Normalisasi Kali Krukut Terhambat, Pengerukan Dilakukan
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan rumah warga di bantaran sungai dan belum tersedianya tempat relokasi untuk mereka menjadi hambatan normalisasi Kali Krukut. Pengerukan sungai menjadi upaya terbaik yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya banjir. Namun, pengerukan itu juga terkendala oleh keberadaan bangunan warga yang terlalu dekat dengan sungai.
Pada Jumat (17/11) siang, di titik pengerukan Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, terlihat rumah-rumah permanen dan semipermanen berderet-deret menjorok ke sungai yang panjangnya sekitar 500 meter. Sebagian rumah ada yang temboknya terbuat dari batu bata, ada pula yang disusun dari gabungan tripleks dan seng.
Siang itu, ada dua alat berat yang digunakan melakukan pengerukan. Namun, saat hujan deras melanda, dua alat berat itu segera naik dari sungai dan berhenti melakukan pengerukan karena debit air sungai naik menjadi 1,5 meter. Ketinggian itu berbahaya karena mampu membuat alat berat sulit untuk dikendalikan dan bisa menghancurkan bangunan-bangunan yang berada di bantaran sungai.
”Lebar kali di sini hanya sekitar 4 meter, sedangkan alatnya itu lebarnya bisa sampai 3,5 meter. Kalau hujan deras seperti ini, alat berat rawan terseret dan justru menghancurkan rumah-rumah warga itu,” kata Sekretaris RW 002 Kelurahan Petogogan Ridwan (42), yang kebetulan menjadi pengawas pengerukan sungai di aliran Kali Krukut. ”Rumah-rumah di bantaran sungai itu ilegal. Kami sudah bersurat ke pemerintah, tetapi juga belum mendapat kejelasan soal hal ini.”
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan Holi Susanto mengatakan, pengerukan dilakukan sebagai antisipasi terjadinya banjir mengingat telah memasuki musim hujan. Ia beranggapan pengerukan menjadi solusi terbaik yang dapat dilakukan karena mampu memperlancar aliran air dan menambah kapasitas daya tampung air di sungai tersebut.
”Dengan normalisasi, rencananya sungai dilebarkan menjadi sekitar 20 meter, tetapi itu belum terlaksana. Banyak bangunan warga yang ada di bantaran Kali Krukut. Jadi, ya, sungainya dibuat lebih dalam saja,” kata Holi saat dihubungi Kompas, Jumat (17/11). ”Belum ada tempat untuk mereka pindah juga, jadi normalisasi masih sulit untuk dilakukan.”
Holi memaparkan, ada tiga titik pengerukan di Kali Krukut. Adapun ketiga titik itu terletak di Jalan Kapten Tendean, Kelurahan Petogogan, dan Jalan Kemang Selatan VIII.
Setiap titik dikerjakan oleh instansi yang berbeda. Titik Jalan Kapten Tendean dikerjakan oleh Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan. Pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengerjakan titik Kelurahan Petogogan, sedangkan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mengerjakan titik Jalan Kemang Selatan VIII.
Sedari Jumat pagi, para petugas dari Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan mulai mengeruk Kali Krukut di titik pengerukan Jalan Kapten Tendean, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ”Kami mulai ngeruk dari pukul 08.00,” ujar Hendrik, salah seorang petugas. Ia mulai mengeruk di titik itu sejak tiga minggu yang lalu.
Ada dua alat berat yang dikerahkan melakukan pengerukan di titik pengerukan Jalan Kapten Tendean. Pengerukan dilakukan di daerah sungai sepanjang 250 meter yang memiliki lebar 15-18 meter. Bagian sungai itu kedalamannya ditambah 2 meter-2,5 meter.
Setiap kali mengeruk lumpur untuk memperdalam cekungan sungai itu, alat berat tidak hanya menyendok lumpur, tetapi juga bebatuan dengan ukuran agak besar. Batu-batu itu merupakan bekas fondasi bangunan liar yang dulunya berdiri di sebagian ruas sungai.
Di sungai itu, sebagian area digunakan untuk menumpuk kerukan lumpur yang menggunung dengan ketinggian 1 meter-2 meter dari permukaan air. Di antara kerukan lumpur itu, terlihat pula bangkai pohon serta sampah berupa plastik dan ban bekas. (DD16)