Tahun ini pemerintah menetapkan libur Idul Fitri. Kembalinya tradisi liburan dan mudik Lebaran ini di satu sisi membawa harapan tumbuhnya perekonomian rakyat, tapi di sisi lain masih menuntut disiplin protokol kesehatan.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·7 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Antrean pengunjung yang hendak mendapatkan vaksin booster di sentra vaksin yang terdapat di Senayan City Mal, Jakarta (13/4/2022). Antusias masyarakat kembali tinggi untuk mendapatkan vaksin booster karena menjadi salah satu syarat mudik Lebaran 2022.
Pandemi Covid-19 membuat kegiatan mudik saat Idul Fitri tidak dapat dilakukan dalam dua tahun terakhir. Pada 2020, pemerintah melarang sementara penggunaan transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Aturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri 1441 Hijriah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 ini diberlakukan pada 24 April hingga 31 Mei 2020.
Kebijakan larangan mudik juga diberlakukan pada Lebaran 2021. Pemerintah melalui Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021. Sebagaimana aturan di tahun sebelumnya, kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk pengendalian arus pergerakan masyarakat selama masa bulan puasa dan Lebaran.
Seiring terkendalinya penanganan pandemi Covid-19 tahun ini, pemerintah membuka kembali kegiatan mudik Lebaran. Pemerintah juga memperbolehkan shalat Tarawih berjemaah di masjid pada Ramadhan tahun ini. Pelonggaran kebijakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ini secara tidak langsung membuka pula sejumlah kegiatan atau tradisi yang selama ini identik dengan Ramadhan dan Lebaran.
Khusus untuk libur dan mudik Lebaran, Presiden Joko Widodo pada 6 April 2022 mengumumkan penetapan libur nasional dan cuti bersama Idul Fitri 1443 H. Kementerian Perhubungan juga menegaskan tidak akan ada penyekatan jalan dan sanksi putar balik pada musim libur Lebaran 2022.
Kegiatan mudik yang diperbolehkan kembali membawa harapan pada pemulihan ekonomi rakyat. Geliat ekonomi tanpa mudik terlihat seperti anomali karena perputaran ekonomi seharusnya tinggi karena momentum Idul Fitri. Data BPS menunjukkan penurunan kinerja sektor-sektor ekonomi saat tidak ada aktivitas mudik dibandingkan dengan ketika masyarakat mudik.
Saat mudik dilarang pada 2020 dan 2021, pertumbuhan tiga sektor yang terkait ekonomi Lebaran, yaitu industri, transportasi, dan akomodasi menunjukkan penurunan dibanding tahun 2019 saat situasi normal. Penurunan paling tajam terjadi di tahun awal pandemi, yaitu pada 2020. Saat itu kinerja industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, serta barang dari kulit dan alas kaki turun minus 6,18 persen.
Demikian pula dengan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor penyokong kegiatan pariwisata ini tumbuh minus 21,97 persen pada 2020. Di sektor industri transportasi, angkutan udara mengalami kontraksi yang paling dalam dengan penurunan hingga 80,26 persen.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petugas menutup penggalan jalan atau U-turn dengan barrier beton menjelang Pasar Tegalgubug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (18/4/2022). Pemasangan tersebut untuk mencegah kemacetan di sekitar pasar saat arus mudik Lebaran 2022.
Pulih
Potensi tumbuhnya kembali ekonomi Lebaran setelah tertekan dalam dua tahun terakhir muncul dari pelonggaran kebijakan mudik. Lamanya waktu libur Lebaran dan jumlah pemudik diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi kembali. Pada Idul Fitri tahun ini pemerintah menetapkan dua hari libur nasional dan empat hari cuti bersama.
Jika ditambah libur akhir pekan, total ada 10 hari libur di masa Lebaran tahun ini. Jumlah hari libur tersebut sedikit lebih banyak dibandingkan dengan libur Lebaran pada 2019 (9 hari). Potensi ini ditambah dengan banyaknya jumlah pemudik. Survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan memperkirakan ada 85,2 juta orang yang akan mudik. Khusus pemudik dari wilayah Jabodetabek, jumlahnya diperkirakan 14,3 juta orang.
Mobilitas para pemudik tersebut akan diikuti perputaran uang selama masa libur Lebaran. Mereka akan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan mudik dan Lebaran mulai dari belanja baju, makanan, menikmati hiburan (film dan musik), hingga berwisata.
Khusus untuk aktivitas wisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif memperkirakan ada 48 juta pemudik yang akan melakukan wisata selama libur Idul Fitri tahun ini. Antusias warga untuk berwisata saat Lebaran akan mendorong ekonomi di sekitar tempat wisata seperti kuliner, penginapan, jasa transportasi, hingga cenderamata. Di luar mereka yang akan mudik, jutaan warga juga akan memenuhi pasar tradisional, pusat UMKM, pusat perbelanjaan, hingga pasar-pasar Ramadhan di kotanya masing-masing untuk merayakan Lebaran.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pemudik sepeda motor memadati posko penyekatan di perbatasan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang di Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (9/5/2021). Meski dijaga ketat tim gabungan, sebagian pemudik nekat menerobos posko penyekatan menjelang H-3 lebaran.
Namun, di balik geliat ekonomi Lebaran tahun ini tidak seluruhnya diisi oleh narasi pertumbuhan ekonomi. Pulihnya aktivitas mudik sekaligus juga memberikan alarm bagi pemerintah untuk mengelola mudik dengan aman dan sehat. Aspek pertama yang patut diperhatikan adalah fasilitas mudik. Jutaan pemudik tentu membutuhkan transportasi baik itu kendaraan pribadi maupun transportasi publik. Baik moda kendaraan pribadi maupun publik membutuhkan dukungan layanan transportasi yang prima.
Bagi pemudik yang menggunakan moda transportasi publik, aspek kenyamanan, keamanan, dan ketersediaan angkutan massal menjadi kebutuhan dasar di tengah kembalinya tradisi mudik Lebaran. Manajemen penyediaan transportasi umum harus mengantisipasi lonjakan pemudik agar tidak ditemukan antrean panjang untuk memasuki kapal penyeberangan atau pemudik yang terlantar karena menunggu bus.
Bagi pemudik dengan kendaraan pribadi, kebutuhan akan fasilitas jalan yang baik, rambu lalu lintas, tempat peristirahatan (rest area), dan keamanan di jalan raya menjadi hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Saat sebelum pandemi melanda (2019) ada 3,01 juta kendaraan jalan bukan tol dan 2,52 juta kendaraan yang melalui jalan tol ke luar dari DKI Jakarta.
Tingginya volume perjalanan kendaraan pribadi dalam masa libur Lebaran tersebut juga harus diantisipasi terutama dalam aspek pasokan BBM, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas. Berdasar data pantauan mudik sepanjang 2016-2019, ada tiga celah dalam keselamatan perjalanan mudik, yaitu saat fase puncak mudik, moda sepeda motor, dan jalur mudik bukan jalan tol.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pekerja menyiapkan sepeda motor warga yang mengikuti angkutan mudik gratis sepeda motor di Stasiun Jakarta Gudang, Jakarta (26/5/2019), Mudik gratis sepeda motor menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan sepeda motor saat mudik yang kerap menyebabkan kecelakaan.
Data kecelakaan pada 2018 dan 2019 menunjukkan, sebanyak 45 persen kecelakaan mudik terjadi pada titik puncak mudik, yaitu H-6 hingga H-3. Jika dirinci, kejadian kecelakaan pada 2018 mencapai 44 persen, sedangkan saat 2019 sebesar 47 persen. Kecelakaan lalu lintas saat arus mudik dan balik Lebaran banyak disebabkan oleh sepeda motor.
Pada 2019 Kementerian Perhubungan mencatat sebanyak 313 kejadian kecelakaan atau 65 persen terjadi pada pengemudi sepeda motor. Karenaitu, program mudik gratis dengan menyasar mereka yang menggunakan sepeda motor perlu terus diperluas untuk menekan jumlah kecelakaan pengguna sepeda motor yang bisa menggunakan jalur non-tol.
Seiring penerapan kebijakan mudik gratis tersebut terbukti dapat mengurangi jumlah kecelakaan. Jumlah kecelakaan secara umum menunjukkan tren menurun dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 879 kejadian. Pola bekerja dari jauh juga dapat diterapkan kembali jauh-jauh hari untuk memecah puncak arus mudik. Perusahaan atau lembaga yang bisa menerapkan pola remote working dapat dianjurkan memperbolehkan karyawannya untuk mudik lebih awal agar mengurangi beban puncak arus mudik.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pemudik berdatangan menuju loket bus antar kota antar provinsi (AKAP) jurusan Sumatera di Terminal Bekasi, Jawa Barat (14/4/2022). Calon pemudik jurusan Sumatera yakni Bandar Lampung, Palembang, Pagar Alam, Jambi hingga Bukittinggi memilih mudik lebih awal. Selain untuk menghindari kemacetan dan harga tiket yang belum naik terlalu tinggi.
Disiplin
Aspek berikutnya yang perlu menjadi perhatian adalah mudik dengan sehat. Sekalipun tingkat penularan Covid-19 cukup terkendali dan capaian vaksinasi Covid-19 dosis lengkap telah di atas ketentuan herd imunity, tetapi bahaya infeksi virus korona tetaplah ada. Terlebih, potensi penularan virus ini cukup tinggi di kerumunan orang dan peningkatan mobilitas warga saat Lebaran.
Selain itu, mutasi virus ini terus terjadi. Saat ini sejumlah negara di Eropa menemukan penyebaran subvarian Omicron BA.2 serta varian kombinan Delta dan Omicron. Karena itu, disiplin menerapkan protokol kesehatan dan memperkuat imunitas tubuh dengan vaksin dosis penguat (booster) harus dilakukan masyarakat. Upaya ini harus diimbangi dengan ketersediaan vaksin Covid-19 dan akses lokasi-lokasi vaksinasi yang mudah dijangkau masyarakat.
Tetap adanya potensi penularan Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi daerah-daerah yang menjadi tujuan mudik tahun ini. Survei Kementerian Perhubungan mencatat lima wilayah, yaitu Jateng, Jatim, Jabar, DIY, dan Lampung, yang menjadi tujuan terbesar pemudik tahun ini. Kelima daerah ini harus mewaspadai potensi penularan Covid-19.
Manajemen mudik dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan oleh masyarakat dan upaya pencegahan oleh pemerintah melalui pengetesan dan pelacakan menjadi strategi menjaga mudik sehat tahun ini. Daya dukung manajemen mudik dengan memperhatikan faktor kenyamanan pemudik dan keselamatan masyarakat diperlukan untuk menjaga peluang tumbuhnya perekonomian saat Lebaran.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/MUCHLIS JR
Presiden Jokowi ketika meresmikan Jalan Lingkar Brebes-Tegal di Jembatan Kaligangsa, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah (13/4/2022). Kehadiran jalan lingkar sepanjang 17,4 kilometer tersebut akan melengkapi jaringan jalan tol Trans-Jawa dan mengurangi beban kemacetan saat mudik Lebaran.
Pertumbuhan tersebut juga diharapkan membawa dampak bagi masyarakat luas bukan hanya semata sektor-sektor industri dan jasa. Tumbuhnya pendapatan warga ini menjadi bekal menyambut naiknya harga sejumlah komoditas pokok menjelang Lebaran seperti minyak goreng, BBM, dan gas elpiji.
Jangan sampai kembalinya tradisi Lebaran yang dua tahun ini terhenti, malah mengurangi kesempatan masyarakat kecil merayakan Idul Fitri karena impitan kenaikan harga-harga komoditas. Bagi mereka yang belum sepenuhnya pulih dari kondisi pandemi, momentum Ramadhan dan Lebaran kali ini dapat menjadi refleksi untuk berbagi sedekah agar makna hari kemenangan Idul Fitri benar-benar dirasakan seluruh umat manusia. (LITBANG KOMPAS)