JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan juru parkir di tiap minimarket memberikan kesan berbeda bagi pengunjung. Ada yang butuh, ada juga yang resah. Kendati tidak resmi, juru parkir menjadi bagian tak terpisahkan dari minimarket di Jakarta.
Di Jalan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur, misalnya, setiap minimarket memiliki juru parkir. Bermodalkan rompi hijau pupus atau merah marun, mereka bergerak mengatur kendaraan yang datang ataupun pergi.
”Sebenarnya, keberadaan mereka (juru parkir) enggak penting-penting banget. Soalnya, parkirannya luas dan jalanan juga enggak terlalu padat kendaraan,” kata Patardo (28), pengunjung minimarket di Cibubur, Senin (17/12/2018) malam.
Meski demikian, Patardo tetap membayar tarif parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor. Dia mengatakan hanya memberikan uang kepada juru parkir yang niat bekerja, seperti membuka akses jalan saat pengunjung pergi. Menurut dia, ada juga juru parkir yang hanya meminta uang lalu pergi meninggalkan pengunjung saat uang diterima.
”Kalau ketemu juru parkir yang cuma datang pas pengunjung mau pergi, biasanya saya langsung melengos,” ujar Patardo.
Anita (24), pengunjung lainnya, menilai keberadaan juru parkir di minimarket sangat dibutuhkan. Kehadiran mereka dianggap mampu mengurangi percobaan pencurian kendaraan di minimarket.
Bagi Anita, membayar parkir di minimarket merupakan keharusan. ”Kayak sudah keharusan aja. Mereka jagain, bantu narik sepeda motor, ya, imbalannya kita bayar,” ujarnya. Ia juga mengaku tidak terganggu akan keberadaan juru parkir tak resmi tersebut.
Setoran
Heri (21), juru parkir di minimarket, mengatakan, penghasilannya bisa mencapai Rp 250.000 per hari. Dari jumlah tersebut, dia sudah memotong Rp 50.000 untuk setoran. ”Untuk ketua RT setempat Rp 30.000 dan Rp 20.000 untuk organisasi saya,” ujarnya.
Heri menyebutkan, areal parkir ini sudah ada sejak minimarket berdiri tahun lalu. Lahan parkir dikelola RT setempat bersama kelompok organisasi di wilayah tersebut. Di sisi lain, tidak ada perjanjian antara pihak minimarket dan juru parkir.
Dia menjelaskan, ada tiga juru parkir yang bertugas selama sepekan. Setiap juru parkir memiliki jatah bekerja. Orang yang membuka areal parkir di sana mendapat jatah tiga hari, sedangkan Heri dan satu juru parkir lainnya memperoleh jatah dua hari.
”Kami tidak mematok tarif parkir. Ada yang kasih Rp 1.000 ataupun Rp 2.000 untuk sepeda motor. Kalau mobil, kebanyakan kasih Rp 5.000,” katanya. Sementara saat ada pengunjung yang tidak membayar, Heri terlihat santai. ”Ya, enggak masalah juga kalau enggak bayar,” katanya. (DIONISIO DAMARA TONCE)