JAKARTA, KOMPAS - Penutupan gerbang tol Slipi 1 menyebabkan kemacetan, Rabu (1/8/2018) sore. Kemacetan di Jalan Tubagus Angke menuju gerbang tol Angke 1 dan Angke 2 juga bertambah. Pukul 15.30, kedua gerbang tol itu ditutup karena Angke 2 baru dapat digunakan setelah pukul 17.00, sementara Angke 1 baru ditutup pukul 12.00.
Berdasarkan pantauan pada pukul 15.00, gerbang tol Slipi 1 yang ditutup menyebabkan seluruh kendaraan menuju ke arah Jalan Letjen S Parman. Jalan padat hingga melewati perlintasan rel Stasiun Grogol ke arah Jalan Jelambar Timur.
Antrean kendaraan menumpuk ketika memasuki jembatan layang dari arah Jalan Prof Dr Latumenten menuju Jalan Jembatan Dua. Barisan kendaraan tersebut mencapai sekitar 4 kilometer.
Rudi (38), salah seorang pekerja yang pulang ke arah Sunter mengeluhkan mobilitasnya untuk pulang terhambat karena tidak bisa lewat tol bahkan dari gerbang tol Slipi 1. "Gerbang tol Jelambar 1 juga ditutup, mungkin harus lewat jalan biasa," ujarnya.
Kemacetan terpantau dari Jalan Kedoya Raya menuju Tubagus Angke hingga pertigaan ke Jembatan Dua. Udin (60), sopir angkutan umum B02
trayek Warung Gantung-Terminal Kota mengatakan biasanya pada pukul 15.30 tidak semacet ini.
"Mungkin pengaruh sopir truk yang biasanya pergi ke arah pelabuhan, tapi mungkin juga karena trotoar dekat persimpangan tol Angke 1 sedang diperbaiki," kata Udin.
Kemacetan yang membuat sebagian pengemudi mematikan mesin itu dikeluhkan oleh sejumlah pengemudi dengan tujuan ke arah Pluit. Jefri (42) yang memiliki keperluan membeli ikan dari Pasar Muara Baru untuk kedai masakan lautnya, harus melewati RPTRA Kalijodo hingga menuju pertigaan jalan Jembatan Dua dan harus memutar jalan lagi untuk sampai ke Pasar Muara Baru.
"Sebenarnya berputarnya tidak terlalu jauh, tapi entah kenapa jam segini sudah macet," kata Jefri.
Penutupan gerbang tol juga dikeluhkan sepenuhnya oleh Dirun (45) yang setiap hari rutin mengantar roti dari arah Pluit menuju kawasan Latumenten dan Kebon Jeruk. "Dari pukul 14.00 saja sudah macet, ini pulang ke Pluitnya macet lagi," keluh Dirun. (Aditya Diveranta)