedangkan terlapor berinisial MIS (21), sopir taksi daring mitra Grab yang mengantar T. ”Saya memohon maaf kepada MIS, keluarga, dan pihak Grab atas keramaian yang terjadi. Saya akan segera mencabut laporan secepatnya,” ucap T pada Selasa sore.
T menyatakan sudah memahami bahwa terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan MIS. Hal itu terjadi karena MIS belum akrab dengan jalan-jalan di wilayah Jakarta Selatan mengingat ia baru sebulan bermitra dengan Grab dan aplikasi peta yang digunakannya salah arah. Karena panik, T waktu itu meminta agar diturunkan di pinggir jalan tol yang dekat dengan keramaian.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyebutkan, T membuat laporan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda pada Senin (10/2/2020) sore karena menduga MIS berupaya menculiknya dengan membawa dirinya menjauhi titik tujuan pengantaran. Namun, Yusri menekankan, polisi tidak bisa serta-merta menetapkan MIS sebagai tersangka. Klarifikasi dijalankan terlebih dahulu dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah, hingga akhirnya pelapor menyadari ia salah paham.
Sebelumnya, T membagikan cerita versinya terkait dugaan upaya penculikan lewat Instastory media sosial Instagram. Pada suatu siang, ia memesan Grabcar dari Palmerah untuk menuju dua tempat, yaitu kantornya di Dharmawangsa, Jakarta Selatan, dan ke Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang.
Ia mulai curiga saat MIS tidak kunjung datang, padahal jarak mereka dekat. Setelah MIS sampai dan T masuk mobil, MIS menyetir ke tol arah Merak dengan alasan aplikasi peta mengarahkannya melalui jalan itu. T lantas mendengar MIS berbicara lirih lewat suatu alat komunikasi, dengan kalimat, ”Point 1 masuk, masuk 1.”
T pun panik, hingga beberapa waktu kemudian menegur MIS karena membawanya semakin menjauhi Dharmawangsa. Ia lantas mengirim pesan ke pacarnya serta membagikan lokasi terkininya. Ia juga menekan tombol darurat pada aplikasi Grab. Satuan tugas Grab pun dikirimkan untuk menjemput T yang diturunkan di pinggir jalan tol.
MIS meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Itu kemungkinan karena ia kurang memahami penggunaan aplikasi Grab bagi mitra pengemudi serta aplikasi peta. MIS juga heran karena ia sudah mengatur Dharmawangsa sebagai tujuan, tetapi aplikasi peta mengarahkannya untuk masuk Tol Kebon Jeruk.
Soal ia diduga menghubungi seseorang dengan suara lirih yang mencurigakan, MIS mengklarifikasi bahwa ia dihubungi keluarganya dan berusaha menyudahi komunikasi dengan suara pelan agar tidak mengganggu T.
Meski mengalami masalah seperti ini, MIS berniat kembali ke kantor Grab Indonesia dan meminta akunnya dipulihkan. Ia ingin bekerja sebagai mitra Grab kembali. ”Ini buat pengalaman, bukan buat kapok,” ujarnya.
Setelah kejadian tersebut, Public Relation Manager Grab Indonesia Andre Sebastian mengatakan, Grab Indonesia memang sudah menonaktifkan akun MIS sambil melakukan investigasi lebih lanjut. ”Keselamatan dan keamanan penumpang dan pengemudi merupakan prioritas utama Grab,” ujarnya.
Andre belum memberi tanggapan terkait perdamaian antara T dan MIS.