JAKARTA, KOMPAS—Mahalnya harga tiket dan keterlambatan bus dikeluhkan sejumlah calon pemudik di Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulo Gebang, Sabtu (9/6/2018). Harga tiket bus jenis patas dan eksekutif melonjak hingga hampir dua kali lipat harga normal. Jam keberangkatan bus juga kerap molor hingga lebih dari dua jam.
Alna (24), seorang pemudik tujuan Jambi, mengalami penundaan keberangkatan, dari awalnya pukul 09.00 menjadi pukul 14.00. “Awalnya petugas bus bilang cuma molor 2 jam, tapi kemudian molor lagi tiga jam,” ucapnya.
Selain jadwal keberangkatan yang molor, Alna juga mengeluhkan mahalnya harga tiket bus. “Waktu saya pesan tiket lewat telepon, petugasnya bilang harga tiket Rp 350 ribu, tapi waktu saya datang ke sini ternyata harga tiket dinaikkan menjadi Rp 550 ribu. Mau enggak mau saya tetap beli karena udah kepepet,” tambahnya.
Hal serupa juga dialami oleh Cahyo (65), calon pemudik tujuan Salatiga. “Biasanya harga tiket bus patas ke Salatiga itu Rp 185 ribu, tapi sekarang saya terpaksa beli Rp 320 ribu,” ucapnya. Ia terpaksa membeli tiket dengan harga yang mahal karena ia ingin segera pulang ke kampung halaman.
Kepala Terminal Pulo Gebang Ismanto, mengatakan, masalah harga tiket yang mahal dan keterlambatan bus memang menjadi pekerjaan rumah baginya. “Kebanyakan penumpang yang mendatangi pos pengaduan memang mengadukan kedua hal itu,” katanya.
Menurutnya, memang tidak ada aturan baku soal besaran tarif minimum dan maksimum untuk bus jenis patas dan eksekutif. “Operator bus yang sangat banyak memang menjadi kesulitan tersendiri bagi kami. Terkadang, Perusahaan Otobus (PO) tidak memiliki kontrol penuh terhadap agen mereka, sehingga teguran yang kami berikan pada agen tidak diketahui oleh PO,” jelasnya.
Ismanto menghimbau pada para pemudik untuk memantau harga tiket pada situs Terminal Pulo Gebang. “Para penumpang yang menjadi korban calo atau pun agen nakal yang menaikkan tiket secara mendadak biasanya merupakan penumpang yang kurang informasi,” ujarnya.
Soal jam keberangkatan bus yang kerap molor, Ismanto mengatakan masalahnya ada pada jalur ke luar bus yang langsung menuju tol. “Yang kerap terjadi adalah penumpukan bus di depan gerbang tol. Itu mengakibatkan bus yang di dalam terminal tidak bisa keluar dan bus yang di luar tidak bisa masuk,” ucapnya.
Ricuh
Di tempat penjualan tiket, sempat terjadi kericuhan antara petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dan agen-agen PO. Petugas Dishub, yang sedang membagi tiket gratis tujuan Jember, didatangi oleh sejumlah agen.
Adu mulut dan saling dorong pun terjadi, bahkan beberapa agen sempat mencoba mengejar dan memukul petugas Dishub yang mencoba berlindung di posko pengaduan terminal. Dua buah kursi dan satu meja panjang juga dirusak oleh para agen saat terlibat kericuhan.
Petugas keamanan terminal yang berjaga tidak bisa menahan amukan para agen. Mereka kewalahan menghalau sejumlah agen yang merangsek masuk ke posko pengaduan. Kericuhan baru selesai ketika polisi yang berjaga di posko keamanan terminal ikut turun tangan.
Nababan (55), agen PO Sumber Alam, menjelaskan, dirinya dan kawan-kawannya merasa pembagian tiket gratis harusnya tidak dilakukan di dalam terminal. “Lah kalau begitu kan sama aja bunuh rezeki kami dong, masak bagi tiket gratis di sebelah orang jualan tiket. Jangan kira sekarang ini kami udah kebanjiran penumpang, masih banyak PO yang kekurangan penumpang,” kata Nababan.
Ayong (65), PO Luragung tujuan Cirebon dan Kuningan, juga sependapat dengan Nababan. Ia mengatakan belum merasakan lonjakan jumlah penumpang yang tinggi. “Ini masih biasa, ada lonjakan tapi tidak terlalu tinggi, mungkin ramainya baru akan mulai H-5 sampai H-2,” katanya.
Data tiga hari terakhir di posko terminal menunjukkan telah ada 20.454 yang berangkat dari Terminal Pulo Gebang. Data itu berdasarkan pantauan terakhir pada pukul 18.00. Tahun lalu, dalam periode yang sama, ada 19.939 pemudik yang berangkat. Tahun ini peningkatannya sebesar 515 penumpang, atau 2.5 persen saja.