Terminal 3 Sempat Padat akibat Akumulasi Penundaan Penerbangan Garuda
Oleh
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Penumpukan penumpang yang terjadi pada Kamis (21/12) di Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, diakibatkan oleh akumulasi penundaan penerbangan maskapai nasional Garuda Indonesia. Namun, secara keseluruhan, lonjakan jumlah penumpang tidak berpengaruh langsung pada kepadatan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Penumpukan penumpang terjadi di Terminal 3 pada Kamis malam. Penumpukan diakibatkan akumulasi penundaan penerbangan sejumlah maskapai Garuda Indonesia sekitar 2-5 jam. Total dari keberangkatan dan kedatangan, Garuda Indonesia alami keterlambatan 236 penerbangan. Sejumlah 22 penerbangan terlambat lebih dari tiga jam dan 29 penerbangan terlambat di atas empat jam.
Hengki Heriandono, Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia, mengatakan, penumpukan penumpang itu diakibatkan oleh akumulasi penundaan. ”Pesawat yang kami gunakan untuk mengantar beberapa kali. Karena dari pagi hari sudah banyak yang tertunda, mengakibatkan efek domino pada penerbangan lainnya,” ujar Hengki saat dihubungi Jumat (22/12).
Namun, hari ini, menurut Hengki, relatif tak terjadi kepadatan penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta meski masih ada sejumlah penundaan penerbangan. Salah satu penerbangan Garuda yang mengalami keterlambatan adalah rute Lampung-Jakarta. Penerbangan dari Lampung mengalami keterlambatan tiga jam.
Salah satu penumpang, Yuda (40), mengatakan, penundaan itu membuatnya terlambat untuk penerbangan selanjutnya menuju Semarang. ”Saya jadi ketinggalan pesawat selanjutnya ke Semarang. Seharusnya saya berangkat lagi malam ini,” ujarnya.
Masalah itu pun sudah ditangani. Yuda diberi tiket pengganti dan penginapan dari pihak maskapai. Namun, jadwal diubah menjadi besok pagi.
Hengki menjelaskan, banyaknya penundaan penerbangan pada Kamis kemarin salah satunya karena hujan deras dan cuaca buruk pada pagi hari. Demi keselamatan penumpang, Garuda Indonesia memilih untuk menunda sampai cuaca membaik. Selain itu, penundaan yang cukup lama juga diakibatkan oleh perbaikan pesawat yang harus dilakukan.
”Ada beberapa pesawat yang memang harus diservis dan kami tidak memiliki cadangan pesawat. Karena memang kami mengutamakan keselamatan dan hal itu adalah prioritas,” katanya.
Tidak adanya pesawat cadangan Garuda Indonesia disebabkan oleh tingginya permintaan penumpang saat libur Natal dan Tahun Baru. Sejumlah 23.000 kursi dengan penerbangan tambahan disiapkan. Pesawat cadangan itu dimaksimalkan untuk pemenuhan penerbangan ekstra sehingga yang tersisa hanya pesawat yang sedang dalam perawatan.
Ganti rugi
Sebagai tanggung jawab pada penumpang, Hengki mengatakan, Garuda Indonesia menaati seluruh Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015 tentang penanganan keterlambatan penerbangan. ”Kemarin kami sudah memberi pelayanan sesuai dengan peraturan itu,” katanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 89/2015, maskapai yang menunda penerbangan harus memberikan kompensasi kepada penumpang sesuai dengan kategori 1, 2, 3, 4, dan 5. Kategori 1, telat dari 30-60 menit, maskapai harus memberi minuman ringan. Kategori 2, telat 60-120 menit, maskapai harus memberi minuman dan makanan ringan. Kategori 3, telat 120-180 menit, maskapai harus memberi minuman dan makanan berat. Sementara kategori 4, telat 180-240 menit, maskapai harus memberi minuman serta makanan ringan dan berat.
Apabila keterlambatan memasuki kategori 5, atau lebih dari 240 menit, maskapai harus memberikan ganti rugi sebesar Rp 300.000 kepada penumpang. Dari kategori 2-5, penumpang bisa dialihkan ke penerbangan selanjutnya ataupun pengembalian uang tiket.
Penumpukan penumpang pada hari Kamis kemarin tidak berhubungan langsung dengan kondisi arus Natal dan Tahun Baru. Sebab, jumlah penumpang pada Kamis 204.000 orang, lebih sedikit dari Rabu, 209.000 orang. Namun, pada Rabu tidak terjadi penumpukan. Selain itu, penumpukan juga hanya terjadi pada Terminal 3, yaitu untuk penerbangan domestik Garuda Indonesia yang mengalami keterlambatan.
Hengki mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi lebih intensif dengan otoritas bandara untuk meningkatkan ketepatan waktu penerbangan. Selain itu, untuk pelayanan penumpang telah disediakan petugas tambahan di bandara.
Hal itu untuk menghadapi puncak arus Natal dan Tahun Baru, Jumat (22/12). Berdasarkan prediksi, sejumlah 213.523 penumpang dan 1.295 pesawat akan datang dan pergi pada Jumat. Selain melebihi prediksi rata-rata penumpang per hari dengan 192.026 orang dan 1.266 pesawat selama arus Natal dan Tahun Baru, jumlah itu juga merupakan tertinggi dari yang pernah terjadi.
Pantauan Kompas, Jumat siang, keramaian terlihat di Bandara Soekarno-Hatta mulai terlihat kepadatan penumpang. Sekitar 50 orang sedang mengantre masuk untuk pemeriksaan ke dalam Terminal 1B. Di lain sisi, Terminal 3 juga mulai ramai. Terlihat antrean pemeriksaan barang sampai keluar dari batas pintu otomatis.
Excetutive General Manager Bandara Soekarno-Hatta M Suriawan Wakan mengatakan, tidak ada gejolak di bandara, selain masalah pada Garuda Indonesia, Kamis. ”Sampai hari ini, puncak arus masih kondusif, tidak ada gejolak,” ujar Wakan saat ditemui di posko.
Menurut Wakan, penambahan petugas pada meja pendaftaran penumpang efektif mempercepat proses. Selain itu, pemanfaatan pendaftaran diri secara mandiri dengan mesin juga mampu mengurai kepadatan. ”Penumpang diimbau pakai mesin untuk check in untuk mengurangi kepadatan di dalam,” katanya. (DD06)