Tanggul Pesisir Ambrol karena Belum Diberi Penguatan
Penguatan berupa urukan tanah dan pemecah ombak tak bisa dibuat karena ketiadaan anggaran. Anggaran untuk penguatan baru tersedia setelah tanggul terbangun.
Oleh
STEFANUS ATO/NIKOLAUS HARBOWO/WISNU WARDHANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tanggul pesisir proyek Pembangunan Kawasan Pesisir Terpadu Ibu Kota Nasional (National Capital Integrated Coastal Development/NCICD) ambrol karena terlambat diberi penguatan berupa urukan tanah dan pemecah ombak. Keterlambatan terjadi karena ketiadaan anggaran. Anggaran untuk penguatan baru dialokasikan setelah tanggul pesisir terbangun.
Tanggul sepanjang lebih kurang 100 meter di sisi timur Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman di Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, ambrol pada Selasa (3/12/2019) sore.
Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali mengatakan, tanggul pesisir yang ambrol itu merupakan bagian dari proyek NCICD yang dibangun dalam kurun waktu 2015 sampai 2018. Tanggul itu dibangun dengan metode spun pile atau tiang pancang di tengah laut.
”Tanggul jenis ini hanya akan bertahan selama diberi penguatan dari sisi darat melalui urukan tanah. Sementara di sisi laut, harus dibangun pemecah ombak agar tidak terus terkena pukulan ombak,” kata Firdaus, di Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Firdaus menjelaskan, penyebab tanggul itu ambrol lantaran setelah selesai dikerjakan pada 2018 belum diberi penguatan dari sisi laut dan darat. ”Tanggul ambrol karena air laut terus menggerus fondasinya. Gerusan itu membuat tanggul tidak stabil dan tidak kuat menahan beban,” katanya.
Anggaran terlambat
Penyebab tanggul itu belum diberi penguatan karena anggaran yang tersedia hanya cukup untuk membangun tanggul. Sementara anggaran untuk penguatan baru dianggarkan kemudian, yaitu pada 2019.
Terpisahnya anggaran itu menjadi hambatan tersendiri saat proyek tanggul dikerjakan di medan yang sulit, terutama di tempat yang berair. Alhasil, tanggul pun rentan ambrol.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, lokasi yang ambrol sudah dipasang pagar pengaman dari seng.
”Di situ, kan, ada dua tanggul, satunya roboh tahun lalu. Satu tanggul lagi masih ada. Saya jamin warga sekitar aman, air tidak sampai permukiman,” kata Juani.
Proyek NCICD ini bertujuan untuk melindungi daerah pesisir. Tanggul yang ambrol merupakan bagian dari fase A proyek NCICD yang direncanakan dibangun sepanjang 120 km, mulai dari Bekasi, Jawa Barat, DKI Jakarta, hingga Tangerang, Banten. Keberadaan tanggul dianggap penting untuk mengantisipasi laju penurunan muka tanah pesisir utara dan penahan banjir rob.
Dari seluruh panjang tanggul itu, Kementerian PUPR membangun tanggul sepanjang 20 km, Pemprov DKI Jakarta 8 km, dan sisanya dibangun berbagai pihak, baik swasta atau perusahaan negara maupun perusahaan daerah yang ada di kawasan tepi pantai.
Data yang dihimpun Kompas, hingga kini tanggul laut yang sudah dibangun sepanjang 9,3 kilometer (km). Dari panjang itu, Kementerian PUPR membangun 4,5 km, Pemerintah DKI Jakarta sepanjang 2,7 km, dan pengembang 2,1 km.