Transportasi Umum Belum Memadai Menjadi Alasan Warga Berkendara Mobil
Oleh
neli triana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Sejumlah pengendara mobil di Jalan Gatot Subroto menilai perluasan sistem Ganjil-Genap kurang efektif. Alasannya, sistem tersebut harus dibarengi dengan transportasi umum yang memadai, Selasa (31/7/2018).
Josef (38), seorang pengendara mobil di Jalan gatot Subroto mengatakan, perluasan sistem ganjil-genap dinilai kurang efisien dalam mengurai kemacetan. Untuk menerapkan sistem ganjil-genap, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menyempurnakan transportasi umum terlebih dahulu. Hal itu, dikatakan agar warga yang biasa mengendarai mobil, tergugah untuk pindah ke transportasi umum.
Penuturan tersebut, berdasarkan pengalamannya sehari-harinya. Saat ia menunggu transjakarta di Halte BNN hampir 30 menit lamanya. Hal itu, membuat ia terlambat beraktivitas. “Saya rasa, perbaikan sistem ganjil-genap ini harus dipadu bersama dengan transportasi yang nyaman. Waktunya lama, dan harus nyaman. Saya mau saja, naik kendaraan umum,” ujarnya.
Hal yang serupa dikemukakan Hartanto (29). Ia melihat perluasan sistem ganjil-genap di Jalan Gatot Subroto harus dikaji ulang. Menurutnya, jarak halte transjakarta dengan kantor relatif jauh. Warga lebih memilih berkendaraan pribadi, agar lebih cepat, dan efektif.
Hartanto juga menambahkan, butuh armada transportasi yang lebih banyak disiapkan. Khususnya angkutan umum dari Bogor, dan Bekasi. Katanya, banyak warga dari kedua daerah tersebut bekerja di Jakarta menggunakan mobil. Adil, kata Hartanto, bila ingin mengurai kemacetan, sebaiknya motor juga diterapkan sistem ganjil-genap. Karena, jumlah motor lebih banyak dibandingkan mobil.
“Jalan Gatot Subroto terlalu banyak warga yang menggunakan mobil, karena transportasi kurang baik. Oleh sebab itu, harus banyak armada yang baru untuk para warga di luar Jakarta. Saya dari Bekasi ke Jakarta, mau tidak mau menggunakan mobil, dari pukul 05.00. Itu karena, bus umum selalu penuh, dan kurang manusiawi,” ucap Hartanto.
Agus (43) juga merasakan hal yang sama. Supir pengantar barang ini mengatakan, sistem ganjil-genap kurang cocok diterapkan di Jalan Gatot Subroto. Ia juga mengatakan, bila diterapkan di Jalan Tol Dalam Kota, akan membuat pekerjaannya terhambat. Sehari-hari, ia menjadi pengantar barang di daerah Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat. Ia mengatakan, Pmprov DKI Jakarta memberikan solusi yang tepat untuk warga.
“Daerah ini adalah jalan yang biasa saya lintasi. Kalau sampai, jalan dibuat sistem Ganjil-Genap, saya dan teman-teman akan bingung. Oleh sebab itu, harus ada solusi yang tepat,” ucapnya.
Namun, masih ada juga beberapa warga yang menilai perluasan ganjil genap ini baik. Contohnya, Warga Depok, Eky (38). Ia mengatakan, usaha yang dilakukan Pemprov untuk mengurai kemacetan, dirasa cukup baik. Banyaknya mobil di Jalan Gatot Subroto membuat banyak polusi, dan kemacetan semakin parah. Usulnya, langkah ini dapat dikembangkan untuk motor juga.
“Saya setuju sekali, karena banyak polusi yang membuat hidup kita kurang sehat,” ucap Eky.
Kondisi Jalan Gatot Subroto pada siang hingga sore ini, masih ditemukan mobil dengan plat nomor genap. Tidak terlihat petugas dinas Perhubungan berjaga-jaga atau memberikan sosialisasi. Polisi lalu Lintas pun masih membiarkan pelanggaran terjadi pada hari ini.
Polisi lalu Lintas di Kawasan Gatot Subroto, Sumadjan mengatakan, sosialisasi masih berjalan hingga hari ini. Katanya, pada Rabu, (1/8/2018) penindakan akan dilakukan pada mobil dengan plat genap. Namun, Sumadjan tidak memberikan keterangan yang jelas terkait hukuman atas pelanggaran tersebut. “Kami akan menindak bagi pengendara yang melintasi wilayah ini (Gatot Subroto). Kalau untuk Jlana Tol, penerapannya mungkin saat Asian Games. Biasanya juga nanti malam, kami akan dapat mandate terbaru terkait penindakan,” ujar Sumadjan.