Lembaga Pemantau Kemacetan Lalu Lintas TomTom memastikan Jakarta ada di posisi ke-10 kota termacet di dunia pada 2019 dengan indeks kemacetan 10 persen.
Oleh
Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta berupaya mengatasi kemacetan Jakarta. Meski begitu, Lembaga Pemantau Kemacetan Lalu Lintas TomTom memastikan Jakarta ada di posisi ke-10 kota termacet di dunia pada 2019 dengan indeks kemacetan 10 persen.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Senin (3/2/2020), menjelaskan, jika data TomTom itu kembali dicermati, pada 2018 pun indeks kemacetan di Jakarta sama, yakni 53 persen. Pada 2018, Jakarta ada di posisi ke-7, sementara pada 2019 Jakarta menempati posisi ke-10.
”Kalau kami mengukur tidak terjadi peningkatan. Artinya masalah tidak ada. Jakarta dengan penambahan kendaraan per tahun 10 persen, perilaku masyarakat yang terus diedukasi, untuk bisa mempertahankan secara masif, artinya 53 persen, ini capaian luar biasa,” ujar Syafrin.
Jakarta mampu mempertahankan indeks kemacetan di 53 persen, kata Syafrin, karena pada 2019 ada sejumlah terobosan yang dilakukan, di antaranya perluasan ganjil genap, yaitu dari 9 ruas jalan menjadi 25 jalan.
Dari perluasan itu, hasil pengukuran Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan terjadi peningkatan kecepatan rata-rata yang signifikan, dari 25 kilometer per jam menjadi 33 kilometer per jam.
”Bayangkan jika tidak melakukan apa-apa, tidak bisa mempertahankan di 53 persen. Logikanya begitu,” kata Syafrin.
Ia melihat, justru masalah mempertahankan indeks kemacetan itu bertambah, makin rumit, yaitu dengan adanya pembangunan infrastruktur yang masif. ”Namun, kami tetap bisa mempertahankan kinerja lalu lintas dengan baik,” katanya.
Hal lain yang seharusnya dicermati di saat TomTom menyurvei indeks kemacetan di angka 53 persen, kata Syafrin, terjadi peningkatan jumlah penumpang bus transjakarta dan kereta MRT yang luar biasa.
Dari data, penumpang bus transjakarta mencapai 950.000 per hari bahkan tembus 989.000 orang pada 2019. Adapun MRT yang ditargetkan mengangkut 65.000 penumpang per hari, naik menjadi 95.000 penumpang per hari.
”Artinya, ini upaya yang bisa dilihat, paralel dengan itu ada kebijakan lain yang diambil Gubernur, bisa memperbaiki kinerja traffic yaitu dengan Instruksi Gubernur No 66 Tahun 2019, perbaikan udara Jakarta itu menyasar pada transportasi,” kata Syafrin.
Terkait dengan indeks kemacetan, TomTom selaku lembaga pemantau kemacetan lalu lintas memantau 416 kota di 57 negara. Pada 2018, Jakarta ada di posisi ke-7 dengan indeks kemacetan 53 persen. Pada 2019, indeks kemacetan di Jakarta masih 53 persen meski posisi turun di peringkat ke-10 dari 416 kota.