Cetar Bulu Mata Tsunami Ie Suan
”Saya berdandan seperti ini baru dua tahun terakhir. Bulu mata ini bukan lagi badai, tetapi tsunami,” kata Ie Suan sembari mengedip-ngedipkan matanya, Kamis (18/1) sore.
Ie Suan luwes menyapa pelanggannya maupun mereka yang baru pertama kali datang karena tertarik dengan gayanya. Ia kocak, ramah, manja, dan selalu menawarkan berswafoto bersama. Suasana menjadi cair, santai, pengunjung larut dalam gurauan. Misi mulia Ie Suan adalah membuat pengunjung yang tadinya memble jadi kece.
”Mau foto dengan saya? Siapa takut. Ayo mana handphone-nya. Sini saya yang foto,” ujar Ie Suan. Dan… klik! Foto keren dan kocak siap diunggah di media sosial. Bukan hanya Ie Suan yang makin moncer, pelanggannya pun dijamin eksis dengan jumlah like di akun Instagram atau Facebook masing-masing yang menggelembung.
Setiap hari Ie Suan percaya diri berdandan heboh. Termasuk Kamis siang, ia datang sekitar pukul 14.00. Sebelum Ie Suan muncul di tokonya, pengunjung yang datang tidak terlalu banyak. Begitu si primadona hadir, pengunjung makin banyak, bahkan sampai terjadi antrean untuk memesan kue maupun lauk-pauk dan tak lupa foto bersamanya.
”Idenya dari mana? Dari sini,” kata Ie Suan dengan nada manja sembari meletakkan kedua jari telunjuk masing-masing di sisi kiri dan kanan di atas alisnya.
”Saya ini orangnya cuek dan suka heboh. Tidak mau meniru-niru gaya orang. Sekitar dua tahun lalu, saat santai sebelum tidur malam kepikiran untuk berdandan. Saya nekat berdandan seperti ini,” tambahnya.
Ia hanya membutuhkan waktu paling lama 15 menit untuk berdandan. Itu pun karena sembari berdandan, sesekali ia harus membantu karyawannya melayani pengunjung yang sudah menumpuk.
Semua perlengkapan mulai dari berbagai bentuk, corak, dan ukuran bulu mata, mahkota, dan cermin berada di lemari bagian bawah meja kasirnya. Ia tinggal mengambil dan memakainya.
Khas Pontianak
Selama 11 tahun, warga asal Pontianak, Kalimantan Barat, ini berdagang di lantai 4 blok B di pusat perbelanjaan tersebut. Tiga tahun pertama, ia menyewa kios kecil di bagian depan (dekat tangga berjalan) hanya berjarak 50 meter dari lokasi sekarang. Selanjutnya, ia pindah ke tempat yang sekarang. Di tempat ini, Ie Suan memiliki tiga toko. Dua toko bersebelahan dan satu lagi berada di depan tokonya.
Sejak awal berdagang kue di ITC Mangga Dua, Ie Suan menjual banyak macam kue asal Pontianak, seperti bingka telor, ladu (sejenis dodol dari Pontianak), coypan, bugis mandi, juga ketan dan singkong duren. Ia juga menjual singkong bubur ala Thailand, berbagai jajanan pasar mulai dari gorengan, puding, hingga makanan seperti bihun, mi, kwetiau, nasi bakar, dan nasi kuning.
Makanan di sini juga tergolong enak dan harganya masuk akal. Tak heran pengunjung memadati tempat ini sejak dibuka pukul 10.00 hingga ditutup pukul 18.00.
Cobalah cicipi coypan dengan isi kucai dan bengkuang seharga Rp 4.000 per kue. Kue ini cocok dicocol saus sambal khusus yang disediakan Ie Suan dan anak buahnya. Ada juga pastel, ketan duren, dan singkong duren seharga Rp 10.000 per porsi. Nikmati juga segarnya jus kedondong, es buah, es cendol, sirup rujak, dan teh liang sebagai teman mengudap.
Acin 229
Masih di ITC Mangga Dua dan seputar masakan Pontianak, pelaku usaha Masakan Pontianak Acin 229 juga sukses menarik pengunjung. Kamis siang itu, antrean pembeli memenuhi sekitar gerai yang berada di lantai 4 blok B. Letaknya hanya sekitar 50 meter dari toko Ie Suan.
”Saya suka dengan ayam goreng garing, sayur capcay dan pare, serta fuyunghai di sini. Enak dan pas di lidah,” kata Lisa (47), warga Kota Padang, Sumatera Barat, yang ditemui di warung makan Acin.
Bersama dua rekannya dari Padang, mereka melancong ke Jakarta. ”Sekalian cari barang dagangan dan teman saya di ITC ini,” tambah Lisa.
Menikmati masakan di tempat ini, kata Lisa, lebih lengkap dengan sepiring kecil cabai rawit merah yang dicampur dengan kecap asin. Sebagai penutup makanan, nikmati segelas jeruk kalimantan yang segar.
Harga makanan di tempat ini standar, Rp 30.000 sampai Rp 50.000 per porsi. Jika makan di tempat ini pada jam makan siang, sudah pasti pengunjung harus antre panjang.
”Karena sudah langganan, saya sudah pesan terlebih dulu. Begitu tiba di sini, makanan langsung tersaji,” katanya.
Rujak Kolam Medan
Setelah bersantap di Acin, jangan sudahi dulu petualangan kuliner di ITC Mangga Dua. Mampirlah ke lantai 3 blok D, ada Rujak Kolam Medan.
Rujak Kolam tersaji di atas piring dari anyaman rotan berlapis kertas minyak dan daun pisang. Racikannya terdiri dari buah segar serupa dengan pedagang rujak lainnya, yaitu nanas palembang, pepaya mengkal, ubi merah, bengkuang, mangga muda, kedondong, jambu air, dan jambu bangkok. Yang khas, di sini ada buah gandaria.
Tunggu sampai guyuran bumbu kacang yang digerus kasar melimpah di atas buah segar. Gula aren diulek bersama terasi medan dan asam jawa. Cabai rawit ditambah belakangan, sesuai permintaan pembeli. Rujak ini enak disantap dengan kerupuk. Berbagai bentuk, rasa, dan jenis kerupuk bergelantungan di sepanjang gerai ini. Apa pun, menambah dahsyat rasa rujak.
Seorang pelayan mengatakan, rujak ini asli dari Medan, tepatnya di Kolam Raya Kota Medan, depan Istana Maimun. Selain di ITC Mangga Dua, usaha keluarga ini berkembang hingga ke beberapa tempat di Jakarta.
Namun, akhir pekan ini, rasanya cukup ke ITC Mangga Dua. Cetar gaya Ie Suan sudah membahana memanggil-manggil.