Melihat Selera Swedia melalui ”The Colours of Indonesia”
Oleh
Ratih Prahesti Sudarsono
·3 menit baca
STOCKHOLM, KOMPAS — Pergelaran busana bertema ”Natural Indigo Batik” menutup The Colours of Indonesia, pameran budaya, pariwisata, dan perdagangan di Stockholm, Swedia, Senin (14/5/2018) malam, waktu setempat. Sejumlah undangan berharap kegiatan ini dapat rutin diselenggarakan.
”Ini memang yang pertama kali diselenggarakan di sini. Segera setelah acara selesai tuntas, akan kami evaluasi dan laporkan ke Kemlu. Acara ini kami lakukan swadaya, belum melibatkan pihak lain, seperti Kementerian Perdagangan atau pariwisata,” kata Duta Besar Indonesia untuk Swedia dan Latvia Bagas Hapsoro di sela pameran berlangsung.
Ia tidak menjanjikan acara serupa akan menjadi agenda tahunan KBRI di Stockholm. Namun, Hapsoro memastikan akan berupaya sekuat tenaga, memelihara dan memfasilitasi komunikasi bisnis para usaha muda dan menengah Indonesia, yang produknya sesuai selera pasar Swedia, dengan usahawan Swedia.
Pada sesi pertemuan bisnis, belum banyak dihadiri pebisnis Swedia. Namun, sepintas mengamati jalannya pertemuan, ada harapan, komunikasi di antara para pelaku usaha di bidang kopi bisa berlanjut.
Setidaknya, sudah ada pengetahuan bagi sejumlah tamu warga Swedia bahwa Indonesia memiliki kopi berkualitas, bukan cuma kopi sumatera. Seorang di antaranya mengatakan, orang awam di negaranya menyebut kopi dari Indonesia adalah Jawa Coffee, padahal kopinya dari Sumatera, yaitu kopi dari Gayo.
”Kopi di sini banyak dari Brasilia. Lebih mudah didapatkan. Kalau dari Indonesia, masih terlalu mahal biaya pengirimannya. Belum ada importir khusus kopi dari Indonesia. Paling tidak, saya tidak tahu karena gudang saya juga tidak bisa menyimpan banyak stok biji kopi,” kata tamu yang mengaku sebagai roastery.
Para pengusaha dari Jawa Barat dan Yogyakarta yang ikut pameran ini tampaknya juga paham karakter konsumen di Swedia. Mereka cukup senang produk yang mereka tampilkan disukai walau belum terjadi transaksi. Ini karena fokus mereka, khususnya kopi, hanya untuk memperkenalkan cita rasa kopi sehingga belum mempersiapkan sarana transaksi cashless. Warga Swedia adalah cashlessminded.
Untuk batik, menyediakan sarana cashless, kerja sama dengan warga lokal asal Indonesia, tetapi karena ”dadakan”, dan undangan juga terbatas, transaksi juga belum banyak terjadi. Mereka berharap ada toko khusus batik premium dari Indonesia buka di sana.
Tampaknya, sekitar 200 undangan yang hadir dalam peragaan busana Natural Indigo Batik, tertarik dengan koleksi Kembang Kopi untuk Segala Musim, koleksi terbaru Galeri Java Batik dari Yogyakarta. Sebelum dan sesudah pergelaran, banyak yang melihat selendang, kain, blus, serta pernak-pernik dari batik warna indigo. Ada juga yang ingin membeli jaket batik yang ditampilkan dalam peragaan, tetapi tidak bisa dijual pada malam itu juga karena busana yang sama akan ditampilkan dalam acara yang sama di Riga, Latvia, Kamis mendatang.
Tolhan Ubaidi, fungsional diplomat Kemlu RI, mengatakan, acara The Colours of Indonesia yang baru pertama kali ini diselenggarakan, tujuannya untuk memperkenalkan produk unggulan Indonesia, dalam hal ini kopi dan batik.
Misalnya untuk kopi, kata Ubaidi, dijelaskan bahwa Indonesia punya beragam jenis kopi, mulai dari yang keras sampai yang ringan, dari Sumatera sampai Papua. Selama ini, orang Swedia hanya tahu kopi Sumatera. Pameran ini juga, tambahnya, untuk melihat pasar dan selera masyarakat umum Swedia.