Litbang Kompas melakukan pemantauan isu ini di media sosial dan pemberitaan media digital melalui aplikasi Talkwalker selama sepekan (5-11 Mei 2022). Percakapan warganet terkait “jakarta international stadium”, “stadion BMW”, atau “JIS” menghasilkan 148,2 ribu perbincangan. Isu tersebut berhasil memperoleh 495 ribu interaksi pengguna media sosial.
Terpantau dari lini masa percakapan, isu itu mulai terangkat ke permukaan setelah hari raya Idul Fitri dan mencapai puncaknya pada 7 dan 8 Mei. Setelah mencapai puncak, perdebatan tersebut, tampak mulai mereda, meskipun masih berlangsung hingga 11 Mei.
Isu seputar JIS yang percakapannya di media sosial memuncak pada 7 dan 8 Mei 2022, rupanya mengundang perhatian serta rasa penasaran pengguna internet di Indonesia. Buktinya, dari hasil laporan Google Trends, pencarian kata tentang JIS baru ramai sehari setelahnya. Terlihat, pada 9 Mei 2022, banyak pengguna internet mencari tahu JIS dengan mengikuti pemberitaan media digital seputar JIS, baik dari soal penamaan yang bermasalah hingga sejarah pembangunannya.

Kembali ke pantauan media sosial, puncak percakapan pertama terjadi pada 7 Mei 2022 pukul 21.00-22.00 WIB. Puncak percakapan ini didorong oleh ucapan selamat ulang tahun warganet kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dirayakan di JIS. Anies datang ke JIS untuk menghadiri pertandingan sepak bola persahabatan dengan sistem trofeo (turnamen kecil) yang dihadiri internal pemain, mantan pemain Persija Jakarta, dan para undangan.
Puncak percakapan kedua terjadi pada 8 Mei pukul 09.00-10.00 WIB. Di sinilah, perdebatan warganet mulai tampak dari persoalan sosok yang berjasa membangun JIS hingga tudingan kampanye politik yang dilakukan Anies untuk Pemilu 2024. Perdebatan terutama didorong oleh warganet dari dua kubu berseteru yang berisi akun-akun organik, bot, hingga pendengung (buzzer).
Bagi warganet di kubu pendukung Anies Baswedan, pembangunan JIS dinyatakan sebagai jasa orang nomor satu di DKI Jakarta itu. Mereka beralasan pembangunan JIS sudah lama terlantar sejak zaman Gubernur Fauzi Bowo, lalu tak selesai di masa Gubernur Joko Widodo, dan baru rampung tahun ini saat Gubernur Anies menjabat. Selain megah, stadion ini juga berjasa bagi tim sepak bola Persija yang akan menjadikan JIS sebagai kandang tim dan pendukung Jak Mania.
Sebaliknya, bagi warganet yang kontra dengan Anies, pembangunan JIS dinilai sebagai alat kampanye meraih simpati massa untuk dukungan Pemilu 2024. Warganet di kubu ini melihat Anies hanya menyelesaikan proses pembangunan yang sudah berjalan dan meresmikannya dengan mengganti nama stadion yang semula bernama Stadion Bersih Manusia Wibawa (BMW). Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP Gembong Warsono turut mengkritik penamaan JIS karena tidak sesuai undang-undang.
Berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, disebutkan bahwa penamaan jalan, bangunan atau gedung, kompleks perdagangan dan lainnya, yang dimiliki oleh warga negara negara atau badan hukum Indonesia, harus menggunakan bahasa Indonesia. Hingga kini, persoalan nama stadion yang menghabiskan biaya Rp 4,08 triliun tersebut masih dicarikan solusinya oleh Pemprov DKI Jakarta.

Sejarah JIS
Sebenarnya cukup sulit untuk mencari sejarah Stadion BMW yang kemudian beralih menjadi JIS dari sumber resmi atau situs tepercaya. Namun melalui arsip pemberitaan Harian Kompas, kronologi pembangunan JIS dapat ditelusuri rekam jejaknya. Pada 26 Agustus 2008 di masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo, pembangunan Stadion BMW dimulai dengan Pemerintah Kota Jakarta Utara siap memulangkan warga pendatang secara gratis ke daerah asal mereka yang dikoordinasi oleh Dinas Sosial.
Proses penggusuran ini dilakukan beberapa kali karena setelah Idul Fitri (1-2 Oktober 2008), para pendatang kembali mendirikan pemukiman liar seluas 40 persen dari lahan seluas 26,5 hektar tersebut. Polemik penggusuran ini akhirnya dilakukan secara paksa hingga memicu demonstrasi para penghuni di depan Istana Merdeka. Mereka menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar bersedia berdialog dengan warga korban gusuran.
Secara kepemilikan, kawasan tersebut merupakan aset Pemprov DKI Jakarta yang berasal dari utang penyediaan lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum tujuh perusahaan swasta berdasarkan berita acara serah terima pada 8 Juni 2007. Setelah Pemkot Jakarta Utara melakukan penggusuran hunian liar, pada 10 Desember 2008 Pemprov DKI Jakarta merencanakan pembangunan stadion olahraga di sana.
Rencananya, dana APBD yang dialokasikan untuk proyek itu mencapai Rp 24,5 miliar. Pembangunan dimulai tahun 2009 dan dilanjutkan sampai tahun 2011. Selain kompleks stadion olahraga, beberapa bagian Taman BMW juga dirancang sebagai taman kota.

Persoalan sengketa lahan dan penolakan dari para bekas penghuni pemukiman di Taman BMW mewarnai sepanjang 2010. Satu-satunya pihak perorangan yang melakukan protes ialah pihak keluarga Donald Guilaime Wolfe, yang mengklaim sebagai pemilik sebagian tanah Taman BMW. Terlepas dari berbagai aksi penolakan tersebut, DPRD DKI Jakarta meminta Pemprov DKI menyelesaikan sengketa kepemilikan tanah sebelum meneruskan pembangunan stadion.
Tiga tahun setelahnya tepatnya di Mei 2013, Pemprov DKI Jakarta menggusur Stadion Lebak Bulus dan mengubahnya menjadi depo mass rapid transit (MRT) fase 1 Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Kala itu Gubernur Joko Widodo berencana memindahkan markas tim sepak bola Persija antara ke Taman BMW atau ke Kecamatan Ulujami, Jakarta Selatan. Di dua lokasi itu, Pemprov DKI Jakarta menimbang lokasi pembangunan stadion bertaraf internasional.
Setahun berselang, pada 19 Mei 2014 Pemprov DKI Jakarta memulai pembangunan Stadion BMW. Pemerintah Kota Jakarta Utara menyebutkan, sertifikat 12 hektar dari 26,5 hektar lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan stadion telah terbit. Sebelumnya, Plt Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama menyatakan proses pembangunan Stadion BMW terhambat dengan proses penutupan Stadion Lebak Bulus yang membutuhkan persetujuan Kemenpora.

Baru di Agustus 2017, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan komitmennya dengan membongkar 356 bangunan liar di Taman BMW. Menurut rencana, proyek menghabiskan biaya Rp 1,3 triliun dengan sistem anggaran tahun jamak selama tiga tahun. Anggaran pembangunan paling cepat dimasukkan dalam APBD 2018 sehingga stadion selesai tahun 2020.
Pada September 2017, Gubernur Djarot Saiful Hidayat meletakkan batu pertama menandai dimulainya pembangunan club house dan fasilitas olahraga air di kawasan yang akan menjadi lokasi stadion internasional milik Pemprov DKI di Taman BMW. Namun, sampai akhir masa jabatannya, Stadion BMW juga tidak selesai.
Berselang dua tahun setelahnya, Gubernur Anies Baswedan kembali mencanangkan pembangunan stadion di 14 Maret 2019. Dalam masa ini, persoalan lahan ini masih terjadi antara PT Buana Permata Hijau (BPH) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Berdasarkan pantauan Harian Kompas pada 11 Maret 2020, kemajuan pengerjaan pembangunan stadion mencapai 19,6 persen serta masih berfokus pada struktur bangunan bagian bawah dan struktur atas.
Akhirnya, Stadion Internasional Jakarta (JIS) selesai dibangun pada Maret 2022. Tim muda Atletico Madrid dan Bali United berkesempatan menjajal stadion baru tersebut dalam ajang International Youth Championship (IYC) 2021 pada 13 April 2022. Sehari sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan soft launching JIS.

Kebanggaan bersama
Kini, JIS sudah berdiri gagah dan menyisakan persoalan nama yang tidak sesuai dengan Pasal 36 Ayat 3 UU No.24 tahun 2009 tentang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Uniknya, salah satu pembaca Kompas mengirimkan usulan mengganti nama JIS menjadi Stadion Suratin. Alasannya, Ir Suratin adalah pendiri PSSI tahun 1930 dan memimpin selama 11 tahun sehingga jasanya begitu besar bagi organisasi persepakbolaan nasional.
Terlepas dari persoalan nama, JIS layak dipandang sebagai kebanggaan masyarakat Indonesia dilihat dari esensinya. Proses pembangunan JIS telah menorehkan perjalanan panjang dan melibatkan banyak pihak. Tidak ada satupun pihak yang dapat dinilai lebih berjasa dibandingkan yang lainnya.
Keberadaan JIS makin melengkapi deretan stadion bertaraf internasional yang telah hadir di Indonesia, misalnya Stadion Maguwoharjo di Sleman dan Stadion Gelora Sriwijaya di Palembang. Tentu dengan hadirnya stadion internasional ini, harapannya dapat makin mendukung perkembangan olahraga nasional, khususnya persepakbolaan Indonesia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Muncul Polemik Penamaan Jakarta International Stadium