Sebulan Berlalu, Banjir dan Longsor Masih Intai Warga
Penyebab bencana di Lebak dan Bogor hingga kini masih gelap. Tambang emas liar, penggundulan hutan, hingga curah hujan di atas ambang disebut sebagai pemicu. Sementara, sudah 30 hari para korban belum tuntas tertangani.
BOGOR, KOMPAS — Satu bulan pascabencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Kabupaten Lebak, Banten, kondisi korban terdampak belum juga pulih.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 29 Januari, jumlah penduduk Lebak yang terdampak bencana 17.860 jiwa. Sebanyak 9 orang meninggal, 9 orang luka berat/rawat inap, dan 13.780 luka ringan/rawat jalan. Adapun pengungsi saat ini ada 699 orang.
Sementara di Kabupaten Bogor terdapat 29.754 warga terdampak bencana. Hingga Rabu (29/1/2020), sebagian besar korban longsor bertahan di tenda pengungsian darurat, rumah kerabat, atau mengontrak rumah.
Di Desa Harkatjaya, Sukajaya, Kabupaten Bogor pada Selasa (28/1/2020), masih ada 92 jiwa yang tinggal di tenda pengungsian sejak bencana melanda pada 1 Januari 2020. Mereka berdesakan dalam satu tenda berukuran sekitar 20 X 5 meter. Kondisi serupa juga ditemukan di Desa Pasir Madang, Desa Kiarapandak di Sukajaya dan Desa Sukaraksa di Kecamatan Cigudeg.
Di Kampung Ciberani, Desa Pasir Madang, korban yang rumahnya hilang akibat longsor dan banjir mengungsi di rumah kerabat. Satu rumah menampung dua hingga tiga keluarga pengungsi. ”Sejak kena musibah, saya tinggal di rumah anak pertama. Kami, 11 orang tinggal di satu rumah,” ujar Neni (48), salah satu korban longsor di Ciberani.
Ia mengatakan bencana itu mengakibatkan usaha warungnya tutup. Keperluan makan, minum, dan pakaian mengandalkan kemurahan hati relawan. Padahal, dia sangat membutuhkan pekerjaan agar ada dana untuk keperluan cuci darah suaminya yang menderita leukimia.
Masih mengancam
Penanganan terhadap korban bencana serba minim, darurat, dan terbatas. Di samping itu, bencana serupa masih berpotensi terjadi. Di Ciberani saja sampai saat ini terdapat ratusan rumah yang berada di lereng gunung.
Sebagian pegunungan yang mengitari kampung itu gundul. Masih banyak pecahan tanah yang berpotensi longsor jika sewaktu-waktu terjadi hujan deras. Kawasan pegunungan itu merupakan lahan hak guna usaha (HGU) milik sejumlah perusahan yang beroperasi sejak orde baru. Kawasan itu dulunya perkebunan teh, karet, dan cengkeh.
Halim (53), warga Kampung Ciberani, mengatakan, sejumlah perusahaan itu berhenti mengelola perkebunan sejak tahun 1996. ”Waktu itu mereka tinggalkan begitu saja. Tidak pernah ada penghijauan kembali di sini,” katanya.
Warga sekitar tidak memanfaatkan lahan HGU itu sebagai lahan pertanian karena ada larangan untuk pemanfaatannya. Warga setempat yang tidak memiliki lahan pertanian bekerja serabutan sebagai pengepul kayu, menambang emas ilegal, hingga bekerja ke kawasan perkotaan, seperti Jakarta dan Bogor.
Potensi bencana juga terlihat di Desa Pasir Madang, tempat berdirinya Kantor Kecamatan Sukajaya. Desa yang kontur tanahnya miring itu bahkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil direkomendasikan dikosongkan. Sebagai gantinya, pemerintah menyiapkan lahan relokasi di kawasan datar perkebunan sawit milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg.
Menurut Kepala Desa Pasir Madang Encep Sunarya, sejak 2003-2020, sudah delapan kali longsor di wilayah itu. Bencana di awal 2020, merupakan bencana terbesar dengan total korban terdampak 541 keluarga dari total penduduk 1.300 keluarga.
”Tapi warga berharap relokasi tidak jauh dari sini. Sebagian besar warga saya petani. Kalau relokasi jauh, bisa hilang mata pencaharian,” katanya.
Opsi relokasi total diusulkan lantaran warga yang pernah terdampak longsor dan pernah direlokasi tertimpa bencana serupa di awal 2020. Misalnya, warga Kampung Hegermana yang pada 2003 dipindahkan dari lereng Gunung Jembang karena longsor, kembali diterpa bencana di awal 2020.
Pemerintah Kabupaten Lebak masih menanti hasil pemetaan BNPB serta hasil pemeriksaan polisi soal rincian faktor pemicu banjir bandang dan longsor tahun ini. Jika pemicu sudah diketahui secara akurat, pihak-pihak mana yang bertanggung jawab terhadap bencana bisa ditelusuri.
”Yang jelas, pertama hujan di atas ambang, kedua vegetasi kurang, sehingga terjadi longsor,” tutur Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak Dede Jaelani, Selasa.
Berdasarkan pantauan udara BNPB, terjadi alih fungsi lahan di kawasan hutan dan lereng bukit menjadi area penanaman tanaman musiman sehingga kawasan itu kehilangan kekuatan dan pengendali alami longsor. Tim BNPB juga mendapati padatnya permukiman penduduk di sepanjang bantaran sungai dan lembah.
Selain itu, lokasi tambang emas ilegal ditemukan di hulu Sungai Ciberang, yakni di Gunung Julang, Kecamatan Lebakgedong. Kecamatan ini satu dari enam kecamatan yang dilanda banjir bandang dan longsor. Kepolisian Daerah Banten menyegel dan memasang garis polisi di area tambang ilegal.
Wahibudin (40), warga setempat yang juga relawan berpendapat, warga juga curiga proyek Bendungan Karian menambah tingkat keparahan banjir karena pembangunan baru menyelesaikan bagian dam, sedangkan saluran untuk mengalirkan air dari bendungan belum ada.
Bendungan Karian rencananya mampu menampung 314 juta meter kubik air dari Sungai Ciujung dan Ciberang. Air lantas bisa dimanfaatkan masyarakat di tujuh kabupaten/kota di Banten serta DKI Jakarta. Salah satu fungsinya, untuk pengairan sawah.
Kampung Seupang memang masuk area proyek. Warga siap pindah asal sudah menerima pembayaran pembebasan lahan. Namun, uang belum diterima, bencana telanjur datang.
Antisipasi jangka panjang
Wakil Presiden Maruf Amin di kantor wapres, Jakarta, Rabu, menjelaskan, rehabilitasi daerah terdampak bencana di Lebak dan Bogor terus berlangsung. Penanganan warga yang kehilangan tempat tinggal mulai dilakukan. Pemerintah juga akan memberikan santunan bagi warga terdampak. Tak hanya itu antisipasi jangka panjang juga disiapkan.
”Penanganan jangka panjangnya supaya tidak terjadi longsor dan banjir dilakukan upaya penanaman kembali bukit-bukit gundul. Itu yang sedang dilakukan,” kata Amin.
Pada Kamis (30/1/2020) ini, Wapres Amin dijadwalkan meninjau lokasi pengungsian di Kecamatan Sajira, Lebak.