Sepanjang Desember, Polres Jakarta Barat Jaring 647 Preman
Oleh
windoro adi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 647 preman terjaring operasi preman Polres Jakarta Barat, 7-22 Desember 2017. Dari jumlah itu, 119 orang dibawa ke pengadilan.
”Selebihnya, kami bina kerja sama dengan dinas sosial,” ujar Kepala Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengky Haryadi dalam acara laporan akhir tahun di Polres Metro Jakarta Barat, Jumat (29/12). Ia berjanji meningkatkan kemampuan tim pemburu preman, Tim Eagle.
Selain meningkatkan keterampilan, kemampuan akan ditingkatkan dengan menyertakan anggota Sabhara. ”Kalau sebelumnya cuma anggota Reserse, tahun depan anggota Sabhara ikut Tim Eagle,” ucap Hengky.
Untuk mengurangi dan mencegah premanisme, jajaran Polres Jakarta Barat akan mengajak para juru parkir dan anak jalanan turut mengawasi dan melaporkan aksi premanisme. ”Setiap potensi kejahatan akan kami ubah menjadi potensi perlindungan dan pencegahan terhadap kejahatan,” kata Hengky.
Bantuan banyak kalangan diyakini mempercepat upaya pencegahan premanisme. Di wilayah Polres Jakarta Barat, kasus kejahatan tahun ini turun dibandingkan tahun lalu, dari 1.969 menjadi 1.511 kasus. ”Turun 23 persen,” lanjut Hengky.
Kasus narkoba
Salah satu kasus yang memperoleh perhatian khusus adalah narkoba. ”Sejak dulu, kejahatan paling menonjol di wilayah ini masih kasus-kasus narkoba. Maklum, kawasan ini memiliki tempat hiburan malam dan sentra bisnis terbanyak. Permintaan pasar melimpah," papar Hengky.
Pengungkapan kasus narkoba di Jakarta Barat diklaim naik 27 persen. Kasus lain yang menjadi pekerjaan rumah adalah dugaan pembunuhan dan perampokan terhadap mahasiswi Universitas Esa Unggul, Tri Ari Yani Puspo Arum (22). Ia diduga dibunuh di rumah kosnya di perumahan Kebon Jeruk Baru.
Tunggakan kasus lain ialah perampokan dan penodongan terhadap seorang bayi dan ayahnya di Kedoya Utara. Tim khusus kembali menyisir ulang kedua kasus itu. ”Yang di Kedoya mudah-mudahan segera terungkap,” ujar Hengky.
Sepanjang tahun ini, jumlah kejahatan terbanyak ada di wilayah Polsek Kebon Jeruk dan Polsek Tamansari. Rinciannya, Polsek Kebon Jeruk 97 persen dan Tamansari 92 persen. Polsek Tambora dan Polsek Cengkareng masing-masing 91 persen. Indeks kriminalitas tahun 2016 sebesar 72 persen, sementara tahun ini 82 persen.
Adapun kasus pencurian sepeda motor naik 127 persen, dengan 39 titik rawan. ”Saya sudah meminta Kasatreskrim lebih bekerja keras menekan kejahatan ini,” kata Hengky.
Menurut dia, jumlah kasus pencurian sepeda motor naik karena para pelaku sekarang membawa senjata tajam, bahkan senjata api. Untuk memberikan efek jera, petugas di lapangan diminta bertindak tegas dan terukur, khususnya terhadap pelaku residivis.