JAKARTA, KOMPAS — Waktu tunggu angkutan kota OK OTrip dinilai masih lama. Sejumlah warga mengeluhkan hal itu karena menghambat perjalanan mereka. Keluhan itu berasal dari penumpang OK OTrip dari Terminal Senen-Terminal Pulogadung (OK17).
OK17 memiliki 44 titik naik turun penumpang (bus stop). Berdasarkan pantauan, Selasa (28/8/2018) siang, tidak terlihat penumpang yang menunggu angkot OK17 di sejumlah pemberhentian yang berada di sekitar Terminal Pulogadung.
Hafsah (17), seorang penumpang angkot OK17, mengatakan, jadwal kedatangan angkot tidak menentu. Setiap pagi, Hafsah naik OK17 dari Pasar Bulog (Jalan Haji Ten) kemudian berhenti di Halte Transjakarta Layur, Jakarta Timur. ”Nunggunya lama banget, baik pagi maupun pulang sekolah sama saja,” kata siswa SMK AL Washliyah, Jakarta timur, ini.
Saat pergi sekolah, Hafsah menunggu angkot OK17 sekitar 20 menit di pemberhentian Pasar Bulog. Hafsah pulang sekolah sekitar pukul 16.00. Dari sini, dia menunggu angkot di Halte Transjakarta Layur yang berada dekat dengan sekolahnya. Di sini, dia pernah menunggu angkot dari 30 menit hingga satu jam.
”Kalau sudah selama itu, aku pilih naik angkot reguler saja untuk pulang ke rumah,” ujarnya.
Lamanya masa tunggu angkot juga dirasakan oleh warga Jalan Kayu Jati V, Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur. Di tempat ini terdapat tiga pemberhentian (Pospol Pemuda, Gang Dalam III, dan Jembatan Kayu Jati V). Saat sore hari, jalan ini dipadati oleh kendaraan, baik roda empat maupun roda dua.
Nurlis (68), warga yang rumahnya berdekatan dengan pemberhentian Pospol Pemuda, mengatakan, angkot OK OTrip lebih baik ketimbang angkot reguler. Menurut dia, angkot reguler suka berhenti di sembarang tempat. Namun, kelemahan OK OTrip adalah terkait lamanya waktu tunggu.
”OK OTrip ini datangnya tak menentu. Kalau lagi beruntung, saat ke bus stop langsung ketemu angkot, kalau lagi apes bisa satu jam baru datang,” katanya.
Hal senada dikatakan oleh Wiwi (25), warga yang rumahnya berada di depan pemberhentian Gang Dalam III. Dia menceritakan pengalamannya saat bepergian ke Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Saat itu, ia hendak membeli onderdil motor. ”Saya nunggu di sini (bus stop Gang Dalam III) sampai setengah jam,” katanya.
Wiwi berharap lamanya waktu tunggu ini bisa diatasi. Menurut dia, jumlah angkot OK17 harus ditambah. ”Biar nunggunya enggak lama. Kan, kasihan warga yang tak punya kendaraan pribadi,” ujarnya.
Berdasarkan data petugas pencatat kilometer PT Transjakarta di Terminal Pulogadung, terdapat 18 angkot yang membawa penumpang dari Pulogadung ke Senen ataupun sebaliknya. Namun, satu angkot bermasalah sehingga hanya 17 angkot yang aktif. Pihak operator adalah Koperasi Budi Luhur.
Petugas pencatat kilometer OK17, Angga Andiansyah, mengatakan, OK OTrip masih dalam tahap uji coba. Pengguna yang belum mempunyai kartu masih bisa menaiki angkot secara gratis. Uji coba berlangsung hingga pertengahan September 2018.
Robet Sinaga (39), seorang sopir OK17, mengatakan, 44 pemberhentian yang berada di sepanjang trayek Terminal Senen-Terminal Pulogadung banyak yang tidak tepat sasaran. Dia mencontohkan kondisi pemberhentian di SMP Penabur, Jakarta Pusat.
”Di SMP Penabur itu enggak ada penumpang. Orang kaya semua yang sekolah di situ. Boro-boro mereka mau naik mikrolet,” katanya.
Berdasarkan pantauan dari pukul 14.00 hingga 15.30 di Terminal Pulogadung, angkot OK17 yang berangkat menuju Terminal Senen tak berpenumpang. Waktu keberangkatan berkisar 10 menit.
Menurut Robet, rentang waktu siang menuju sore adalah jam tanggung. Saat itu tidak banyak penumpang yang bisa ditemui di pemberhentian. Adapun keramaian penumpang berlangsung pagi dan sore hari. Hal ini disebabkan penumpang OK17 rata-rata anak sekolah.
Berdasarkan catatan petugas, penumpang yang menaiki OK17 pada Senin (27/8/2018) berjumlah 1.694 penumpang. Jumlah tersebut tak jauh berbeda dengan catatan empat hari sebelumnya, yakni 1.688 penumpang. (Insan Alfajri)