JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki teknologi mandiri temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk mengatasi pencemaran di aliran sungai. Beberapa di antaranya adalah teknologi nanobubble, integrated floating wetland, serta electromagnetic water treatment dan advanced oxidation processes.
Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Anto Tri Sugiarto, Rabu (25/7/2018), mengatakan, teknologi tersebut dapat dipakai untuk menangani pencemaran di Kali Sentiong dan Kali Item di sekitar Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Teknologi nanobubble dapat dipakai dalam rentang waktu tertentu yang dibutuhkan.
Alat penghasil nanobubble idealnya digunakan setelah ada pengukuran debit sungai itu lebih dahulu. ”Setelah diketahui debit sungai, baru disesuaikan jumlah unit yang akan dipasang,” kata Anto.
Adapun waktu yang dibutuhkan diperkirakan sekitar satu bulan. Ini karena oksigen yang diinjeksikan untuk mengaktifkan bakteri akan bekerja secara alamiah dengan kondisi air yang tetap mengalir masuk. Bau tak sedap di kali disebabkan bakteri anaerob yang berkembang karena kurangnya oksigen sehingga bakteri pengurai tidak dapat bekerja dengan baik.
Nanobubble pada prinsipnya bekerja dengan meningkatkan kadar oksigen ke dalam air. Penambahan oksigen memastikan bakteri aerob dapat bekerja dalam mengurai kotoran dalam sungai secara efektif. Teknologi dipresentasikan Anto akhir Maret lalu di Jakarta. Teknologi itu mampu meningkatkan kadar oksigen dalam air dan dengan demikian bisa memperbaiki kualitas sedimen dalam air serta membenahi ekosistem biota air.
Prinsip kerjanya relatif sederhana, yakni dengan memompakan gelembung udara berukuran nano (ukuran <10 -9 (pangkat minus sembilan) m) secara terus-menerus ke dalam kolom air. Perbandingannya adalah gelembung udara konvensional dalam akuarium dengan ukuran (<10-3 (pangkat minus tiga) m).
Selain Anto, kala itu hadir pula peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Cynthia Henny, dan peneliti Pusat Penelitian Metrologi LIPI, Veny Luvita.
Saat itu, Cynthia yang menitikberatkan pada pendekatan berbasis ekosistem memaparkan sejumlah hal. Salah satunya pendekatan berbasis ekosistem dengan mengembalikan sempadan sungai dan struktur vegetasi bersama penerapan teknologi ramah lingkungan.
Misalnya saja dengan menerapkan pendekatan integrated floating wetland. Dalam praktiknya, ini berupa tanaman-tanaman dalam wadah terapung dengan media tanam seperti ijuk yang ditempatkan di pinggiran atau bagian tengah situ, danau, ataupun sungai.
Gunanya untuk menambahkan oksigen ke dalam aliran sungai, danau, atau situ agar bakteri aerob dapat bekerja dengan baik. Salah satu pendekatan ekoteknologi ini dapat mengurai limbah dan polutan pencemar yang ada di dalam sungai.
Adapun Veny mempresentasikan sejumlah teknologi pengolahan air baku, di antaranya electromagnetic water treatment dan advanced oxidation processes, guna menghilangkan warna, menghilangkan bau, mengurai senyawa kimia, memengaruhi molekul air, dan mengubah sifat serta memurnikan air. Ia mengatakan, teknologi tersebut bisa dimanfaatkan perusahaan-perusahaan penyedia air minum, seperti PAM Jaya, yang sebagian di antaranya relatif baru melalukan proses pengolahan air secara konvensional.