DKI Janjikan Solusi untuk Angkot Tanah Abang pada Jumat Ini
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ratusan pengemudi dari tiga trayek angkutan kota sekitar Tanah Abang kembali berunjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta. Awak angkot trayek M03, M08, dan M10 memarkir kendaraan di sekitar balai kota.
Unjuk rasa yang ketiga selama dua pekan terakhir ini masih menuntut hal sama, yaitu Pemprov membuka kembali Jalan Jatibaru Raya dan menghentikan Tanah Abang Explorer. Para pengemudi menyalahkan kedua hal itu sebagai penyebab turunnya pendapatan mereka hingga separuh.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno beserta jajarannya langsung menemui 12 perwakilan pengemudi. Ke-12 orang itu selanjutnya disebut Tim 12 dan terus mewakili selama perundingan hingga tercapai kesepakatan. Sekitar satu jam rapat tertutup, kesepakatan belum juga tercapai.
Sandiaga menegaskan, penutupan Jalan Jatibaru Raya tidak akan dibuka. Akan ada pembicaraan internal di Pemprov DKI terkait hal tersebut. ”Jumat (2/2), kami undang lagi (para sopir) di sini setelah shalat Jumat,” ujarnya.
Sopir M08 yang menjadi bagian dari Tim 12, Abdul Rosyid, mengatakan, hingga Jumat nanti unjuk rasa sopir tak lagi digelar sembari memberi kesempatan Pemprov DKI Jakarta untuk memberi solusi lain. ”Kalau ditanya sudah puas belum, ya, belum puas karena belum ada solusi buat kami,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, dalam pembahasan disepakati bahwa para sopir tak lagi mempersoalkan penutupan Jalan Jatibaru Raya. Mereka hanya meminta akses mengambil penumpang dari pintu lama Stasiun Tanah Abang yang selama ini menjadi andalan pemasukan mereka, tanpa mengganggu pedagang kaki lima di sana.
”Intinya semua aspirasi pengemudi ini diserap. Semua diberi kesempatan berbicara apa yang jadi masalah. Benang merahnya adalah penurunan pendapatan sekitar 50 persen sebab tak bisa akses lagi stasiun yang sekarang diambil alih Tanah Abang Explorer. Mereka minta akses lagi ambil penumpang di Stasiun Tanah Abang, juga hentikan Tanah Abang Explorer,” kata Andri.
Untuk sementara, angkot di sekitar Tanah Abang tak lagi dibatasi rutenya di sekitar kolong jalan layang Jatibaru Raya.
Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono menjelaskan, pihaknya mendukung program Pemprov DKI. Karena itu, Transjakarta juga menghentikan operasional Tanah Abang Explorer sesuai rekomendasi Dishub. ”Untuk pengoperasian lagi, kami belum tahu. Kami menunggu situasi mendukung,” ujarnya.
Saat beroperasi, lanjut Budi, Tanah Abang Explorer cukup banyak mengangkut penumpang yang transit dari kereta dan hendak berbelanja. ”Di Sabtu dan Minggu, jumlah penumpang cukup banyak hingga 18.000-an orang,” katanya.
Sandi melanjutkan, untuk sementara Tanah Abang Explorer dihentikan karena para sopir angkot menyatakan, kalau Tanah Abang Explorer dihentikan, pendapatan mereka naik. ”Tapi yang dirugikan siapa? Masyarakat. Karena masyarakat itu, kan, sudah menikmati Tanah Abang Expoler,” kata Sandi.
Untuk itu, lanjut Sandi, dalam mengambil kebijakan Pemprov akan melihat mana yang urgen, mana yang prioritas. ”Nah yang prioritas adalah teman-teman pedagang kecil yang membutuhkan lapangan pekerjaan dan para pengusaha pemilik dan sopir angkot,” kata Sandi.
Politisasi
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta agar tuntutan sopir angkot ini tak dipolitisasi. Hal ini karena ada kabar, unjuk rasa digerakkan untuk maksud politik tertentu.
Terkait sebutan politisasi itu, sopir lain yang tergabung dalam M08, Okun ZR (62), mengatakan, gerakan itu murni spontanitas para sopir yang kesulitan memenuhi biaya hidup sehari-hari sejak penutupan Jalan Jatibaru Raya.
”Awalnya kami para sopir ini ketemu, lalu memutuskan untuk meminta jalan dibuka bersama-sama. Tidak ada siapa pun selain para sopir. Setelah itu kami datang ke LBH (lembaga bantuan hukum) meminta saran soal bagaimana mengajukan permintaan, tapi setelah kami aksi sendiri,” katanya.
Setelah itu, kata Okun, memang ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ikut gabung. Namun, LSM ini hanya mendukung tanpa mengarahkan unjuk rasa itu. Selanjutnya, sopir-sopir dari trayek lain, M09 dan M11, ikut bergabung sebagai bentuk solidaritas.
Menurut Okun, unjuk rasa itu merupakan upaya karena para sopir tak punya pilihan lain. Tanpa dapat mengambil penumpang dari Stasiun Tanah Abang, kehidupan para sopir di sana sangat susah. (IRE/HLN)