JAKARTA, KOMPAS Moratorium konstruksi yang diputuskan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat dipastikan tidak berdampak panjang pada proyek kereta ringan (LRT) Jakarta dan transportasi massal cepat (MRT) Jakarta. Untuk kereta ringan Jakarta, pengangkatan box girder atau gelagar terakhir tertunda 1-2 hari untuk kajian keselamatan.
”Tadi siang kami panik dengan keputusan itu. Akhirnya ada komunikasi antara Gubernur Anies Baswedan dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono,” kata Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi, Selasa (20/2), saat dihubungi di Jepang.
Di Balai Kota DKI Jakarta, Anies mengatakan, dirinya telah berkomunikasi dengan Menteri PUPR. ”Tidak ada penghentian. Memang akan ada review untuk proyek-proyek yang di atas. Semua pekerjaan yang di bawah jalan terus. Jadi, bukan proyeknya berhenti,” katanya.
Seiring kepastian itu, PT Wijaya Karya, kontraktor utama pembangun kereta ringan Jakarta fase 1 dari Kelapa Gading menuju Velodrome sepanjang 5,6 km, tetap bisa mengangkat gelagar terakhir yang tertunda. Januari lalu, pekerjaan kereta ringan Jakpro terhenti karena gelagar yang terbentang di P (pier) 28 dan 29 di Jakarta Timur patah.
”Menurut rencana, Selasa ini akan diangkat dan dipasang. Namun, dengan adanya moratorium itu, dibatalkan,” ujar Satya. Moratorium menyusul merosotnya bekisting baja untuk pengecoran kepala kolom jalan layang tol Becakayu, Selasa pukul 03.00.
Lokasi kejadian di ruas jalan di depan Institut Bisnis Nusantara di Jalan Mayor Jenderal DI Pandjaitan, Jakarta Timur. Kemarin, batang-batang baja dari bekisting yang jatuh masih berserakan di sekitar kolom beserta puing-
puing beton. Besi-besi tulangan kepala kolom juga membengkok tidak beraturan.
Dalam dua hari ini akan ada dua proses. Satu proses dokumen yang akan dirapatkan dan yang kedua proses di lapangan. ”Tim dari Kementerian PUPR, yaitu Komite Keselamatan Konstruksi, akan mendampingi untuk persiapan pengangkatan. Akan ada test loading,” ujar Satya. Proyek kereta ringan tetap diprioritaskan selesai untuk Asian Games mendatang.
Keputusan Menteri PUPR itu cukup melegakan. Sebab, dengan adanya insiden, juga dengan keputusan Jakpro saat hujan tidak boleh ada pekerjaan, setelah dievaluasi kemajuan kerja pembangunan kereta ringan Jakarta akan minus delapan persen. Ditambah moratorium, kelambatan pembangunan akan kian besar.
”Namun, dengan kami boleh mengangkat, kelambatan pekerjaan akan minus delapan. Apabila box girder terakhir sudah diangkat, kami terus mencari skema dan cara mengatasi ketertinggalan,” ujar Satya.
Di tempat terpisah, Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, meski ada moratorium, pekerjaan di konstruksi layang MRT Jakarta tetap berjalan. ”Kejadian di Becakayu kami jadikan pembelajaran dan kami bagi kepada kontraktor agar tetap waspada,” ujar Silvia.
Adapun proyek konstruksi layang MRT Jakarta koridor selatan-utara (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) per 15 Februari 2018 sudah 86,8 persen.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal menambahkan, proyek konstruksi di Jakarta sama sekali tidak terkena dampak moratorium. ”Proyek jalan layang atau flyover yang ditangani Dinas Bina Marga sudah selesai pekerjaan struktur atasnya, yaitu jalan layang Pancoran, Cipinang Lontar, dan Bintaro,” ujar Yusmada. (HLN/IRE/JOG)