Persediaan Air Minum dalam Kemasan Berpotensi Menipis
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persediaan air minum dalam kemasan berpotensi menipis pada periode libur lebaran tahun ini. Jumlah persediaan selama periode libur lebaran tahun ini secara nasional hanya mencukupi 4-5 hari.
Pemerintah telah menerapkan pelarangan operasionalisasi truk tanggal 12-14 Juni 2018 dan 22-24 Juni 2018. Sejumlah perusahaan air minum kemasan juga menghentikan aktivitas produksinya pada periode libur lebaran.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspandi), Rachmat Hidayat, Selasa (12/6/2018) mengatakan, persediaan air minum dalam kemasan selama libur lebaran tahun ini sekitar 3 miliar liter. Adapun 50 persen di antaranya dipasok untuk wilayah Jabodetabek.
“Dari 3 miliar liter persediaan selama libur lebaran, 2 miliar liter di antaranya adalah air minum dalam kemasan ukuran besar atau air galon,” kata Rachmat.
Peningkatan harga juga bisa terjadi di tingkat penjual air minum kemasan eceran setelah lebaran. Persediaan bisa menipis karena sebelumnya terjadi pelarangan operasionalisasi truk dan libur produksi.
“Kami taat pada aturan pemerintah. Truk dilarang beroperasi tiga hari setelah lebaran. Itu terakhir kalinya perusahaan mengirimkan unit. Biasanya, pemerintah daerah bisa mengatur tambahan waktu pelarangan operasionalisasi truk, bisa saja saat arus balik pengiriman kami terhambat,” ungkap Rachmat.
Salah satu agen air minum, Widiyo (63), mengatakan, penjualan air minum galon meningkat sejak dua hari ini. Biasanya, dalam sehari ia menjual lebih kurang 500 galon. Pada Senin (11/6/2018), galon yang terjual mencapai sekitar 750. Umumnya, pihak agen menjual ke kios-kios dengan harga Rp 14.500 per galon.
“Ya karena ini agen-agen banyak yang pada mudik, kios-kios pada nyetok. Bisa dilihat nanti harga setelah lebaran, mereka bisa jual sampai harga 25 ribu karena agen pada tutup,” kata Widiyo di toko Barokah miliknya di daerah Tomang, Jakarta Barat.
Beberapa perusahaan juga bisa mengatasi potensi kelangkaan persediaan air minum dalam kemasan dengan melakukan pengiriman menggunakan kendaraan golongan I dan II. Namun, tidak semua perusahaan bisa melakukan hal tersebut.
“Kami harap persediaan tetap tercukupi, karena ada beberapa perusahaan yang tetap bisa mengirimkan unit menggunakan truk kecil. Selain itu juga pemerintah sudah buka tol Bocimi, sangat membantu, karena produksi terbesar ada di daerah Ciawi, Bogor, dan sekitarnya.
Berdasarkan pengamatan, sejumlah truk pengangkut air mineral galon sibuk mendistribusikan ke berbagai agen dan minimarket. Beberapa ruas jalan kecil di daerah Tomang dan Kemanggisan beberapa kali macet karena truk-truk galon dan gas elpiji berhenti di tepi jalan.
Persediaan gas elpiji 3 kg di beberapa agen di Jakarta Barat cenderung aman. Beberapa pangkalan dan agen gas elpiji hingga H-1 menjelang lebaran masih tetap mendapatkan distribusi dari PT. Pertamina. Bahkan, permintaan gas elpiji oleh beberapa kios dan pelanggan, menurun seiring arus mudik.
“Sampai H-1 kami pastikan masih ada pasokan yang masuk, kurang lebih ada dua truk, masing-masing angkut 560 tabung. H+2 juga kami sudah buka lagi,” kata Bashirun Habibi (30), pemilik agen Sinanjung Rama Putra di Kemanggisan, Jakarta Barat.
Di tingkat pangkalan gas elpiji, permintaan gas 3kg menurun karena banyak pemilik warung yang mudik ke kampung halaman. Pangkalan gas H. Sunardi misalnya, ia sudah memliki langganan tetap ke warung-warung makan setiap harinya. Namun, karena sebagian besar sudah mudik, persediaan gas elpiji 3 kg masih menimbun di tempat penyimpanan.
“Biasanya kita sudah punya jatah setiap warung, misal, senin kami kirim 12 tabung ke warung satu, selasa kami kirim 10 lagi ke warung lainnya, jadi pasti habis. Tapi sekarang masih sisa banyak, mungkin nanti kami jual eceran ke warga,” kata H. Sunardi.
Berdasarkan pantauan ke beberapa kios-kios penjualan, harga yang ditawarkan penjual belum terjadi kenaikan. Hingga berita ini diturunkan, kios-kios di wilayah Jakarta Barat menetapkan harga antara Rp 20-22 ribu. (FAJAR RAMADHAN)