Seorang penumpang kereta rangkaian listrik (KRL) mengambil gelas putih yang berisi kopi lalu menyeruputnya. Gelas-gelas kopi itu ditawarkan di dalam Stasiun Jakarta Kota dan dibuat oleh perempuan barista.
Dalam rangka menyemarakkan Hari Kartini, 20 perempuan barista atau peracik kopi dari berbagai penjuru Pulau Jawa berkumpul di dalam acara ”Ngopi Bareng Kartini”, Sabtu (21/4/2018). Barista paling jauh datang dari Surabaya.
Mereka memiliki kedai masing-masing. Salah satunya, Siti Rodiyah (20), barista yang bekerja di Lapak Ngopi Papacul, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Meracik kopi adalah kegemaran dan hobi Siti. Dia menjadi barista sejak enam bulan lalu.
”Menjadi barista itu menyenangkan karena menantang. Bagian yang paling menantang adalah saat mengukur rasio yang tepat antara takaran kopi dan air. Ini membutuhkan sense dan feeling,” katanya saat ditemui di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta, Sabtu.
Selain dari sisi meracik kopi, menurut Siti, menjadi barista itu seru karena dapat bertemu dan berbincang dengan berbagai macam orang.
”Barista itu orangnya ramah-ramah kepada siapa pun. Oleh sebab itu, semua orang bisa menjadi barista, termasuk perempuan,” ucapnya.
Pada dasarnya, Siti suka minum kopi. Pamannya mengenalkan kopi saat dia berusia 10 tahun. Saat itu, dia berkenalan dengan kopi Toraja.
Meracik kopi turut menjadi tumpuan harapan Siti. Dia mengatakan, omzet kedai kopi tempat dia bekerja sekitar Rp 5 juta per bulan.
”Tahun ini saya akan mulai kuliah. Harapannya, saya dapat membiayai kuliah saya sendiri dengan penghasilan dari menjadi barista,” ujarnya.
Ada 10.000 gelas kopi yang dibagikan kepada penumpang yang memiliki kartu multitrip (KMT) atau aplikasi KRL Access pada ponselnya. Bagi-bagi kopi gratis ini digelar PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).
Selain untuk mengangkat produk kopi Nusantara usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Vice President Corporate Communications PT KCI Eva Chairunisa mengatakan, acara ini juga bertujuan menunjukkan kiprah perempuan sebagai barista.
”Selama ini, barista identik dengan laki-laki. Kami ingin menunjukkan, perempuan juga bisa menjadi barista. Hal ini juga berlaku pada setiap profesi karena yang penting adalah kualitas individu dan kinerjanya,” katanya.
Kartu Kartini
Tak hanya membagikan kopi gratis, PT KCI juga membagikan dan meluncurkan KMT edisi Hari Kartini. Peluncuran kartu ini bertujuan untuk mengalihkan penggunaan tiket harian berjaminan (THB) menjadi KMT.
Hingga saat ini, pada hari kerja pengguna KMT berkisar 60 persen, THB 30 persen, dan sisanya kartu bank. Akan tetapi, pada akhir pekan, pengguna THB menjadi 60 persen dan KMT sebanyak 30 persen.
Hal ini mengakibatkan kepadatan yang terjadi di stasiun setiap akhir pekan. ”Aktivitas di stasiun menjadi bertambah karena ada antrean membeli THB dan menukarkannya,” ujar Eva.
Menurut Eva, proporsi pengguna THB melonjak pada akhir pekan karena penumpang berpikir dirinya hanya pergi sekali dengan kereta rel listrik (KRL) sehingga membeli KMT dianggap mubazir. Padahal, KMT tidak bersifat sekali pakai dan waktu aktifnya tak berbatas.
Ada 5.000 KMT edisi Kartini yang dibagikan di Stasiun Jakarta Kota, Tanah Abang, Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Syaratnya, pengguna menukarkan THB di loket dengan KMT edisi khusus ini selama masih tersedia.