Malaysia Pelajari Pencetakan Al Quran di Indonesia
Oleh
·2 menit baca
CIKARANG, KOMPAS — Malaysia belajar dari Indonesia dalam hal praktik produksi Al Quran dan mengharapkan adanya kerja sama di antara kedua belah pihak di kemudian hari. Hal itu dilakukan lewat kunjungan delapan orang perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri Malaysia ke salah satu tempat percetakan Al Quran di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (24/10).
Sekretaris Divisi Pengawasan Penerbitan dan Teks Al Quran Mohd Nawardi bin Saad mengatakan, Malaysia baru memproduksi Al Quran pada tahun 1980. Sementara itu, Indonesia lebih dahulu memulai hal itu 30 tahun sebelum Malaysia.
”Secara praktik, Indonesia pasti lebih berpengalaman tentang produksi Al Quran. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat hal apa yang menjadi keunggulan Indonesia dan apa kami bisa lakukan di negara kami nantinya,” ujar Nawardi di PT Percetakan Gramedia, Cikarang, Selasa.
”Kami berharap agar di kemudian hari, negara-negara serumpun juga bisa melakukan kerja sama terkait pencetakan Al Quran, seperti dengan Indonesia,” ujarnya.
Siang itu, delapan orang perwakilan delegasi dari Kementerian Dalam Negeri Malaysia mengunjungi PT Percetakan Gramedia di Cikarang. Alasan mereka mengunjungi tempat itu karena ada perusahaan dari Malaysia yang memproduksi Al Quran di tempat itu. Selain itu, mereka beranggapan perusahaan tersebut termasuk perusahaan percetakan terbesar di Indonesia dan selalu menjaga kualitas.
Para delegasi itu mengaku puas dalam kunjungan siang itu. Mereka melihat perusahaan yang mereka kunjungi itu dapat bekerja dengan cepat dan memiliki mesin yang berkualitas prima. PT Percetakan Gramedia mampu menyelesaikan 50.000-100.000 cetakan dalam waktu 21 hari.
Vice General Manager PT Percetakan Gramedia Benny Yudi Setiawan mengatakan, PT Percetakan Gramedia melakukan tiga kali pengecekan dalam mencetak suatu produk. Pengecekan pertama dilakukan sebelum produksi. Pengecekan kedua dilakukan saat sudah mulai produksi. Ketika semua barang sudah jadi pun dilakukan pengecekan ulang. Selain itu, Benny mengatakan, setiap cetak 100 eksemplar, pihaknya selalu mengecek ulang supaya produk yang dihasilkan tidak memiliki kesalahan. (DD16)