Puluhan Remaja Terlibat Tawuran Ditangkap di Cakung
Oleh
windoro adi tamtomo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta Timur tak habis habis didera persoalan kejahatan jalanan remaja. Kasus-kasus minuman keras, tawuran, sampai pencurian sepeda motor hampir tak pernah reda. Kamis (3/8) malam, Polsek Cakung kembali menangkap 56 remaja dari tiga sekolah yang terlibat tawuran di depan Pulogadung Trade Centre di Jalan Raya Bekasi, Kilometer 22, Cakung.
”Sebanyak 56 pelajar yang berasal dari 52 pelajar SMK Mercusuar Cakung, seorang pelajar PGRI 11 Rorotan Jakarta Utara, seorang pelajar SMA Negeri 21 Rorotan, dan dua remaja putus sekolah kami bawa ke kantor polisi,” ujar Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Andry Wibowo, Jumat (4/8) pagi. Seorang remaja di antara mereka membawa arit.
”Remaja itu, AGP, siswa SMK Mercusuar, dibawa ke Polsek Cakung untuk diperiksa. Tawuran terjadi pukul 19.00,” kata Andry. Sementara itu, semua remaja lainnya dikumpulkan di Polsek Cakung dan mendapat pengarahan Kepala Polsek Cakung Komisaris Sukatma beserta Inspektur Satu Kamsi.
”Orangtua dan guru mereka kami panggil. Mereka kami minta menandatangani surat pernyataan bersama untuk tidak mengulang perbuatan ini. Saya ingatkan, jika siswa yang kali ini terlibat tawuran kembali terlibat, akan saya usulkan agar dinas pendidikan mencabut tunjangan pendidikan siswa yang bersangkutan,” ujar Sukatma. Setelah didata dan menandatangani pernyataan bersama, para remaja ini dibebaskan, kecuali seorang remaja yang membawa arit.
Menurut Sukatma, peristiwa ini adalah yang ketiga kalinya terjadi dalam tiga bulan terakhir. ”Tawuran pertama dan kedua di tempat yang sama lebih buruk. Sebelum tawuran, mereka minum miras oplosan dan menyiapkan sejumlah senjata tajam,” kata Sukatma.
Ia mengakui, tawuran remaja sering terjadi di wilayahnya karena dijadikan ajang tawuran remaja dari wilayah Jakarta Utara, Bekasi, dan wilayah Jaktim lainnya.
”Beberapa tempat yang selalu dijadikan ajang kumpul dan tawuran adalah lahan kosong Damri, Rawa Terate, dan persimpangan AURI,” katanya. Oleh karena itu, pada setiap malam akhir pekan, Sukatma selalu menempatkan sejumlah anggotanya di sana.
”Tawuran terakhir kemarin, warga sekitar mulai ikut membantu kami. Jumlah mereka sekitar 20 orang, sedangkan jumlah personel yang kami kerahkan 43 orang,” ujar Sukatma.
Andry menambahkan, meski terus didera persoalan remaja, jajarannya berusaha tidak menyerah. ”Justru memacu kami membuat terobosan-terobosan baru, terutama lewat kegiatan pemolisian warga. Warga menjadi lebih peduli dengan kegiatan pemolisian ketika sadar lingkungannya telah dijadikan ajang kegaduhan dan kejahatan jalanan orang luar,” tegasnya. Buat polisi sendiri, kata Andry, menjadi pengalaman berharga mempertajam kesiagaan dan pola penanganan.
Menurut Andry, yang paling membanggakan jajarannya adalah perkembangan keterampilan anggota di lapangan. ”Mereka makin terampil menyelesaikan kasus-kasus seperti ini, yaitu lebih sigap dan mampu menghindari jatuh korban,” tuturnya.