Gizi Jasmani dan Rohani di Warung Berkah
Keinginan berbagi, membuncah. Untuk bersedekah itu pun, tidak perlu menunggu harus kaya raya dulu. Apalagi, ada tenda nganggur dekat kantor.
Demikianlah, setelah ngobrol-ngobrol dengan anggotanya, Komandan Kodim 0606/Kota Bogor Letkol Arm Doddy Suhardiman dan anggotanya sepakat untuk buka warung nasi tanpa dipatok harga.
Apalagi, Kodim punya pengalaman, menyediakan aula untuk pelajar peminat matematika les di sana. Bayarannya, sukarela, yang uangnya dimasukan ke keropak (kotak amal) untuk dikelola guru matematika relawan.
Lalu, warung nasinya di mana? Ya, di tenda nganggur itu. Tenda milik Bakso Apollo, yang kalau siang tidak digunakan karena pemiliknya baru dagang bakso pada malam hari. Tenda itu berada di halaman luar, sisi kanan Kodim, di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Bogor Tengah, Kota Bogor.
Beroperasilah warung nasi tersebut yang diberi nama Warung Berkah, sejak pertengahan Februari lalu. Tag line warungnya, ”Makan suka-suka, bayar seikhlasnya”.
Namun, warung nasi tidak buka setiap hari, hanya Jumat pagi sampai makanan yang tersedia habis. Jadi, warung bisa buka sampai siang atau menjelang sore. Nasi, sayur, dan lauk-pauk yang disajikan bergantung banyak tidaknya sumbangan yang datang.
”Di pilih hanya Jumat, simpel saja. Ini hari di mana kami lebih banyak kegiatan olahraga dan bersih-bersih. Kalau hari biasa, kami fokus dengan tugas-tugas utama kedinasan. Relawan yang bantu masak, kan, juga punya usaha atau karyawan,” tutur Doddy.
Ia ditemui Jumat pekan lalu, saat makan di warung itu bersama istrinya, Ny Ira. Kebetulan, Kompas diajak teman untuk sarapan di sana. Saat itu, pengunjung warung lumayan ramai. Ada juga warga yang sampai dipanggil bergabung karena terlihat ragu saat akan mampir.
Yang boleh makan di Warung Berkah memang siapa saja yang kebetulan melintas di depan warung dan lapar.
Bayarnya, seikhlasnya. Masukan sendiri uangnya ke keropak. Tidak bayar pun tidak jadi masalah. Habis makan, cukup bilang terima kasih.
Yang penting, makanan yang diambilnya diharapkan dihabiskan. Piring anyaman rotan, gelas, sendok bekas makan, dan kertas alas piring bekas makan, taruhlah di tempat yang disediakan.
Terlihat, yang duduk dan makan di dua meja panjang, ada tentara seperti Doddy, penyapu jalan Bi Eneng, aktivis lingkungan seperti Teh Vidi, dan banyak lagi termasuk karyawan swasta, pegawai negeri, pengamen jalanan, dan pengemudi ojek daring, serta anak sekolah. Beragamlah yang datang dan silih berganti.
Warung nasi ini bukan untuk cari untung, melainkan untuk menolong orang yang butuh makan dan wadah menyalurkan sedekah, kata Doddy.
Menurut dia, uang yang dimasukkan ke keropak akan disalurkan kepada orang yang membutuhkan, seperti yatim piatu atau jompo. Uang itu bukan untuk modal masak Jumat berikutnya.
Masak berikutnya, lagi-lagi dari sumbangan siapa saja, dari orang-orang yang mau berbagi. Tidak harus uang, apa saat diterima. Beras, minyak goreng, sayuran, atau telur. Ada juga yang kasih makanan matang atau siap saji, seperti yang disumbangkan bergiliran oleh koramil-koramil di bawah Kodim 0606.
Kalau berupa bahan makanan mentah, akan dimasak para koki yang bergabung dalam Komunitas Tukang Masak Bogor (KTMB). Masaknya di dapur rumah Nully Eka di Tanah Sareal, yang juga jadi seketariat KTMB.
”Tumis buncis sosis ini karena dapat sumbangan sosis, lalu kami beli buncisnya. Jadi, masakan yang disajikan benar-benar bergantung dari bahan baku yang disumbangkan. Kami tinggal menyediakan bumbu dan meraciknya,” kata Jack dari KTMB. Jack juga seorang chef dan konsultan restoran.
Pegiat KTMB mengambil bahan makanan sumbangan yang terkumpul itu di Kodim, setiap Kamis. Lalu masakan mereka dihidangkan secara prasmanan. Pilih sesukanya dan boleh nambah sepuasnya.
Waktu Jumat lalu, selain tumis sosis buncis, ada juga bakso, nasi uduk, bihun goreng, tumis jambal cabe ijo, pecel, mi goreng, dadar telur, kerupuk, dan aneka gorengan. Ada pula aneka makanan yang ditutup dalam wadah-wadah.
”Hidangan setiap Jumat memang jadi beda-beda. Kami sedang mempertimbangkan untuk membuat satu jenis makanan yang pasti ada. Mungkin bubur kacang ijo. Kalau bubur ayam, enggak bisa. Sudah ada yang jual dekat sini,” tutur Doddy.
Nah, kalau Jumat pagi, kebetulan melintas di Jalan Jenderal Ahmad Yani, silakan makan-makan di Warung Berkah. Nikmatilah hidangan racikan para koki Bogor, yang sehari-harinya memasak untuk tamu-tamu yang mengunjungi kafe, restoran, atau hotel mereka. Jangan lupa, ada keropak yang bisa diisi sesuka kita berbagi. Maka, gizi pun masuk ke jasmani dan rohani kita.