Unggahan Anak Tewas Dibantah Terkait Vaksin Difteri
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Unggahan viral tentang kematian siswa SD Negeri 01 Rawabuntu, Kota Tangerang Selatan, yang meninggal seusai disuntik difteri tahap kedua dibantah pihak kesehatan bahwa itu terkait vaksin difteri. Anak bernama Naswa Fahira Andrean (10) itu diduga meninggal karena asma yang lama dideritanya kambuh.
Kepala Puskesmas Rawa Buntu drg Hartono mengatakan, anak tersebut dibawa ke Puskesmas Rawa Buntu pada Jumat sekitar pukul 18.00, namun tak tertolong. Sebelumnya, ia menderita kejang dan mengeluhkan dadanya sakit. Namun, tanpa badan panas seperti layaknya gejala difteri.
“Orangtuanya juga mengatakan anak ini menderita asma dan sering kambuh. Mereka juga menerima putrinya meninggal karena asma kambuh,” katanya, Sabtu (24/2).
Menurut laporan kepolisian Kota Tangerang Selatan, sepanjang Jumat hingga sore, Naswa beraktivitas seperti biasa. Ia berangkat sekolah dan melanjutkan dengan kegiatan mengaji pada sore harinya. Sekitar pukul 17.00, Naswa pulang dan mengeluh sakit batuk dan pilek. Saat dibawa ke Puskesmas sekitar pukul 18.00, dokter yang memeriksa menyatakan ia sudah meninggal.
Hartono mengatakan, menurut keterangan orangtuanya, Naswa sempat dibawa ke masjid dalam kondisi kejang. Ia sempat ditolong oleh tokoh masyarakat setempat, namun kejangnya tak reda. Saat dibawa ke Puskesmas, raut mukanya terlihat membiru.
Orangtua Naswa juga sempat menyebutkan anaknya mendapat suntikan vaksin difteri kedua beberapa hari sebelumnya di Puskesmas Rawa Buntu. Namun, pihak Puskesmas tak menemukan datanya. “Namanya tidak tertera sebagai penerima,” kata Hartono.
Nama Naswa hanya terdata menerima vaksin difteri I di Puskesmas itu pada 24 Desember 2017 lalu. Namun, jeda waktunya dengan tewasnya Naswa terlalu lama untuk dikaitkan dengan vaksin pertama tersebut.
“Waktu inkubasi difteri hanya 2-8 hari, jadi tidak mungkin pengaruh dari vaksin dari Puskesmas ini,” kata Hartono.
Guna memastikan penyebab kematian, seharusnya dilakukan visum maupun otopsi. Namun, keluarga menolaknya dan menerima kematiannya akibat asma serta langsung memakamkannya.
Hartono mengatakan, unggahan viral tersebut harus diluruskan karena bisa mempengaruhi orang untuk tidak melakukan vaksin difteri. Tanpa vaksin, penyakit yang sudah mengakibatkan kematian itu bisa lebih meluas. (IRE)