JAKARTA, KOMPAS — Setiap setahun sekali, warga Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, selalu kebanjiran. Banjir tersebut akibat luapan Kali Apuran dan Kali Semongol.
Titik tertinggi banjir terdapat di Jalan Manyar Raya. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter pada Rabu (14/2) malam hingga Sabtu (17/2) pagi.
Maesaroh (47), warga Jalan Manyar RT 001 RW 011, Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, mengatakan, setiap setahun sekali rumahnya selalu kebanjiran. Karena situasi tersebut, ia pun memiliki rumah dua lantai dan meninggikan lantai bawah rumahnya. ”Setiap hujan deras, saya langsung memindahkan barang-barang ke lantai atas,” kata Maesaroh, Minggu (18/2).
Bagi warga yang belum membangun rumahnya menjadi dua lantai, mereka telah meninggikan lantai rumah dan menyiapkan meja untuk mengantisipasi banjir. Menurut Maesaroh, banjir tersebut akibat luapan Kali Apuran dan Kali Semongol.
Zul Firdaus (32), petugas Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, mengatakan, air yang mengalir di Kali Apuran tidak dapat mengalir ke Kali Semongol karena tertahan sampah di bawah Jembatan Manyar. Akibatnya, ketika hujan deras, air meluap ke wilayah permukiman penduduk.
Adapun luapan Kali Semongol terjadi karena debit air laut yang tinggi. ”Air dari Kali Semongol akan mengalir ke arah laut. Karena debit air laut sedang tinggi, maka air di Kali Semongol tertahan dan meluap ke permukiman penduduk,” kata Zul. (DD08)