JAKARTA, KOMPAS — Salah seorang korban selamat dari minuman beralkohol oplosan, Endra (20), warga Beji, Depok, Jawa Barat, mengatakan, minuman tersebut baru sebulan ini beredar di kalangan teman-temannya.
”Sebelumnya belum ada. Saya tahu melalui cerita teman-teman (tentang minuman beralkohol oplosan). Kabar semacam itu biasanya beredarnya cepat sekali,” kata Endra yang ditemui sedang berbaring lemas di rumah orangtuanya pada Rabu (4/4/2018) sore.
Semenjak menenggak minuman beralkohol oplosan berwarna coklat teh tersebut pada Sabtu (31/3/2018) malam, Endra merasa perutnya kembung dan perih serta sakit kepala pada Minggu (1/4/2018) siang. Ia pun memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Tugu Ibu Depok pada Selasa (3/4/2018) pagi. Pada hari yang sama, ia diperbolehkan untuk langsung pulang. Nasibnya jauh lebih beruntung daripada belasan orang lainnya yang tewas teracuni miras oplosan tersebut.
Endra mengungkapkan bahwa tidak ada motivasi khusus ketika memutuskan untuk membeli minuman beralkohol oplosan dengan sebutan ”GG” tersebut. ”Kemarin lagi pengen aja sih. Ya enggak ada keinginan khusus, ngerasa rileks aja mungkin, ya,” kata Endra.
Endra mengatakan, dirinya mengonsumsi miras tersebut sendirian. Ia baru mengetahui banyak korban lain ketika datang ke rumah sakit. ”Yang lainnya itu beda tongkrongan sama saya. Saya minumnya bukan dalam sebuah pesta gitu," kata Endra.
Endra tidak menyangka minuman beralkohol oplosan tersebut dapat meracuninya. Sebab, sebelumnya ia sudah dua kali mencoba minuman yang dijual dalam plastik ukuran setengah kilogram tersebut dan tidak keracunan.
Setiap satu kemasan plastik tersebut, lanjut Endra, minuman beralkohol oplosan ini dijual Rp 20.000. Ia membelinya di sebuah kios di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kini, kios tersebut telah disegel dan pemiliknya, RS, ditahan polisi.
Ibu Endra, Endang (50), mengatakan, anaknya tergolong pemuda yang jarang berkumpul-kumpul. ”Mungkin dia diajak sama temannya dan sungkan menolak,” kata Endang. Ia menceritakan, anaknya sehari-hari bekerja sebagai office boy di sebuah kantor tidak jauh dari rumahnya.
Endra mengaku jera mengonsumsi minuman beralkohol oplosan akibat kejadian ini. ”Jangan ada lagi yang nyoba, sudah ada kejadian seperti ini,” ujar anak kedua dari lima bersaudara itu. Ia ingin dengan ada kejadian seperti ini, adik-adiknya tidak ada yang mencoba mengonsumsi minuman beralkohol oplosan.
Ketua RW setempat Ahmad Fauzi menyesalkan kejadian ini. Ia mengatakan, hampir setiap akhir pekan ia berkeliling di kampungnya untuk mengingatkan para remaja agar tidak mengonsumsi narkoba dan minuman beralkohol.
”Mengawasi para remaja ini adalah tugas semua orang, yakni aparat hukum, pamong warga, orangtua, dan tokoh masyarakat,” kata Ahmad.
Masih dirawat
Di Rumah Sakit Tugu Ibu Depok, masih ada 14 orang yang dirawat akibat keracunan miras oplosan itu. Wahyudi dari Kesekretariatan RS Tugu Ibu mengatakan, delapan orang tiba pada Selasa, dan enam orang lainnya tiba pada Rabu. Di luar jumlah tersebut, ada satu pasien yang meninggal di rumah sakit tersebut.
Wahyudi mengatakan, belum ada perkiraan kapan pasien-pasien tersebut akan diperbolehkan pulang.