Tiga orang menjadi korban gigitan ular kobra dan anak ular kobra di Kota Depok, Jawa Barat. Maraknya kemunculan kobra diduga karena pada bulan ini adalah masa disaat telur ular tersebut menetas.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga orang menjadi korban gigitan ular kobra dan anak ular kobra di Kota Depok, Jawa Barat. Maraknya kemunculan ular kobra diduga karena pada bulan ini adalah masa telur ular menetas.
Menurut informasi, tiga orang yang digigit ular kobra itu dirawat di RSUD Kota Depok. Satu orang masih dirawat intensif di rumah sakit, adapun dua orang lain diperbolehkan rawat jalan. Pihak rumah sakit juga sudah memberikan penanganan khusus ular berbisa kepada para pasien.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok Gandara Budiana, Senin (16/12/2019), mengatakan, pada Desember ini ada 6-8 laporan kemunculan kobra di Depok yang dilaporkan ke petugas damkar. Laporan pada bulan ini lebih banyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Adapun selama satu tahun ini sudah ada 25 laporan terkait kemunculan kobra.
Ular ditemukan di pekarangan rumah, kebun, ataupun tanah kosong di dekat permukiman warga. Bahkan, kobra juga ditemukan di lapak pedagang di Pasar Kemiri Muka, Depok. Pedagang yang sedang membersihkan lapaknya itu digigit dan hingga kini masih dirawat di RSUD Depok.
”Kebanyakan ditemukannya di kebun yang banyak tumpukan-tumpukan batu bata, sampah, dan kardus. Dulu, kan, di Depok banyak lahan kosong kemudian dibuka dan menjadi permukiman semua sekarang,” ujar Gandara.
Melihat kemunculan kobra yang semakin masif, Pemkot Depok mengimbau kepada warga untuk segera melaporkan kejadian tersebut kepada petugas damkar. Sebab, petugas damkar sudah dibekali keahlian khusus untuk menangkap kobra.
Saat bertemu dengan ular, warga juga diharapkan tidak panik atau membuat gerakan yang mengejutkan. Lebih baik diam dan menunggu hingga ular tersebut pergi.
”Kalau memang tidak tahu bagaimana menangkap kobra, lebih baik segera memanggil petugas kami. Sebagian besar petugas sudah dibekali keterampilan menangkap dan mengevakuasi kobra,” ujarnya.
Selain itu, warga juga diminta menjaga kebersihan lingkungan. Di lahan kosong yang lembab, jangan sampai terdapat tumpukan-tumpukan sampah kotoran yang berpotensi menjadi habitat kobra. Warga diimbau menggiatkan kerja bakti sebagai langkah antisipasi kemunculan kobra.
Kebanyakan ditemukannya di kebun yang banyak tumpukan-tumpukan batu bata, sampah, dan kardus. Dulu, kan, di Depok banyak lahan kosong kemudian dibuka dan menjadi permukiman semua sekarang.
Musim tetas
Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menjelaskan, maraknya kemunculan kobra pada Desember disebabkan pada bulan ini telur ular menetas.
Kobra juga merupakan spesies ular yang memiliki adaptasi sangat bagus terhadap habitat manusia. Dahulu, mungkin kobra banyak hidup di kebun atau tanah kosong. Setelah pembangunan perumahan masif, kobra tetap bisa hidup dan beradaptasi dengan baik di habitat manusia.
”Ini merupakan siklus alami karena populasi anakan meledak. Sementara predatornya tidak ada. Siapa predator anakan kobra? Di antaranya adalah garangan dan burung elang,” kata Amir.
Apalagi, ular kobra memiliki siklus hidup yang lama, yaitu 20-25 tahun. Pada usia 1,5 tahun, ular kobra sudah bisa bereproduksi. Artinya, selama rentang usia 22 tahun, dia bisa bereproduksi aktif. Selama itu pula, anakan-anakan kobra akan menetas sehingga populasinya meledak.
Ini merupakan siklus alami karena populasi anakan meledak. Sementara predatornya tidak ada. Siapa predator anakan ular kobra? Di antaranya adalah garangan dan burung elang.
Di permukiman, ular akan memilih tempat-tempat yang lembab dan gelap, seperti tumpukan kardus dan material. Apalagi, jika di tempat yang lembab dan gelap itu terdapat sisa-sisa makanan dan menjadi sarang tikus. Tikus adalah makanan ular dan tempat kotor semacam itu akan memancing ular untuk bersarang.
Sebagai langkah pencegahan, Amir menyarankan kepada warga untuk mengepel area rumahnya setiap hari. Ular akan menghindari bau-bau menyengat seperti karbol dan kapur barus. Warga juga diminta lebih memperhatikan sisa-sisa makanan yang bercecer supaya tidak menjadi sarang tikus. Sebab, di sarang tikus itu juga akan disukai ular karena tersedia makanan yang mereka butuhkan.
”Namun, kalau sudah ada kasus gigitan ular, sebaiknya ditangani oleh ahlinya. Jangan sembarangan dan tidak perlu khawatir karena sudah ada antivenomnya,” kata Amir.