JAKARTA, KOMPAS - Kurang dari sebulan pelaksanaan Asian Games 2018, trotoar di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta, belum selesai diperbaiki.
Hingga kemarin pagi, trotoar masih dalam pengerjaan dan berantakan. Di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, para pekerja masih memasang konblok.
Ditemui juga sebuah saluran air yang sudah disemen lebih tinggi dari badan jalan.
Ketua KoPK Alfred Sitorus mengatakan, koridor Sudirman-Thamrin menjadi perhatian karena jalur ini merupakan wajah Jakarta dan jalan utama.
“Kami akan mengawal persiapan Asian Games. Malu dong jika trotoar belum selesai,” katanya saat aksi bertema #TamasyaTrotoarKita, Minggu (22/7/2018). Aksi ini digelar di koridor Sudirman-MH Thamrin.
Ia mengatakan, KoPK akan melihat pada akhir Juli, apakah pembangunan trotoar Sudirman-Thamrin ini rampung sesuai target.
Dalam kegiatan yang sama, pendiri Thamrin School of Climate Change and Sustainability Jalal mengatakan, pengerjaan trotoar di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin tidak memiliki perencanaan yang jelas.
Di Jalan MH Thamrin menuju perempatan Sarinah, terdapat truk penghisap debu yang justru membuat para pejalan kaki menjauh. Sebab, truk ini justru mengeluarkan debu dari tang penampung yang tidak ditutup.
Jalal menegaskan, trotoar harus ramah terhadap pejalan kaki. “Unsur yang harus diperhatikan yaitu keamanan, kenyamanan, aksesibilitas, dan menarik. Tidak ada gangguan pedagang kaki lima dan tidak dijadikan lahan parkir liar. Dan, tentu ramah bagi kaum disabilitas,” katanya.
Koalisi Pejalan kaki saat melakukan aksi di Koridor Sudirman-Thamrin.Di perempatan Sarinah, penempatan guiding block atau jalur pemandu khusus penyandang disabilitas tidak sesuai fungsinya. Banyak jalur kuning terputus di tengah jalan. Selain itu, tak ada bidang miring bagi pengguna kursi roda untuk masuk trotoar.
"Hampir seluruh trotoar, terutama di koridor Thamrin-Sudirman, tidak ramah bagi penyandang disabilitas," kata Jalal.
Aksi yang dilakukan KoPK tidak hanya menyuarakan hak-hak pejalan kaki. Namun, ingin memberikan masukan kepada pemerintah pusat dan daerah DKI Jakarta agar layanan publik harus menjadi perhatian serius. Mata dunia akan tertuju ke Indonesia, jangan sampai proses pengerjaan trotoar (layanan publik) tidak selesai janji sehingga berdampak buruk bagi bangsa Indonesia.
Pada awal Juli, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono optimistis proyek trotoar selesai akhir Juli. ”Bila memang masih ada yang kurang, antisipasinya masih ada pada rentang hingga 31 Juli,” ujar Basuki (Kompas, 9 Juli 2018). (Aguido Adri)