Penebangan pohon di Jakarta dengan alasan demi kepentingan publik masih akan berlangsung hingga tahun depan.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 200 pohon di Jakarta tahun ini terpaksa ditebang dan direlokasi demi pembangunan fasilitas publik. Sebanyak 160 pohon lainnya tengah menanti nasib yang sama pada tahun 2020.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, 200 pohon yang terdata hingga Desember 2019 terbanyak terdampak oleh proyek pembangunan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air DKI Jakarta.
”Di daerah Cikini, Jakarta Pusat, ada 34 pohon untuk revitalisasi trotoar. Sementara dari swasta hanya satu dua saja,” kata Suzi di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Menurut Suzi, saat ada permintaan penebangan tersebut, pihaknya selalu melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu untuk memeriksa kondisi pohon. Saat kondisi sehat, pohon akan dipindahkan ke ruang terbuka hijau yang memungkinkan. Saat pohon keropos, akan dilakukan penebangan.
Sebelumnya pemeriksaan pohon hanya dilakukan secara fisik luar. Sejak dua bulan terakhir, Dinas Kehutanan DKI Jakarta telah memiliki alat ultra-sonografi (USG) yang bisa memeriksa lebih detail kondisi kekeroposan pohon.
Untuk permintaan pemindahan pohon selanjutnya, pemeriksaan akan dilakukan dengan alat tersebut. ”Ini baru pengadaan tahun ini, baru dua bulan kami punyai,” ujarnya.
Sebelumnya pemeriksaan pohon hanya dilakukan secara fisik luar. Sejak dua bulan terakhir, Dinas Kehutanan DKI Jakarta telah memiliki alat ultra-sonografi (USG) yang bisa memeriksa lebih detail kondisi kekeroposan pohon.
Suzi mengatakan, setiap permintaan relokasi atau penebangan pohon untuk kepentingan publik akan dilakukan. Penanaman ulang akan dilakukan di lokasi saat ada ruang. ”Misalnya untuk trotoar, setelahnya akan ada ruang amenities yang bisa ditanami, akan ditanami lagi,” ujarnya.
Menurut Suzi, kondisi pohon yang ditanam di jalur hijau jalan selama ini diketahui kondisinya tak sebaik pohon yang ditanam di taman atau ruang terbuka hijau. Hal ini karena ruang akar yang sempit atau kondisi yang tak optimal sebagai ruang hidup pohon.
Saat ini, Dinas Bina Marga DKI Jakarta juga tengah mendata pohon yang akan terkena dampak pembangunan jalan layang di kawasan Jakarta Selatan, yaitu di simpang tak sebidang di Lenteng Agung-Kampus IISIP dan jalan layang di Tanjung Barat.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, sekitar 160 pohon akan terdampak pembangunan tersebut. ”Kebanyakan pohon akasia. Sekarang pendataan sedang dilakukan untuk selanjutnya dibuat permintaan ke Dinas Kehutanan DKI Jakarta,” ucapnya.
Menurut Hari, pembangunan simpang tak sebidang di atas jalur kereta api di depan Kampus IISIP dinilai sudah mendesak karena sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di penyeberangan rel yang sibuk itu.