BEKASI, KOMPAS — Pengguna kendaraan kembali harus merasakan kemacetan berjam-jam di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Kamis (16/11). Kemacetan hingga belasan kilometer tersebut terjadi akibat adanya kecelakaan alat berat yang mengangkut rambu pesan elektronik di Kilometer 15 arah Cikampek pada Kamis dini hari. Kemacetan yang kemudian berimbas ke Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta dan Jalan Tol Dalam Jakarta.
Kemacetan parah itu sebenarnya dapat menjadi momentum agar masyarakat menggunakan angkutan publik dan mengurangi beban jalan tol. Untuk itu, pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan yang berpihak pada angkutan publik.
Peneliti dari Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang menilai, kerapnya kemacetan parah yang terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk pindah menggunakan angkutan publik. ”Macet yang semakin akut dan tidak kondusifnya kondisi jalanan dapat menjadi alasan kuat bagi masyarakat untuk berganti ke angkutan publik,” ujar Deddy Herlambang.
Berbagai moda transportasi massal yang saat ini ada dari Jakarta ke Bekasi antara lain kereta rel listrik yang sudah melayani hingga Cikarang, bus transjabodetabek, serta bus antarkota. Selain itu, beragam sarana transportasi massal yang tengah dibangun juga dapat menjadi pilihan nantinya, seperti kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang rutenya hingga Bekasi Timur dan mass rapid transit (MRT).
Namun, kata Deddy, momentum ini harus disertai dengan kebijakan pemerintah yang bertujuan mengurangi beban kendaraan di jalan tol dan berpihak pada angkutan publik. Tanpa adanya upaya pemerintah untuk memaksa masyarakat mengurangi beban jalan tol dan menarik mereka untuk menggunakan angkutan publik.
”Pemerintah harus menerapkan kebijakan push and pull dalam manajemen transportasi sehingga ada revolusi terhadap penggunaan angkutan publik,” ucap Deddy.
Deddy mencontohkan, kebijakan yang memaksa publik untuk beralih dari kendaraan pribadi dan mengurangi beban jalan tol seperti larangan bagi kendaraan pribadi yang memiliki kapasitas di bawah 1.300 cc untuk masuk tol, penerapan pelat nomor ganjil-genap di jalan protokol, atau menerapkan biaya parkir mahal di dalam kota.
Adapun kebijakan yang menarik masyarakat untuk menggunakan angkutan publik adalah membangun angkutan massal yang nyaman, aman, terjangkau, dan terintegrasi dengan angkutan massal lain. Untuk itu, Deddy mengapresiasi pembangunan kereta ringan, MRT, dan perpanjangan rute KRL asalkan dapat terintegrasi dengan angkutan publik lain di dalam kota.
Berdasarkan data dari PT Jasa Marga, beban lalu lintas yang dihadapi Jalan Tol Jakarta-Cikampek sangat tinggi. Rasio jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan (V/C) di beberapa ruas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek mencapai 1,3 yang artinya kondisi arus lalu lintas sangat sensitif jika terjadi gangguan. Rasio maksimal jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan adalah 0,75. Jalan Tol Jakarta-Cikampek memiliki lalu lintas harian rata-rata (LHR) 590.000 kendaraan.
Untuk itu, PT Jasa Marga saat ini juga tengah membangun Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau yang biasa disebut Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated yang ditujukan untuk mengurangi beban Jalan Tol Cikampek. ”Keberadaan Jalan Tol Japek II Elevated dapat mengurangi kepadatan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek hingga 40 persen,” kata Iwan Dewantoro, Pimpinan Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated.
Kendati demikian, Deddy menganggap, pembangunan jalan tol baru untuk mengurangi kepadatan kendaraan di ruas tol yang lama tidak akan efektif selama pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi tidak terkontrol. Untuk itu, pemerintah perlu membuat kebijakan pembatasan di dalam jalan tol.
Lawan arus
Hingga Kamis (16/11) sore, petugas masih mengevakuasi alat berat pengangkut rambu yang berada di lajur 1 Kilometer 15 Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Kemacetan pun masih tak terhindarkan, baik di Jalan Tol Jakarta-Cikampek maupun jalan tol lain yang terkoneksi.
Pengguna kendaraan di dalam jalan tol pun mengeluhkan kemacetan tersebut. Dian, pengemudi mobil, mengaku terjebak macet di Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta sejak pukul 09.00 dari Cakung, Jakarta Timur, dan hanya bergerak enam kilometer hingga Bintara, Kota Bekasi, dalam waktu lima jam.
Untuk mengurangi kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Assistant Vice President Corporate Communication PT Jasa Marga Dwimawan Heru menyebutkan, PT Jasa Marga memberlakukan lawan arus (contraflow) dari Kilometer 7 hingga Kilometer 14 Jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Cikampek sejak pukul 09.45.
Heru juga mengimbau masyarakat agar terus memantau kondisi lalu lintas melalui beragam aplikasi di telepon seluler, seperti Google Maps dan Waze ataupun akun media sosial PT Jasa Marga seperti @JASAMARGA di Twitter atau @official.jasamarga di Instagram sebelum memutuskan melintasi jalan tol.
Selain karena kecelakaan alat berat yang terjadi pada Kamis ini, kemacetan juga hampir setiap hari terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, terutama karena pembangunan Jalan Tol Layang Japek, pembangunan konstruksi kereta ringan, dan pemeliharaan jalan. Untuk itu, pengguna kendaraan perlu mewaspadai kondisi tersebut.