Bus asal Jawa Barat Padati Terminal Kampung Rambutan

Pradipta Pandu Mustika

Suasana di Terminal Kampung Rambutan pada Jumat (30/6) sudah mulai terlihat ramai oleh penumpang arus balik Lebaran. Terminal Kampung Rambutan merupakan salah satu terminal tersibuk saat arus balik Lebaran.

JAKARTA, KOMPAS — Jumlah penumpang yang tiba di Terminal Kampung Rambutan sampai Jumat (30/6) terus meningkat. Mayoritas penumpang datang dari Jawa Barat dan Jawa Timur.

Di Terminal Kampung Rambutan, pada Jumat sampai pukul 14.00 tercatat ada kedatangan 18.886 penumpang dan keberangkatan 1.485 penumpang. Jumlah ini akan terus naik hingga malam nanti.

Sementara itu, pada  Kamis kemarin tercatat ada 29.019 penumpang yang tiba di Terminal Kampung Rambutan, sedangkan yang berangkat 3.765 penumpang.

Kepala Terminal Kampung Rambutan Emiral August mengatakan, saat ini sebagian besar bus yang tiba di Kampung Rambutan berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kedatangan bus umumnya pada pukul 00.00-14.00.

”Pada hari-hari biasa, kedatangan bus dari Sumatera antara pukul 06.00 dan 11.00 siang, sedangkan sekarang ini antara pukul 16.00 dan 08.00. Bus dari Jawa Barat, pada arus balik ini, hampir setiap jam selalu datang,” kata Emiral, ditemui di Kampung Rambutan.

Pradipta Pandu Mustika

Bus dari sejumlah daerah pada Jumat (30/6) terlihat tiba di Terminal Kampung Rambutan. Intensitas kedatangan bus di Terminal Kampung Rambutan sudah terpantau naik sejak Kamis.

Menurut pantauan Kompas, penumpang dari Jawa Barat juga mulai berdatangan. Aldiansyah (24), misalnya, baru tiba di Terminal Kampung Rambutan setelah menempuh perjalanan selama enam jam dari Cianjur. Malik (21), penumpang asal Sukabumi, juga baru tiba di Terminal Kampung Rambutan karena Sabtu besok sudah harus bekerja.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah, Jumat, terlihat turun tangan memantau kesiapan arus balik di Terminal Kampung Rambutan. Dalam permasalahan fasilitas difabel di Terminal Kampung Rambutan, Andri menjelaskan, hal itu sudah direncanakan, tetapi terkendala persetujuan gubernur, apalagi ada pergantian gubernur yang baru.

”Memang sudah seharusnya fasilitas untuk difabel itu ada. Kami telah membuat konsep TOD (transit oriented development). Jadi, semuanya saling terintegrasi,” kata Andri. (D15)