Pertimbangan Wira-Wiri Penduduk dalam Pengelolaan Kota
Kendaraan tersendat di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (12/6/2013). Persoalan transportasi tidak lepas dari manajemen pengelolaan tata ruang kota. Perlu juga membangun sistem yang terintegrasi dari semua penyelenggara layanan transportasi publik.
Fenomena mobilitas wira wiri dalam perpindahan penduduk mesti dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengelolaan sebuah kota. Hal ini, ditambah dengan mobilitas ulang alik dan musiman yang cenderung juga akan lebih memengaruhi aktivitas pergerakan penduduk ketimbang migrasi tetap yang diartikan pindah dan lalu berdiamnya seseorang di tempat tinggal baru selama enam bulan. Ekonom demografi yang juga guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof. Aris Ananta Ph.D, Rabu (17/10/2018) menyebutkan, saat ini jumlah migrasi tetap sudah dan akan terus berkurang. Adapun tiga jenis mobilitas yakni wira wiri (pola tinggal acak di berbagai kota dengan waktu bebas), musiman (perpindahan ajeg dari satu kota ke kota lain secara mingguan atau bulanan), dan ulang alik (perpindahan ajeg dari satu kota ke kota lain secara harian) cenderung makin bertambah. Makin terbukanya saluran komunikasi dan informasi, serta relatif makin terhubungnya berbagai wilayah yang membuat ongkos transportasi menjadi relatif murah menjadi sejumlah latar belakang alasan. Artinya bagi pengelolaan kota seperti Jakarta, pelayanan publik dan layanan komersial juga mesti mempertimbangkan fenomena tersebut, terutama jika dikaitkan dengan kecenderungan makin besarnya mobilitas wira wiri. Aris menambahkan, saat ini yang idealnya dilakukan adalah memfokuskan kajian demografi pada tiga jenis mobilitas penduduk di luar pola migrasi tetap itu. Ini penting agar beroleh data sahih sebagai bahan analisis untuk mengetahui gambaran nyata pada masa kini dan seterusnya. (INK)
