JAKARTA, KOMPAS — Sesar buta (blind fault) di Jakarta idealnya diasumsikan ada dan memiliki pengaruh pada percepatan kekuatan gempa. Ini menyusul kemungkinan terjadinya gempa besar di zona subduksi (megathrust) di antara kawasan Palabuhanratu sampai Selat Sunda hingga kekuatan M 8,7.
Anggota Dewan Riset Daerah DKI Jakarta, Jan Sopaheluwakan, Kamis (1/3), mengatakan, gempa di zona megathrust akan menjalar energinya dan ditransmisikan ke sesar buta. Kekuatannya bakal cenderung membesar karena kondisi lapisan tanah pembentuk Jakarta yang cenderung bakal mengamplifikasi kekuatan gempa.
”Secara umum, Jakarta bagian utara (berisiko lebih) tinggi. Ini kawasan (Bundaran) Hotel Indonesia, Monas, sampai ke arah utara,” ujar Jan.
Secara umum, Jakarta bagian utara (berisiko lebih) tinggi. Ini kawasan (Bundaran) Hotel Indonesia, Monas, sampai ke arah utara.
Hal ini menyusul sedimen pembentuk daratan yang belum terkonsolidasi. Percepatan gempa, dengan kondisi demikian, akan terjadi lebih kuat jika dibandingkan dengan wilayah selatan Jakarta.
Sehari sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai sejumlah langkah terkait ancaman tersebut. Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Sri Widiyantoro mengatakan, studi gempa mikro di Jakarta akan dilakukan bersama Pusat Studi Gempa Nasional.
Ini dilakukan guna mencari petunjuk tentang keberadaan sesar aktif. Di dalamnya termasuk memastikan blind fault yang tertutup sedimen tebal sehingga tidak termanifestasi di permukaan.