BEKASI, KOMPAS — Dewan Transportasi Kota Bekasi masih mengkaji rute bus transpatriot yang akan diluncurkan pada September 2017. Penentuan rute tersebut masih dimatangkan agar efektif membuat warga beralih menggunakan moda transportasi massal.
Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi (DTKB) Harun Al Rasyid mengungkapkan, kajian rute transpatriot sudah sampai tahap finalisasi. Trayek yang akan digunakan transpatriot kemungkinan adalah rute memutar dari Terminal Bekasi kembali ke Terminal Bekasi dengan melintasi sejumlah titik dan lokasi.
”Kemungkinan besar memang rutenya memutar. Tapi, kami masih membahas titik-titik mana yang akan dilewati transpatriot. Prinsipnya rute itu menghubungkan pusat layanan publik, pusat keramaian, dan terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti kereta dan transjakarta,” ujar Harun, Senin (29/5).
Pemerintah Kota Bekasi juga berencana meluncurkan sembilan transpatriot pada September 2017. Pengadaan sembilan bus senilai Rp 11 miliar itu bersumber dari APBD Kota Bekasi. Bus berkapasitas sekitar 30 orang itu nanti akan menaikkan dan menurunkan penumpang di halte yang telah disiapkan.
Trayek bersinggungan
Harun mengatakan, angkutan kota (angkot) yang trayeknya bersinggungan dengan rute transpatriot akan dikaji lebih lanjut. Ada dua opsi, yakni perubahan rute (re-routing) angkot tersebut atau mengalihkan fungsi sebagai angkutan pengumpan (feeder) transpatriot. ”Kami belum kaji lebih jauh soal ini karena masih fokus soal rute,” kata Harun.
Anggota Komisi II DPRD Kota Bekasi, Ronny Hermawan, menilai, trayek angkot yang rutenya bersinggungan dengan transpatriot perlu ditata ulang sehingga tidak menimbulkan kemacetan baru. Namun, pemerintah dapat merekrut para pengemudi angkot yang lama menjadi awak angkutan transpatriot demi menjaga stabilitas sosial.
Tedi Murtedjo, anggota DTKB yang menjadi koordinator kelompok kerja transpatriot, menambahkan, penentuan rute transpatriot juga terkait dengan biaya operasional yang akan dikeluarkan Pemkot Bekasi guna membangun halte dan penyiapan sumber daya manusia. Saat mulai dioperasikan, transpatriot diharapkan dapat membuat pengguna kendaraan pribadi beralih angkutan tersebut.
Selain menentukan rute, kata Tedi, kajian dari DTKB mendorong pengoperasian transpatriot agar berbasis teknologi dengan menerapkan transaksi nontunai, sistem pengoperasian yang terintegrasi dengan prinsip kota cerdas, serta dilengkapi sumber daya manusia dan kelembagaan yang kuat untuk mengawasi sistem yang sudah berjalan. ” Yang mengoperasikan transpatriot ini juga belum ditentukan dari pihak mana,” ucap Tedi. (ILO)