JAKARTA, KOMPAS - Festival Layur tahun ketiga usai dilaksanakan hari ini, Minggu (30/9/2018). Kegiatan yang diadakan di Jalan Layur, Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur ini, menjadi ajang bagi warga setempat untuk menyalurkan bakat mereka, terutama di bidang seni.
Keramaian pembawa acara berlogat Betawi dan pengisi acara di atas panggung memecah kesepian di Layur, jalan besar antara komplek perumahan menuju Jalan Pemuda itu.
Ketua Karang Taruna Kelurahan Jati, Arif Budiman (24), menuturkan, kegiatan tersebut pada awalnya hanya wadah bagi warga kelurahan setempat untuk menyalurkan bakat. "Anak-anak muda di kelurahan ini banyak yang punya potensi di bidang seni, entah itu tari atau musik. Dengan acara ini, mereka dapat kesempatan untuk berlatih dan tampil secara gratis," tutur dia.
Selain warga sekitar, Festival Layur 2018 ini juga menghadirkan pengisi acara dari luar kelurahan ini.
"Acara ini tidak hanya menampilkan warga dari 11 RW di kelurahan kami. Kami juga memberi kesempatan untuk warga lain berkontribusi," kata Agus Rubianto (46), ketua penyelenggara Festival Layur. Hal itu merupakan perkembangan positif, mengingat pada awalnya acara tersebut hanya menjadi ruang bagi warga kelurahan yang punya potensi berkesenian.
Penampilan Aza Band dan Tandsticor Band, yang masing-masing membawakan lagu Pop dan Rock, mengundang sedikit demi sedikit warga untuk berkumpul setelah istirahat siang. Jelang sore hari, hadir penampilan seni bela diri Betawi oleh Sanggar Mardhotillah. Penampilan-penampilan tersebut tidak berasal dari Kelurahan Jati, melainkan tempat lain di Kecamatan Pulo Gadung.
Tidak hanya di panggung acara, tamu dari luar Kelurahan Jati juga mengisi sejumlah stan bazar. Sekitar 50 stan yang menjual aneka kuliner hingga pakaian, serta beberapa wahana permainan, meramaikan Festival Layur yang menjadi tempat bertemunya warga sekitar.
Acara yang berlangsung pada 29 dan 30 September 2018 ini dibuka dan ditutup oleh Wali Kota Jakarta Timur.
Saat ini, festival tersebut mendapat dukungan dari berbagai sponsor. Meski tidak mudah, pihak penyelenggara yang merupakan anggota Karang Taruna saat ini bisa mandiri mencari dana untuk kegiatan tersebut. "Awalnya, kami sering dilihat sebelah mata saat meminta bantuan dana sponsor untuk kegiata kami," dia berujar.
Namun, kini telah banyak pihak yang mau bekerja sama, khususnya untuk mengisi bazar yang menciptakan pasar untuk warga yang memiliki usaha. Hal ini memberi pemasukan tambahan bagi Karang Taruna Kelurahan Jati, di luar dana hibah sebesar Rp 20 juta untuk karang taruna yang diberikan Dinas Sosial, mulai 2017.
Hal ini diapresiasi Lurah Jati Nugroho M Bawono. Ia mengatakan, pihak kelurahan yang berperan sebagai pembina karang taruna akan terus mendukung kegiatan positif semacam ini. Ia pun berharap, kegiatan tersebut memicu karang taruna lain untuk turut aktif di lingkungannya.
"Harapannya ini memicu kesadaran dan kepercayaan diri warga lainnya. Bahwa karang taruna bisa menjadi wadah bagi mereka yang mau mengabdi pada warga di lingkungannya. Kami tidak ingin hanya karang taruna tingkat kelurahan yang aktif, tapi juga tingkat Rukun Warga," pungkasnya.
Organisasi karang taruna diciptakan untuk menjadi wadah beraktivitas muda-mudi di luar sekolah dan keluarga. DKI dipilih menjadi proyek percontohan organisasi lingkungan ini. Menurut Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, karang taruna menampung bermacam kegiatan, antara lain olahraga, kesenian, hingga kerja sosial (Kompas, 22 Mei 2018).
Kontrol sosial
Ragam kegiatan yang dilaksanakan dan keterlibatan anak muda dalam karang taruna diharapkan menjadi alat kontrol sosial. Di Kelurahan Jati, misalnya, Festival Layur dinilai menjadi salah satu upaya untuk mencegah tawuran antarwarga di daerah tersebut.
"Kegiatan seperti ini tentunya membuka ruang interaksi antarwarga. Harapannya, gesekan yang memicu tawuran bisa dihindari kalau warga bisa saling kenal," kata Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Jati Burhanuddin M. Nur. (Erika Kurnia)